"paman jelas-jelas kamu juga mencintai aku akan tetapi kenapa kamu tidak mau mengakuinya"
Alena jatuh cinta kepada paman angkatnya sejak dia masih kecil, akan tetapi paman selalu menganggap dia seorang gadis kecil yang sangat imut, apakah si dokter jenius itu akan tergerak hatinya untuk menerima Alena, ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AMIRA ARSHYLA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter 09
Sesampainya di dalam kamar.
Alena kemudian langsung menjatuhkan tubuhnya di atas kasur.
Alena kemudian menatap ke langit-langit kamarnya, dari sela-sela matanya keluar butiran kristal bening.
Sesaat kemudian Alena kemudian mengusap air matanya, ketika ponselnya berdering.
"hallo...Geri...?"ujar Alena.
"Alena, gimana, gimana...?"ujar Geri tidak sabaran.
"Geri, selama beberapa hari ini kamu pergi bermain sendirian ya, aku ingin menyendiri kamu tidak perlu khawatir kepadaku."ujar Alena dengan suara yang berat.
"Alena ada apa, coba ceritakan kepadaku...? Beritahu aku apa yang terjadi...?"ujar Geri.
"dia, dia, dia menolak aku, gerakannya itu sama sekali di bawah sadar."ujar Alena sambil meneteskan air matanya.
"alena tenanglah,mungkin dia."ujar Geri
Akan tetapi belum juga Geri melanjutkan ucapannya, alena sudah menyelanya.
"sudahlah Geri, kamu tidak perlu menghiburku lagi, aku sudah berbuat Sampai seperti itu, jika aku terus-menerus berbuat seperti ini dia akan semakin benci kepadaku."ujar Alena sambil melepaskan ponselnya.
Ponsel Alena kemudian terjatuh ke atas lantai.
"Alena... Alena...!"ujar Geri.
Akan tetapi Alena tidak menggubris panggilan Geri.
Dia masih saja fokus terhadap kesedihan yang ada di dalam hatinya.
"sudahlah kamu menyerah saja Alena, akhiri semuanya...!"ujar Alena dalam hatinya.
Keesokan harinya.
terlihat Narendra sedang sarapan.
"bibi lin, mungkin saja semalam Alena tidak tidur dengan nyenyak, pukul 10 nanti bibi lin tolong lihat Alena di atas ya."ujar Narendra sambil melihat ke arah bibi lin yang sedang menyapu.
"owh...iya baiklah tuan muda."ujar bibi lin.
setelah selesai sarapan, Narendra kemudian berjalan keluar dari dalam rumah.
Sesampainya di depan pintu, ponsel milik Narendra berdering.
Narendra kemudian langsung mengangkat telponnya.
"hallo...bima ada apa...?"ujar Narendra.
"Naren, bocah yang ingin kamu selidiki sekarang berada di sesuatu tempat, dia terlihat bersama seseorang."ujar bima.
"seseorang siapa...?"ujar Narendra.
"bawahanku baru saja mengirim sebuah foto coba kamu lihat."ujar bima.
Narendra kemudian membuka sebuah pesan di ponselnya.
terlihat beberapa foto Geri bersama seseorang wanita.
"bima ikuti dia terus."ujar Narendra sambil mematikan sambungan teleponnya.
Narendra kemudian langsung masuk ke dalam mobilnya.
Tidak lama kemudian, Narendra sudah sampai di tempat yang dia tuju.
setelah memarkirkan mobilnya, Narendra kemudian berjalan mendekat ke arah Geri yang sedang duduk bersama dengan seorang gadis.
Narendra menatap tajam ke arah Geri.
"jadi dian, berikan aku kesempatan untuk menjagamu ya..?"ujar Geri sambil tersenyum lebar ke arah gadis yang bernama Dian itu.
"Geri, mungkin hari ini aku harus menegaskan bahwa aku hanya menganggap kamu sebagai temanku, dan kamu bukanlah tipe pria idamanku."ujar gadis yang bernama Dian tersebut.
Geri terdiam sambil menundukkan kepalanya.
"Geri maaf, aku masih ada sebuah pekerjaan, lain kali jika kita berdua berjumpa aku yang akan mentraktir mu."ujar gadis yang bernama Dian itu sambil berdiri dari tempat duduknya.
Dian kemudian melambai tangannya, setelah itu Dian kemudian langsung berjalan meninggalkan Geri.
