Ji An Yi adalah seorang gadis biasa yang mendapati dirinya terjebak di dalam dunia kolosal sebagai seorang selir Raja Xiang Rong. Dunia yang penuh dengan intrik, kekuasaan, dan cinta ini memaksanya untuk menjalani misi tak terduga: mendapatkan Jantung Teratai, sebuah benda mistis yang dapat menyembuhkan penyakit mematikan sekaligus membuka jalan baginya kembali ke dunia nyata.
Namun, segalanya menjadi lebih rumit ketika Raja Xiang Rong-pria dingin yang membencinya-dan Xiang Wei, sang Putra Mahkota yang hangat dan penuh perhatian, mulai terlibat dalam perjalanan hidupnya. Di tengah strategi politik, pemberontakan di perbatasan, dan misteri kerajaan, Ji An terjebak di antara dua hati yang berseteru.
Akankah Ji An mampu mendapatkan Jantung Teratai tanpa terjebak lebih dalam dalam dunia penuh drama ini? Ataukah ia justru akan menemukan sesuatu yang lebih besar dari misi awalnya-cinta sejati yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vanilatin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 31 Kali ini, aku akan menemukan jalanku sendiri
Ji An menghela napas panjang, tatapannya tajam mengarah pada bayangan dirinya di cermin perunggu. Kali ini, ia sudah memutuskan. Jika terus berurusan dengan Xiang Rong hanya membuat segalanya lebih rumit, maka ia harus mencari cara lain untuk menyelesaikan misinya. Hatinya masih terguncang oleh pernyataan cinta Xiang Wei, tapi ia tidak bisa membiarkan itu menghalangi tujuan utamanya: kembali ke dunia nyata.
Ia mengenakan gaun sederhana berwarna gading yang melambai lembut setiap kali ia bergerak. Rambutnya diikat dengan rapi menggunakan pita sutra berwarna merah marun, menjuntai anggun hingga punggungnya. Wajahnya tampak tenang, tetapi mata itu menyimpan tekad yang kuat.
"Kali ini, aku akan menemukan jalanku sendiri," bisiknya pelan, seolah menegaskan kembali niatnya.
Ji An melangkah keluar dari paviliun, ditemani Lin Li yang tampak khawatir.
"Nona, apa Anda yakin ingin pergi sendiri? Bukankah terlalu berbahaya tanpa perlindungan siapa pun?" tanya Lin Li.
"Lin Li, aku tidak akan pergi jauh. Aku hanya perlu mencari udara segar dan melihat sesuatu yang mungkin bisa membantuku menemukan jalan keluar dari tempat ini," jawab Ji An dengan senyum kecil. Namun, dalam hatinya, ia tahu perjalanan ini lebih dari sekadar mencari udara segar.
Kali ini tujuan Ji An adalah ke Perpustakaan Istana
Ji An mengingat bahwa ada perpustakaan kuno di sudut barat istana yang jarang dikunjungi orang. Ia mendengar dari Feng Zhi bahwa perpustakaan itu menyimpan banyak manuskrip lama, termasuk catatan sejarah istana dan mungkin sesuatu yang bisa membantunya memahami situasi dunia ini.
Setibanya di sana, Ji An mendapati tempat itu sepi, hanya ada beberapa pelayan yang sedang membersihkan rak-rak tua. Aroma kayu tua dan debu memenuhi ruangan. Ji An mulai menjelajahi setiap sudut, membaca gulungan demi gulungan yang memuat sejarah, legenda, dan bahkan beberapa ramalan kuno.
Saat ia membuka salah satu gulungan yang tampak sudah rapuh, sesuatu menarik perhatiannya. Sebuah catatan yang berbunyi:
"Hanya hati yang murni yang mampu membuka pintu ke dunia lain."
"Hati yang murni... ?" gumam Ji An, mencoba memahami makna tulisan itu.
Namun, Ji An tidak menyadari bahwa dari kejauhan, seorang pelayan yang setia pada Permaisuri mengawasi gerak-geriknya. Pelayan itu segera melapor kepada Permaisuri tentang keberadaan Ji An di perpustakaan kuno.
"Dia mencari sesuatu di perpustakaan? Hm, kurasa ini saat yang tepat untuk menyingkirkannya," Permaisuri berkata sambil tersenyum licik.
