NovelToon NovelToon
MY HOT AND SEXY HUBBY

MY HOT AND SEXY HUBBY

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Kantor
Popularitas:20k
Nilai: 5
Nama Author: yaya_tiiara

Jingga yang sedang patah hati karena di selingkuhi kekasihnya, menerima tantangan dari Mela sahabatnya. Mela memintanya untuk menikahi kakak sepupunya, yang seorang jomblo akut. Padahal sepupu Mela itu memiliki tampang yang lumayan ganteng, mirip dengan aktor top tanah air.
Bara Aditya memang cakep, tapi sayangnya terlalu dingin pada lawan jenis. Bukan tanpa sebab dia berkelakuan demikian, tapi demi menutupi hubungan yang tak biasa dengan sepupunya Mela.
Bara dan Mela adalah sepasang kekasih, tetapi hubungan mereka di tentang oleh keluarganya. Mereka sepakat mencari wanita, yang bersedia menjadi tameng keduanya. Pilihan jatuh pada Jingga, sahabat Mela sendiri.
Pada awalnya Bara menolak keras usulan kekasihnya, tetapi begitu bertemu dengan Jingga akhirnya dia setuju.
Yuk, ikuti terus keseruan kisah Jingga dan Bara dalam membina rumah tangga. Apakah rencana Mela berhasil, untuk melakukan affair dengan sepupunya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yaya_tiiara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31 : Malu

"Dug dug dug! Mela buka pintunya!" gedoran di pintu kamar mandi di sertai teriakan memanggil namanya, menyadarkan Mela yang tertidur di bathtub. Ia segera menyudahi mandinya, dan mengambil handuk dari atas rak. Mengeringkan tubuh juga rambutnya secepat kilat, tetapi ia kebingungan mencari bajunya.

Mela memukul kepalanya kesal, ia lupa membawa bajunya. Dalam kebingungan, kembali terdengar suara memanggil namanya.

"Mela keluarlah! Ini gue Jingga."

"Deg!" jantung Mela seakan terhenti seketika, bila ada Jingga di sini tentunya Bara juga menemaninya. Ah, tolol sekali. Bagaimana pandangan sepupunya itu? Melihat dia terdampar di sebuah club dalam keadaan menyedihkan.

"Ayolah Mela, apa kamu ingin terkena pneumonia?" suara Jingga terdengar tidak sabaran.

"Cklek!"

Mela memutar gagang pintu, setelah membuka kuncinya. Begitu keluar Jingga menarik tubuhnya, lalu memeluknya erat.

"Syukurlah! Gue pikir, lo mau bunuh diri lagi" spontan kalimat itu keluar dari bibir sahabatnya, yang kini tengah menatapnya nanar.

"Sorry, gue ngerepotin lo" ucap Mela penuh penyesalan. Perasaan malu, menggerogoti relung hatinya yang terdalam.

"Gue bawa baju ganti, pakai lah!" perintah Jingga tegas, mengabaikan sahabatnya. "Setelah ini, lo pulang ke rumah gue." di ulurkan sebuah paper bag ke arahnya.

Mela berbalik sembari membawa baju, memasuki kembali kamar mandi untuk berpakaian. Tetapi kali ini Jingga mengikutinya, untuk memastikan Mela tidak berbuat kesalahan lagi.

"Lo tau darimana? Gue ada di sini" tanya Mela sembari memakai bajunya.

"Astri telpon Bara sejam lalu, ketika seseorang menghubunginya."

"Kemana Davin sekarang?" tanya Mela teringat sepupunya itu.

"Sudah pulang, bersama Astri." jawab Jingga acuh.

"Thanks, udah nolongin gue."

"Enggak masalah, kita sesama manusia wajib saling menolong" ucap Jingga acuh. "Lo kalo mau keluyuran, jangan nyusahin orang dong!" lanjutnya, terdengar nada kesal dari bibirnya . "Untungnya Om Henry, berhasil menggagalkan orang yang akan melecehkan lo."

"What!?" hampir saja jantung Mela berhenti berdenyut, ketika nama Henry di sebut oleh Jingga. Menggagalkan katanya, bahkan dialah pelaku utamanya. Ingin rasanya ia berbicara jujur pada Jingga tapi, yang keluar adalah kalimat lain. "Sorry, kalo gue nyusahin lo sama Bara" sekali lagi Mela memohon maaf. "Tapi darimana lo kenal sama Henry?"

"Om Henry salah satu donatur panti asuhan, yang paling banyak membantu Tante Soraya" terang Jingga. "Ayok cepetan, Bara nungguin dari tadi. Jangan kebanyakan minta maaf, gue males nolong lo kalo gak karena pak tua itu."

