Aluna mencintai Erik pada pandangan pertama. Pada pria yang berprofesi sebagai asisten pribadi kakak iparnya tanpa peduli pria itu sudah memiliki seorang tunangan. Terlebih tunangan Erik adalah wanita yang telah menjadi orang ketiga dalam hubungannya dengan mantan tunangannya dulu yang bernama, Nick.
Rasa cinta dan dendam yang dirasakan Aluna, membuat wanita itu bertekad untuk merebut Erik.
Dengan kecerdikan dan sifat manipulatifnya ia berhasil merebut Erik, dan menjadikan pria itu sebagai suami sekaligus asisten pribadinya.
Bagaimana kisah rumah tangga Aluna dan Erik? Apakah akan berlangsung selamanya ataukah kandas?
Erik yang masih mencintai tunangannya, akankah bertekuk lutut pada Aluna? Atau sebaliknya, Aluna akan lelah berjuang dan melepaskan Erik?
Follow
Ig mom_tree_17
Tik Tok Mommytree17
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
"Ayolah sayang, apa kau tidak ingin menyentuhku?" Aluna kembali menggoda suaminya.
"Ck, dengar baik-baik Aluna Ricardo! Aku tidak sudi bercinta dengan wanita licik sepertimu. Kau menjebak, menculik, mengikatku pada tali pernikahan. Sementara kau tahu aku sudah memiliki wanita yang sangat kucintai. Dimana hati nuranimu itu?"
"Disini!" Aluna menunjuk dadanya yang terekspos dengan tersenyum menahan tawa.
Ya, itulah Aluna. Meskipun ia dihina seperti apapun oleh Erik, wanita itu hanya akan membalas dengan sebuah candaan.
"Kau...!"
"Sudah-sudah, untuk hari ini cukup perdebatannya. Kau jangan takut, aku akan unboxing dirimu besok malam saja. Sekarang lebih baik kita istirahat, aku lelah."
Aluna memang sangat lelah meskipun acara pernikahan yang dijalaninya tadi sederhana dan tertutup. Karena tanpa sepengetahuan Erik, malam sebelum pernikahan mereka ia di beri umpatan dan cacian dari kedua kakaknya sampai hari menjelang pagi. Karena ketahuan sudah menjebak Erik sampai membuat pria itu melarikan diri.
Dan apa kalian tahu siapa orang yang sudah memberitahu Alana dan Alena, orang itu tidak lain dan tidak bukan supir pribadinya yang tampan yaitu Revano, alias No. Lihat saja besok, Aluna akan memberikan hukuman yang setimpal pada supirnya yang sudah berkhianat.
Sementara itu Erik yang juga merasa lelah dan pusing akhirnya memilih mengikuti ucapan Aluna. Ia ingin beristirahat agar pikirannya kembali normal untuk menghadapi Aluna Ricardo, menghadapi wanita gila yang berstatus sebagai istri yang tidak diinginkannya.
"Tunggu dulu, aku tidur dimana?" tanyanya sembari menatap isi ruangan. Tidak ada sofa satu pun, dan hanya ada satu ranjang dikamar tersebut yang dipakai Aluna.
"Tentu saja disini." Aluna menepuk tempat disampingnya.
"Ck, lebih baik aku tidur dilantai dari pada tidur satu ranjang denganmu."
"Silahkan saja kalau kau kuat menahan dingin dan kerasnya lantai," sahut Aluna dengan acuh sembari mengangkat kedua bahunya.
Erik menatap lantai dan Aluna bergantian, lalu melangkahkan kakinya ke tempat tidur dengan helaan napas kasar. Ya, Erik memilih tidur diatas ranjang dari pada dilantai karena tidak kuat jika kedinginan.
"Nah, ini baru suamiku."
Aluna yang senang dengan keputusan Erik, menggeser tubuhnya agar pria itu bisa tidur disampingnya. Bagi Aluna tak mengapa gagal malam pertama, yang penting mereka tidur diatas ranjang yang sama.
"Benahi lingerie dulu!" ucap Erik sebelum naik ke atas ranjang.
"Baiklah..." Aluna menarik keatas talinya, agar dadanya tertutup meskipun masih terlihat menerawang.
Erik pun hendak naik keatas ranjang, namun langkahnya terhenti saat melihat Aluna kembali menurunkan tali lingerie tersebut.
"Maaf jatuh lagi..." Aluna tertawa.
"Lun...!"
"Iya, iya..." Aluna kembali membenahi lingerienya.
Keduanya kini berbaring di atas ranjang yang sama dengan bantal yang menjadi penghalang diantara mereka yang dibuat oleh Erik.
"Ck, kalau aku tahu bantal ini akan menjadi penghalang diantara kita. Sudah aku singkirkan bersama sofa tadi," gerutu Aluna dengan kesal karena tidak bisa memeluk Erik karena bantal sialan itu.
"Kau mengatakan sesuatu?" tanya Erik tanpa menatap Aluna.
Tatapan matanya tertuju pada langit-langit kamar yang tinggi, dengan pikiran yang seakan jauh berkelana entah kemana.
"Tidak ada," sahut Aluna hendak mengangkat bantal yang membentengi mereka. Namun belum sempat niat itu terlaksana lengannya sudah lebih dulu ditepis dengan kasar oleh sang suami. "Maaf, tanganku ini memang suka latah."
Erik sendiri menggelengkan kepalanya dengan helaan napas yang berat, terlebih saat melihat wajah Aluna yang tersenyum tanpa beban.
"Kenapa kau melakukan semua ini?" tanya Erik dengan serius.
"Melakukan apa?"
"Pernikahan ini?"
"Karena aku mencintaimu," jawab Aluna dengan jujur.