Hanya karena dipuji ketampanannya oleh seorang wanita, Miko justru menjadi target perundungan sang penguasa kampus dan teman-temannya.
Awalnya Miko memilih diam dan mengalah. Namun lama-kelamaan Miko semakin muak dan memilih menyerang balik sang penguasa kampus.
Namun, siapa sangka, akibat dari keberanian melawan penguasa kampus, Miko justru menemukan sebuah fakta tentang dirinya. Setelah fakta itu terungkap, kehidupan Miko pun berubah dan dia harus menghadapi berbagai masalah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dilema
Sore ini, seorang wanita nampak duduk terdiam di salah satu ruang, sebuah rumah sakit. Sesekali matanya menatap seorang pria muda yang terbaring tak berdaya di atas brangkar dengan luka memar di beberapa tubuh dan wajahnya.
Hati wanita itu seperti tersayat melihat satu-satunya keluarga yang dia miliki, dalam keadaan terbaring tak berdaya. Sesekali dia mengumpat, mengutuk seseorang yang menyebabkan anaknya bernasib sangat malang.
Dia lah Seruni, wanita mandiri yang hidupnya dipenuhi kepahitan sejak mengenal pria bernama William. Wanita itu tidak menyangka akan dipertemukan kembali dengan pria yang telah membuat masa depannya tak tentu arah.
Begitu mendengar kabar, sang anak sedang dalam masalah besar, karena berurusan dengan anaknya presdir Lion Heart, Seruni segera meninggalkan dagangannya, menuju kampus, tempat anaknya menimba ilmu.
Seruni tahu betul siapa pemimpin Lion heart dan Seruni kali ini dia akan berhadapan dengan pemimpin perusahaan itu,, Seruni memutuskan melajukan motornya sejenak menuju rumah kontrakan, untuk mengambil ponsel yang dulu pernah William berikan kepada Seruni sebagai hadiah.
Hadiah yang sangat membahagiakan sebelum Seruni tahu akan kebusukan William dan teman-temannya.
Seruni tidak mengharapkan banyak hal dari pertemuan singkatnya dengan William. Bahkan setelah keadaan Miko membaik, Seruni akan memilih menghilang, seperti yang dia lakukan sejak beberapa tahun yang lalu.
Sebuah ketukan pintu terdengar dalam ruangan Seruni berada, membuat wanita yang sedang melamun di dalamnya, sedikit terjengat. Dia pun langsung menoleh.
Nampak dua orang yang Seruni kenal, mesuk ke dalam sembari melempar senyum dan salah satunya menghampiri Seruni.
"Bagaimana keadaan Miko, Run?" tanya salah satu orang itu setelah menjabat tangan Seruni.
"Yah, begitu lah, seperti yang kalian lihat," jawab Seruni.
Dua orang berbeda jenis dan merupakan sepasang suami istri itu lantas mendekat brangkar, memperhatikan anak muda yang matanya masih terpejam.
"Jahat banget sih William, bisa-bisanya bikin Miko kaya gini," gerutu si wanita, kesal. Seruni yang mendengarnya hanya bisa tersenyum masam.
"Miko sampai luka dalam nggak, Run?" tanya si pria menatap Seruni sejenak. Seruni menggeleng pelan.
"Bagaimana reaksi William tadi, saat melihat kedatanganmu?" tanya si wanita sembari mendekat dan duduk di samping Seruni. Sedangkan si pria memilih duduk di atas brangkar.
"Sepertinya dia sangat syok, sampai nggak ngomong apa-apa," jawab Seruni.
Bibir teman Seruni mencebik. "Harusnya kamu pukul dia sampai babak belur juga, Run. Jangan cuma menamparnya."
Seruni langsung menoleh. "Kok kamu tahu, aku menamparnya?"
Teman Seruni itu malah nampak kaget melihat reaksi sahabatnya. "Emang kamu nggak tahu?"
"Nggak tahu apa?" Seruni malah seperti orang bingung.
"Astaga! Perbuatan kamu ke William itu langsung viral, Runi," si wanita gemas.
"Hah! Secepat itu?" Seruni nampak syok.
"Iya, cepat banget," si pria ikut bersuara. "Karena orang yang kamu tampar itu bukan orang sembarangan."
"Astaga! Aku nggak kepikiran sampai ke sana," Seruni sedikit panik. "Pasti aku bakalan diburu banyak wartawan nih."
"Pasti itu," sahut si wanita. "Kayanya di luar rumah sakit, tadi juga kita lihat beberapa wartawan, ya mas ya?"
Si pria mengangguk. "Kenapa, Run? Kamu takut?"
"Takut sih nggak," jawab Seruni. "Aku cuma nggak mau, berurusan dengan William lagi."
"Terus? Apa kamu akan pergi lagi?" terka si pria. "Sampai kapan kamu akan selalu seperti itu?"