"Lo gak ikhlas nolong gue" ucap Mela, sambil mengikuti Jingga keluar dari kamar yang hampir saja membuatnya ternoda.

"Setelah niat lo yang akan merebut suami gue, bisakah gue berbuat ikhlas?" tanya Jingga, membalikkan badannya. "Orang normal juga tau batasan!"

Hampir saja Mela menubruk Jingga, karena sahabatnya itu spontan memutar tubuhnya.

"Ups sorry!" ujarnya menahan malu.

Mereka turun dari lantai tiga, menuju satu ruangan yang pintunya tidak tertutup. Di tengah-tengah ruangan, Bara sedang berbicara dengan pria yang hampir memperkosanya. Siapa lagi kalau bukan Henry? Pria Flamboyan yang sialnya begitu tampan, berdiri sambil memasukkan satu lengannya dalam saku celana panjangnya.

"Hubby, kita udah siap pulang" ucap Jingga, begitu tiba di depan mereka berdua.

"Oke Henry, thanks ya udah nolong sepupu gue" ujar Bara, sambil menjabat tangan pria yang lebih tua darinya.

"Bukan masalah! Dia juga calon istri gue, jadi pantas di tolong" balas Henry ramah. "Kapan-kapan, ajak Jingga nongkrong di sini" undangnya menambahkan.

"Jangan di sini Om, saya alergi masuk club malam" celetuk Jingga. "Mending, kita nge-date bareng di restoran" usulnya.

"Itu lebih bagus, kita cari hari baiknya" kata Henry dengan mata berbinar. "Saya gak tau, kalo kamu udah nikah sama Bara. Kalian menikah diam-diam, ya!" tebaknya asal.

"Seperti yang Om tau, kami memang belum merayakannya" ucap Jingga, sembari menggamit tangan Bara. "Benarkan sayang!?" tanyanya menantang.

"Heum! Kami memang belum menemukan tanggal yang tepat. Saya masih di sibukkan dengan pekerjaan" ujar Bara membenarkan.

"Jangan kelamaan, nanti Jingga di ambil orang" seloroh Henry bercanda.

"Jangan dong Om, susah loh cari suami model Bara. Udah ganteng, tajir lagi. Paket komplit deh!" kelakar Jingga, sembari mengusap dada suaminya.

"Haha! Matre juga kamu, Jingga." ujar Henry tergelak.

"Kalo gak matre, bukan cewek namanya. Hampir semua perempuan doyan duit, Om" canda Jingga santai. "Tanya Mela, kalo gak percaya" lanjutnya, mengerling ke arah sahabatnya yang hanya diam.

"Iya" angguk Mela menyetujui.

"Oo ya Mela, besok malam saya datang ke rumah. Jangan kemana-mana, ada yang harus kita bicarakan" ucap Henry pada Mela, yang terlihat berdiri salah tingkah di hadapan mereka.

Henry mengantar mereka sampai parkiran, lewat pintu belakang. Ia memaksa memeluk bahu Mela walau selalu menghindar selama berjalan, dan mengabaikan wajah marahnya.

"Mobil mu, biar saya antarkan besok" ujarnya, melirik sekilas Mela yang terlihat menahan amarahnya. "Maafkan saya, yang gak bisa menemani mu. Club sedang ramai pengunjung, jadi saya benar-benar sibuk malam ini."

Mela hanya diam tanpa mau merespons ucapan Henry, ia dongkol dengan sikapnya yang seolah-olah tidak bersalah.

Selama perjalanan mereka hanya terdiam, suasana dalam mobil terasa mencekam. Aura dingin yang di tampilkan Bara, membuat Mela menciut. Sepupunya itu belum pernah dalam mode marah, ia selalu memanjakannya. Namun akhir-akhir ini, Mela memang banyak berulah. Dari mengancam Jingga dengan foto-foto dan pesan berisi kebohongan, sampai mendatangi kamar Bara ketika istrinya sakit. Dan yang baru saja terjadi, ia hampir saja ternoda.

"Jelaskan, apa yang baru saja terjadi?" tanya Bara, memandang wajah sepupunya lewat kaca spion tengah.

"Lo udah denger dari Henry, apa lagi yang harus gue jelasin?"

"Gue belum puas sebelum mendengarnya dari mulut lo langsung, kenapa kejadian itu bisa terjadi? padahal ada Davin bersama dengan lo" tutur Bara kesal.

"Hubby, udah deh! Kasian Mela, keliatannya dia masih syok" pinta Jingga, melihat ke belakang dimana Mela duduk.