Geri melambaikan tangannya dengan raut wajah yang sedih ke arah Dian.
setelah Dian menjauh Geri kemudian menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Akan tetapi tiba-tiba kerah bajunya di tarik dengan sangat kasar.
belum juga Geri menoleh ke arah orang yang menariknya, sebuah Bogeman mentah sudah mendarat di pipi sebelah kanan Geri.
Geri kemudian jatuh terduduk karena tidak sempat menghindar dari Bogeman Narendra.
Siang harinya.
Alena yang baru saja terbangun dari tidurnya, langsung meraih ponsel yang berada di atas nakas.
Ting...!
Ting...!
Ting...!
Terdengar suara notifikasi masuk secara beruntun.
Alena kemudian langsung membaca satu persatu pesan yang di kirim oleh Geri.
"Alena pamanmu itu sudah gila ya..."Alena mengerutkan keningnya.
"Alena, jika aku sampai cacat maka kamu harus bertanggung jawab selama sisa hidupmu...!"Alena membaca dengan raut wajah yang serius.
"halo...! halo...! Alena, apakah kamu masih tidur...? Temanmu sudah di hajar sampai babak belur tapi kamu masih saja enak-enak mengorok...!"bunyi pesan dari Geri.
"Alena aku mau makan hamburger dan kentang goreng, jika kamu sudah bangun kamu telpon aku ya...!"ujar pesan itu.
"Alena...!"ujar Geri lagi.
Alena menggeleng-gelengkan kepalanya membaca pesan dari Geri tersebut.
Tidak lama kemudian terdengar suara ponsel Alena berdering.
"Alena....!"ujar Geri berteriak di dalam ponselnya.
"apa...?"ujar Alena kaget.
"halo...halo Geri, bagaimana keadaanmu...?"ujar Alena.
"aku belum m*ti kok...!"ujar Geri.
Alena menggaruk kepalanya.
"dasar b*doh...! Aku terluka gara-gara kamu...! Pamanmu itu sangat keterlaluan."ujar Geri.
"baik, baik, aku mengerti, kamu tunggu aku di sana aku akan segera kesana ya."ujar Alena.
setelah itu Alena kemudian langsung berjalan masuk ke dalam kamar mandi.
beberapa saat kemudian Alena sudah sampai di rumah sakit tempat Geri berada.
"Geri, apakah kamu baik-baik saja."ujar Alena sambil mengintip Geri dari balik tirai.
terlihat wajah Geri yang penuh lebam.
"apakah aku terlihat sedang baik-baik saja...!"ujar Geri berteriak keras ke arah Alena.
"Geri maafkan aku, aku pasti akan menebusnya."ujar Alena sambil tersenyum lebar ke arah Geri.
"kalo kamu tidak mentraktir aku sampai 100 kali maka tidak akan pernah memaafkan kamu."ujar Geri sambil cemberut.
"oh...iya Geri, bagaimana perkembanganmu dengan gadis pujaanmu itu...?"ujar Alena mengalihkan pembicaraan.
"huh...mau bicara apa lagi, kali aku benar-benar sudah di tolaknya."ujar Geri sambil menundukkan kepalanya.
"kita berdua memang senasib."ujar Alena.
"apa yang sama, kamu masih punya pamanmu itu kan."ujar Geri.
"semuanya sudah berakhir,Geri kali ini benar-benar berakhir."ujar Alena.
"berakhir...? Gak lah itu semua tidak mungkin, apakah kamu tidak lihat dia memukul aku sampai jadi seperti ini...?"ujar Geri sambil menunjuk wajahnya yang bonyok.
"tapi Geri bagiku ini tidak menandakan apa-apa, ayahku juga bakalan memukulmu, kemarin malam aku sudah berusaha sekuat tenaga akan tetapi dia tetap saja tidak mau menerima aku."ujar Alena.
"ah...sudahlah, aku sudah cape, aku juga sudah tidak mau melanjutkan semuanya lagi."ujar Alena sambil menundukkan kepalanya.
Geri kemudian mengusap bahu Alena.
"Alena kamu Jagan bersedih, kan masih ada aku."ujar Geri berusaha untuk membujuk Alena.
"terima kasih Geri."ujar Alena sambil memeluk Geri.
"kita berdua kan sahabat, kamu tidak perlu sungkan, apa rencanamu selanjutnya...?"ujar Geri sambil tersenyum lebar.
"aku sendiri belum tahu apa yang akan aku lakukan selanjutnya, atau aku pergi dengan ke kota T saja "ujar Alena.
"boleh...! Aku akan sangat senang, asalkan kamu tidak takut hidup sulit bersama denganku di sana."ujar Geri sambil mencubit pipi Alena.