Seruni menatap sang anak.
"Jangan pergi lagi, Run," si wanita meraih tangan Seruni dan menggenggamnya.
"Aku nggak mau, semua orang tahu keberadaanku, Din," balas Seruni. Raut wajahnya terlihat sendu.
Wanita yang akrab dipanggil Dini, nampak menghela nafas, menatap lekat sahabatnya yang baru ketemu sejak beberapa bulan terakhir.
"Jangan menghindar lagi," ucap Dini lembut. "Kasihan anakmu. Dia bahkan belum pernah ketemu sama nenek kakeknya."
Seruni tersenyum. "Mereka yang tidak mengingingkannya untuk bertemu. Apa kalian lupa, bagaimana keluargaku dulu mengusirku saat tahu aku hamil?"
Sepasang suami istri itu saling menatap.
"Setidaknya dengan viralnya perbuatanku pada William, mereka tahu, kalau aku masih baik-baik saja," Seruni tidak dapat membendung air matanya.
"Tapi kamu akan sembunyi dimana?" tanya si pria. "Wajah kamu aja, sekarang sudah terkenal dimana-mana. Belum lagi, William pasti tidak akan tinggal diam karena dipermalukan seperti itu."
"Setidaknya anakku aman, Dim," balas Seruni.
"Tidak ada tempat yang aman kalau untuk menghindari masalah. William pasti akan mencarimu kemanapun. Kamu tahu sendiri kan, kekuasan William seperti apa?" ucap pria yang akrab di panggil Dimas.
"Benar, Run," Dini menimpali. "Sekarang percuma kamu menghindar. Bisa jadi orangnya William juga berada di sekitar rumah sakit ini."
Di saat bersamaan, ketiga orang itu mendengar seseorang menyapa. Betapa terkejutnya tiga orang itu, kala mata mereka melempar pandangan ke satu arah dan di sana, di ambang pintu, pria yang sedang mereka bicarakan berdiri berdiri terpaku.
####
Sementara itu di tempat lain, tepatnya di sebuah rumah sederhana, empat orang yang baru saja terusir dari rumah mewah mereka, kini sedang duduk bersama dengan segala pergulatan batin mereka.
"Mom, semua ini tidak benar, kan?" Rengek pria yang paling muda diantara empat orang itu. "Aku itu anak Daddy William, kan?"
"Diam kamu, Kelvin," bentak Renata.
"Tidak! Aku tidak akan diam, sebelum Mommy menjawab semuanya! Katakan Mom, katakan! Aku anak Daddy William kan, Mom?"
"Bukan, Kelvin, bukan!" bentak Renata. "Kamu bukan anak kandung William. Puas?"
Kelvin sontak terpengarah dengan kepala menggeleng samar. "Tidak, ini pasti bohong. Mommy pasti bohong!"
"Terserah, kamu percaya atau tidak!" balas Renata berapi-api. "Gara-gara kecerobohan kamu, sekarang kita hidup miskin!"
"Ren," John memberi tatapan peringatan.
"Kenapa! Kalian tidak terima?" Renita semakin emosi. "Percuma ditutupin lagi! Semua sudah kebongkar! Semua berakhir! Aaaaa..."
"Belum, Renata, ini belum berakhir," sahut Daniel.
"Belum berakhir bagaimana?" Renata terlihat berang. "Apa kamu buta, hah! Lihat! Seruni masih hidup! Bagaimana bisa kalian membiarkannya begitu saja, hah!"
"Siapa yang membiarkan Seruni?" John nampak tak terima. "Kita sudah berusaha mencarinya, tapi kamu tahu sendiri, hasilnya bagaimana. Udah berapa tahun coba kita mencarinya. Wajar kan kalau kami pikir dia sudah tidak ada."
Nafas Renata benar-benar menderu. "Lalu sekarang, kita harus bagaimana? Aku tidak mau hidup miskin."
"Kita tidak akan pernah hidup miskin, Renata. Justru, munculnya Seruni, adalah keuntungan bagi kita," ucap Daniel.
"Keuntungan bagi kita? Apa maksudmu?" tanya Renata.
Daniel menyeringai, lalu dia mengatakan semua yang telah dia pikirkan dan dia rancang sedemikian rupa.
"Ide bagus itu," sahut John begitu mencerna dengan baik rencana Daniel. "Tapi, untuk saat ini, kita kan tidak bisa kemana-mana?"
Daniel kembali tersenyum. "Justru itu, kita harus memanfaatkan kesempatan ini agar kita tidak dicurigai oleh William."
Renata dan John saling pandang. Mereka pun setuju dengan rencana Daniel. Begitu juga dengan Kelvin.
dikhianati org yg disayang memang amat sangat sulit sembuh, cinta 100% akan berubah menjadi benci 1000%