"Menikahlah dengan saya, Alara." Ucap Alderio seraya menggenggam tangan Alara.
Alara Sinta Pramudito, seorang mahasiswa tingkat akhir yang memiliki wajah cantik dan sangat manis harus rela melepas kegadisannya akibat kejadian satu malam yang tidak disengaja.
Kejadian yang enggan untuk diingatnya itu justru tidak direstui takdir, ia kembali dipertemukan dengan sang pria sebagai dosen pembimbingnya.
Alderio Gautam Haiyan, pria tampan dengan sejuta pesona yang berprofesi sebagai seorang dosen di universitas bergengsi di kotanya.
Tak menyangka akan bertemu kembali dengan wanita yang menjadi pasangannya malam itu apalagi sebagai mahasiswanya.
Sifat Alara yang tidak menye-menye dan spontan berhasil membuat sosok Alderio jatuh dalam pesonanya.
Lantas bagaimana kisah keduanya???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menikahlah dengan saya
Alara akhirnya sampai dirumah dengan bantuan Alderio yang memberinya tumpangan, ia melirik ke arah dosennya sedikit, bibirnya tampak ia gigit karena ragu untuk mengucapkan sesuatu.
"Jangan digigit, itu akan sakit." Tegur Alderio membuat Alara sontak menoleh.
"Kecuali saya yang menggigitnya." Lanjut Alderio membuat Alara langsung melotot.
"Bapak jangan mesumm 'ya!!!" Pekik Alara reflek memukul bahu Alderio.
Alderio hanya terkekeh, ia memegang tangan Alara yang masih memukulnya lalu menariknya hingga Alara sedikit maju mendekati dirinya.
"Kamu pikir saya lupa, saya tahu sejak pertama melihat saya, kamu langsung mengenal saya, pria yang menjadi pasanganmu malam itu." Ucap Alderio dengan pelan namun penuh alunan yang entah mengapa membuat Alara memejamkan matanya.
"Alara, saya berpura-pura tidak ingat karena saya mengira kamu akan memaki-maki saya dan meminta pertanggung jawaban, tapi ternyata saya salah, kamu malah menghindar." Lanjut Alderio masih dengan intonasi yang sama.
Alara membuka matanya, ia melepaskan tangannya dari genggaman Alderio lalu mendorong tubuh Al menjauh darinya.
"Lupakan kita pernah bertemu selain sebagai mahasiswa dan dosen, Pak. Saya sudah tidak mau mengingatnya lagi, dan anda juga jangan pernah membahasnya lagi!" tegas Alara dengan nafas terengah-engah.
Alderio terkekeh, ia mengusap kepala gadis itu namun buru-buru tangannya ditepis dengan kasar.
"Jadi kau sudah mengingatnya, Sayang?" tanya Alderio menaik turunkan alisnya.
"Hentikan, Pak. Saya butuh waktu berhari-hari untuk merasa tenang dan ikhlas, tolong jangan membuat sesal dan rasa bersalah saya pada orang tua saya semakin besar!" pinta Alara mulai menangis.
Alderio terkejut melihat Alara yang menangis, ia hendak mengusap bahu gadis itu, namun Alara buru-buru memundurkan tubuhnya enggan disentuh Alderio.
"Tolong jangan temui saya lagi, Pak. Besok saya akan minta pergantian dosen pembimbing yang baru lagi. Terima kasih atas tumpangannya, selamat malam." Pamit Alara kemudian keluar dari mobil Al dan berlari masuk ke dalam rumahnya.
Alderio menatap kepergian Alara dengan nanar, ia merasa ikut bersalah disini karena membuat gadis itu harus kehilangan masa depan yang cerah akibat sama-sama tidak sadar waktu itu.
Sedikit cerita, Alderio teringat alasan dirinya datang ke club malam itu. Ia hanya ingin melepas penat dan melampiaskan segala kekesalan nya karena terus didesak untuk menikah.
Alderio adalah tipe pria dingin dan enggan dekat dengan wanita, ia bahkan tidak pernah berpacaran lebih dari satu bulan karena tidak bisa memperlakukan kekasihnya dengan baik. Bahkan malam itu merupakan malam pertama Alderio melakukan hubungan diluar batas dan itu bersama Alara yang ternyata juga masih virginn saat mereka berhubungan.
"Saya akan bertanggung jawab, Alara." Gumam Alderio kemudian segera pergi meninggalkan area rumah Alara.
Sementara Alara masuk dengan perasaan yang masih sedikit kesal dan sakit hati, mengapa ia harus kembali bertemu dengan pria itu, pria yang menjadi alasan kehancuran dirinya.
Saat melewati pos penjaga, langkah Alara terhenti karena Pak Ujang bertanya padanya.
"Loh, Non. Kok jalan kaki, mobilnya mana?" tanya Pak Ujang keheranan.
"Mogok, Pak. Aku tinggal di minimarket diujung jalan, hehehe." Jawab Alara kemudian langsung pamit masuk ke dalam rumah.