Permaisuri merancang rencana baru untuk membuat Ji An dituduh mencuri atau merusak dokumen penting di perpustakaan. Ia memerintahkan pelayannya untuk menyelundupkan gulungan rahasia milik kerajaan ke paviliun Ji An, memastikan bahwa ketika pencarian dilakukan, Ji An tidak punya cara untuk membela diri.
Sementara itu, Ji An, yang masih sibuk menyusun petunjuk dari catatan yang ia temukan, tidak sadar bahwa bahaya besar sedang mendekatinya...
***
Ji An masih sibuk membuka beberapa gulungan kuno, matanya fokus menelusuri setiap baris kalimat dengan harapan menemukan petunjuk yang ia cari. Namun, tiba-tiba suara keras dari pintu perpustakaan yang terbanting membuatnya terlonjak. Gulungan yang ia pegang terlepas dari tangannya, jatuh berantakan ke lantai.
"Tangkap Selir Ji An Yi!" suara lantang pemimpin prajurit istana menggema, diikuti langkah kaki berat para pengawal yang memenuhi ruangan. Ji An terperangah, berdiri kaku di sudut lorong tempat ia membaca.
"Apa yang terjadi?" Ji An berusaha menenangkan diri, tapi suaranya bergetar. "Kenapa kalian menangkapku?"
Pemimpin prajurit melangkah maju dengan sorot mata tajam. "Kami mendapat laporan bahwa Anda mencuri dokumen penting milik kerajaan. Kami menemukan bukti di paviliun Anda."
Ji An membeku. Mencuri? Bukti? Semua itu tidak masuk akal. Ia tahu betul ia tidak melakukan apa yang dituduhkan.
"Tunggu, ini pasti kesalahpahaman!" Ji An mencoba membela diri, tapi para prajurit sudah melingkupinya, meraih kedua lengannya dengan kasar.
"Tidak ada kesalahan, Nona Selir. Dokumen yang hilang itu ditemukan di paviliun Anda. Atas perintah Raja, Anda akan ditahan sementara untuk penyelidikan lebih lanjut," ujar pemimpin prajurit dengan dingin.
Ji An mencoba melepaskan diri, tetapi cengkeraman mereka terlalu kuat. Dalam hatinya, ia tahu ini adalah jebakan. Permaisuri. Pasti ia yang melakukan ini.
Di sisi lain, Xiang Rong duduk di aula utama, menunggu laporan dari para prajurit.
Wajahnya terlihat tegas, tetapi hatinya bergejolak. Ia tidak ingin mempercayai bahwa Ji An, wanita yang diam-diam telah mencuri sebagian hatinya, bisa melakukan pengkhianatan sebesar ini. Namun, bukti yang diserahkan oleh pihak Permaisuri terlalu jelas untuk diabaikan.
Ketika pemimpin prajurit masuk, membawa Ji An yang terikat, Xiang Rong berdiri dari kursinya. "Apa kalian menemukan sesuatu?" tanyanya, suaranya dalam dan dingin.
"Ya, Yang Mulia. Kami menemukan dokumen rahasia peta strategis kerajaan di paviliun Selir Ji An Yi. Bukti itu tak terbantahkan," lapor prajurit itu sambil menunjukkan gulungan yang sudah dimeteraikan dengan lambang kerajaan.
Xiang Rong menatap Ji An dengan tatapan tajam. "Apa kau tahu apa yang sedang kau hadapi, Ji An Yi? Menyentuh dokumen ini tanpa izin saja sudah menjadi pelanggaran besar. Apalagi mencuri dan menyembunyikannya."
Ji An balas menatap Xiang Rong dengan penuh emosi. "Aku tidak mencuri dokumen itu! Aku dijebak! Yang Mulia harus percaya padaku!"
Tapi Xiang Rong tak segera menjawab. Di dalam dirinya, konflik berkecamuk. Apakah ia akan mempercayai kata-kata Ji An, atau bukti yang terlihat begitu jelas di hadapannya?
Di sudut aula, Permaisuri tersenyum tipis. Sandiwara ini berjalan sesuai rencana, dan ia tak sabar melihat akhir dari babak ini.
***
tolong tinggal kan jejak kalian dongg dicerita author...... 🥲🥲🥲🥲🥲
jangan lupa mmpir balik ya🥰