Bibit Bayaran

Setelah berucap seperti itu. Bryan mulai mengemasi barang-barangnya. Lalu memanggil asisten nya untuk mempersiapkan pesawat pribadinya. Dia sudah berjanji pada mamanya, kalau sampai dalam satu tahun tidak bisa menemukan wanita yang sedang ia cari, mau tak mau Bryan harus rela pulang ke negara asalnya.

Dan Bryan sudah mempersiapkan hari ini jauh-jauh hari, ketika tidak ada tanda-tanda keberadaan wanita yang mampu membuatnya kerepotan sampai detik ini.

"Apa semua sudah siap?" tanya Bryan pada Miko, asisten pribadinya.

"Sudah, Tuan." jawab Miko. Orang yang paling di percaya oleh Bryan.

Miko telah mengurus semua pekerjaan Bryan yang ada di negara ini untuk dipindah tugaskan pada wakil Bryan, Hendrik. Karena perintah dari mamanya yang merupakan pemilik perusahaan ini, adalah hal mutlak bagi Bryan lakukan.

Setelah semua sudah siap, Bryan dan Miko pergi ke bandara dan terbang ke negara asal Bryan.

Sementara itu di tempat lain, terlihat wanita yang sangat cantik, bertubuh seksih sedikit berisi. Serta bagian depan tubuhnya yang sangat menggoda kaum pria. Wanita itu tengah di sibukkan dengan putri kecilnya.

Entah mengapa, dari semalam putri kecilnya itu menangis tiada henti. Meskipun sudah ia beri ASI. Dan itu membuat Manika begadang semalaman.

"Sayang, diem dulu dong. Mami harus bekerja hari ini," nampak sekali raut letih di wajah Manika. "Ada Direktur baru di tempat kerja Mami hari ini Sayang. Kalau sampai Mami telat, Mami bisa di pecat nantinya," ucap Manika pada sangat buah hati yang masih menangis.

Dari arah dapur, terlihat wanita paruh baya yang berjalan ke arah Manika. Wanita paruh baya itu membawakan susu di botol yang berukuran kecil.

"Ada apa, Nika?" tanya Dahruslia pada cucunya. Kemudian mengambil alih cicit kesayangannya itu.

"Cloe nangis terus, Nek. Nika harus ngantor hari ini." keluh Manika pada sang nenek. Meskipun sudah berusia lanjut, Dahruslia masih terlihat sehat dan bugar di usia tua-nya.

Dahruslia lah yang mendesak Manika untuk menikah dan mempunyai seorang anak. Namun ternyata cucu nakalnya itu lebih memilih memiliki anak tanpa menikah. Bahkan sampai sekarang cucunya tidak mengetahui siapa nama dari ayah cicitnya tersebut.

"Ya sudah, biar Nenek saja yang menjaga Cloe. Kamu bersiap dulu sana. Nanti terlambat kerjanya," ucap Dahruslia pada Manika.

Manika nampak terdiam, berpikir apakah dia akan masuk kerja hari ini atau tidak. Sementara keadaan Cloe yang rewel tanpa sebab. Padahal badannya juga tidak panas.

Di usia seperti putri saat ini yang baru menginjak empat bulan, memang masih seringkali rewel. Entah itu karena lapar atau perasaan dari orang terdekatnya sedang buruk.

"Nenek yakin, mau jagain Cloe sendiri? Mama kan masih nanti sore pulang dari rumah Budhe Santi," tanya Manika meyakinkan sekali lagi. Karena di usia Cloe sekarang, dia sudah mulai aktif. Takut jika nenek yang paling Manika sayangi itu kecapean.

Dahruslia tersenyum kepada Manika. Ternyata cucu nakalnya itu mulai berubah. Manika semakin lebih dewasa dan bertanggung jawab setelah memiliki Cloe. Dan Dahruslia tidak pernah menyalahkan Manika atas kehamilannya di luar nikah. Bahkan tidak mengetahui siapa ayah dari Cloe.

Tidak seperti papanya. Papa Manika marah besar terhadap Manika. Bahkan waktu mengetahui Manika hamil, Manika sempat di cambuk oleh papanya. Tentu saja hal itu membuat mamanya Manika geram terhadap suaminya. Dan mereka bertengkar hebat setelah sekian lama berpisah ranjang. Pada akhirnya mamanya Manika memutuskan untuk menceraikan suaminya yang dinilainya tidak bertanggung jawab terhadap keluarga.

"Udah, kamu bersiap sana. Urusan Cloe, biar Nenek yang menjaganya. Kalau Nenek tidak sanggup, nanti bisa minta tolong pada bibi di sebelah rumah kita. Dia juga menyayangi Cloe seperti menyayangi cucunya sendiri." ujar Dahruslia kemudian dituruti oleh Manika. Manika mulai bersiap untuk berangkat bekerja. Meski berat meninggalkan putrinya, namun Manika tetap harus mencari nafkah untuk putrinya. Karena kini Manika menjadi tulang punggung keluarganya