Sesampainya di dalam rumah, ia melihat Reina sedang duduk sambil memakan camilan di sofa, Alara mendekat kemudian duduk di sebelah gadis itu.
"Mana belanjaan lo?" tanya Reina menatap aneh Alara yang tidak membawa apapun.
Alara terdiam, ia menepuk jidatnya sendiri karena baru ingat jika semua jajanan nya tertinggal di mobil Alderio, dosennya.
"Gue lupa, jajannya ketinggalan di mobil pak–" Ucapan Alara terhenti seketika. Ia tidak mau membuat Reina banyak bertanya akibat dirinya pulang dengan pak Alderio.
"Pak siapa?" tanya Reina mengerutkan keningnya.
"Pak supir taksi, tadi mobil gue mogok jadi naik taksi." Jawab Alara ngeles.
Reina hanya manggut-manggut mempercayai ucapan temannya itu, mereka kemudian beranjak menuju dapur untuk makan malam.
Keesokan harinya, Alara dan Reina kembali berangkat bersama, namun hari ini tidak semulus hari kemarin karena ia bertemu Echa dan juga Bastian yang menatapnya dengan aneh.
"Kenapa lo natap kita kaya gitu?" tanya Reina tak suka.
"Gue bener-bener nggak nyangka kalo lo kaya gitu, Ra. Jadi lo sering datang ke club untuk bersenang-senang sementara kalo di kampus lo polos banget. Manipulatif lo, Ra!" desis Bastian tiba-tiba.
Alara terkejut mendengar penuturan Bastian, namun sesaat kemudian ia melirik ke arah Echa yang tampak tersenyum penuh kemenangan. Ia yakin, Echa lah yang sudah mengompori Bastian.
"Hmm, makasih pujiannya ya. Gue buru-buru, bye." Timpal Alara dengan santai.
Alara hendak pergi, namun langkah kakinya terhenti tepat di sebelah Echa.
"Hati-hati, gue takutnya lo malu sama gue karena salah kaprah. Gue mungkin manipulatif, tapi ada yang playing victim." Lanjut Alara kemudian langsung pergi meninggalkan dua orang itu.
Reina tersenyum senang mendengar sahabatnya itu melawan dengan cara elegan, ia suka melihat Alara yang tidak hanya diam saja saat ditindas, seperti sebelum-sebelumnya.
"Ra, gue ada janji sama dosen gue pagi-pagi. Gue langsung kesana ya, takut kena omel." Pamit Reina setelah melirik jam dipergelangan tangannya.
"Iya, sana." Sahut Alara memberi gerakan seakan mengusir.
"Mendingan gue ke akademik buat minta ganti dosen pembimbing lagi, semoga di kasih." Gumam Alara kemudian langsung pergi.
Sesampainya di administrasi akademik, Alara menghela nafas lega karena tidak ramai. Ia buru-buru mendekat dan bicara melalui lubang yang terdapat di kaca.
"Permisi, Pak. Boleh saya minta pergantian dosen pembimbing yang baru?" tanya Alara dengan sopan.
"Bisa tunjukkan kartu mahasiswa kamu." Pinta si petugas membuat Alara buru-buru memberikan kartunya.
"Kamu baru ganti dosen beberapa hari lalu, dengan alasan apa kamu mau menggantinya lagi?"
Alara terdiam, alasan apa yang harus ia katakan agar bisa mendapat persetujuan.
"Kurang nyaman, Pak." Alara benar-benar mengutuk dirinya sendiri, bagaimana bisa mulut nya bicara begitu.
"Tidak masuk akal." Ketusnya seraya mengembalikan kartu mahasiswa milik Alara.
Alara menekuk wajahnya, ia berharap sekali bisa ganti dosen pembimbing. Hari ini ia memutuskan untuk mogok revisi, ia hendak pergi ke kantin namun tangannya di cegah oleh seseorang.
"Pak Al, bapak apa-apaan sih. Lepasin!!" seru Alara menepis tangan Alderio.
"Tenang, saya hanya ingin mengembalikan makanan kamu." Ucap Al memberikan belanjaan Alara yang tertinggal semelam.
"Oh, makasih ya, Pak." Sahut Alara hendak pergi namun lagi-lagi dicegah oleh Alderio.
"Dimana skripsimu, biar saya periksa sekarang karena saya ada urusan siang nanti?" tanya Alderio meminta.
Alara mengepalkan tangannya, ia benar-benar merasa kesal dan jengkel karena niatnya lagi-lagi gagal. Ia enggan melakukan revisi, tapi dosen disebelahnya ini malah menagihnya.
"Pak, kenapa skripsi saya nggak selesai-selesai sih?!!" Gerutu Alara karena terlalu kesal.
"Menikah sama saya maka skripsi kamu aman." Timpal Alderio dengan santai.
WADUH, GERCEP YA PAK AL😭
To be continued