"Denger tuh, nasehat istri lo. Gue ngantuk!" ujarnya, sembari memejamkan matanya.

"Huh!" dengus Bara gemas. "Kapan lo berhenti berbuat salah?"

"Semua manusia pasti pernah berbuat salah, hubby. Jangan marah-marah terus, nanti cepet tua!"

"Sok tau!"

"Itu bukan saya yang ngomong, tapi pak ustadz yang ceramah."

"Sejak kapan menghadiri kajian?"

"Sejak saya kecil udah rajin ikutan ceramah di mesjid-mesjid deket rumah, kadang Tante Soraya mengundang penceramah ke panti" tutur Jingga lembut.

"Bagus sekali, wifey. Saya senang mendengarnya. Ngomong-ngomong, kamu terlihat akrab dengan Henry Russel."

"Gimana gak akrab? hampir setiap minggu, beliau menyambangi panti."

"Menurut kamu, seperti apa karakter seorang Henry?"

"Kalo menurut pendapat saya sih, Om Henry orangnya baik. Enggak neko-neko, menghormati orang yang lebih tua serta ramah."

"Sepertinya, kamu sangat mengagumi dia."

"Memangnya gak boleh, gitu!?"

"Jangan terlampau kagum, nanti bisa jatuh cinta."

"Yeey, bapak cemburu ya!"

"Enggak, buat apa cemburu membuang-buang energi!"

"Enggak cemburu, tapi muka bapak sebaliknya."

"Berisik! Saya harus konsentrasi menyetir, apa kamu mau kita celaka?"

"Jangan dong! Saya belum kenyang menikmati hidup, di bandingkan bapak yang udah makan asam garam. Kalo celaka, saya bisa cacat atau meninggal. Saya gak mau bapak kawin lagi, apalagi sama Mela." rajuk nya manja

"Ck! Mikirnya jangan kejauhan."

Dari kursi belakang, Mela mendengarkan percakapan mereka yang terdengar absurd. Dalam hati berharap mereka akan terpisah, dan dia lah pemenangnya.

...    ****...

1
Kaifa Banova
up nya kurang banyak
nanik sriharyuniati
Luar biasa
Alin Norshalsabilla Alkhatir
Jangan dulu kasih harapan Laki macam entu mah Jingga kasih dulu pelajarn Laki Lw masih pinpalan gk punya pendirian.
Alin Norshalsabilla Alkhatir
next
Alin Norshalsabilla Alkhatir
Nah entu baru God..
beri plajaran tuk Laki leya leye gtu mh Laki gk punya pendirian hampas aja
Mundri Astuti
lah itumah pada egois semua, yg jadi korban jingga, kalau masih ngurusin si Mela bukannya malah nengiyakan berita yg tersebar, lagi ngga mikir banget kakeknya
Mundri Astuti
kakeknya begitu amat ya
Mundri Astuti
nah gitu dong jingga, tegas biar ngga disakiti berulang kali, dimanfaatkan pula, bara plin plan tinggalin aja mendingan
Desi Irawati
semangat jingga. good job
Desi Irawati
kalo aku jd jingga sdh gua tinggalin
Alin Norshalsabilla Alkhatir
Laki gak punya pendirian tenggelamkan di markas buaya aja punya Laki Dan sahabat bgtu mah jingga..

Menjauhlah bila prelu pergi ke dasar bumi biar tidak ketemu lagi sama laki biadab entu.
Alin Norshalsabilla Alkhatir
Laki gak punya pendirian tenggelamkan di markas buaya aja punya Laki Dan sahabat bgtu mah jingga..

Menjauhlah bila prelu pergi ke dasar bumi biar tidak ketemu lagi sama laki biadab entu.
Alin Norshalsabilla Alkhatir
next
Kaifa Banova
upnya kurang ....
Alin Norshalsabilla Alkhatir
Hadeuh ratu ular kadut ngapain ikut campur...
si Jingga harusnya gk baper di pernikahan itu kan pernikahan hitam di atas putih bukan di dasari suka sama suka..
Mundri Astuti
ngga tau dah mo ngomong apa, baranya begitu, jingga mesti tegas, klo memang ngga serius dng pernikahannya lepaskan
Mundri Astuti
pergi menjauh lebih baik
Alin Norshalsabilla Alkhatir
Menjauh aja dulu Jingga..
biar jdi penonton dulu , dema apa lgi yang mereka mainkan.
Alin Norshalsabilla Alkhatir
Napa gk nikahi aja tuh sepup lw Bara sebelum jingga jatuh cinta beneran ma Lw
Alin Norshalsabilla Alkhatir
pesanagn manis snerarnya.. tp sayang harus ada si luman ular.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!