"Bila aku diberi kesempatan kehidupan kembali, aku berjanji tidak akan mencintaimu, Damian. Akan ku kubur dalam-dalam perasaan menyakitkan ini. "
Pernikahannya sudah menginjak usia tiga tahun. Namun, cinta Damian tak bisa Helena dapatkan, tatapan dingin dan ucapan kasar selalu di dapatkannya. Helena berharap kehidupan pernikahannya akan terjalin dengan baik dengan adanya anak yang tengah di kandunginya.
Namun nasib buruk kembali menimpanya, saat tengah dalam perjalanan menuju kantor Damian untuk mengatakan kabar baik atas kehamilannya, kecelakaan masal tak terduga tiba-tiba menimpanya.
Mobil dikendarainya terpental jauh, darah berjejeran memenuhi tubuhnya. Badannya sakit remuk redam tak main, lebih lagi perutnya yang sakit tak tertolong.
Lebih dari itu, rasa sakit dihatinya lebih mendalam mendengar ucapan dan umpatan kasar Damian padanya saat Helena menelpon untuk meminta pertolongan pada Damian-suaminya.
"Mati saja kau, sialan! Dengan begitu hidupku akan terbebas dari benalu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sandri Ratuloly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
dua puluh satu
Damian benar-benar memperlakukan Helena dengan baik dan penuh perhatian, selepas menyelesaikan mandi kilatnya di kamar sebelah. Damian kembali masuk kedalam kamarnya dengan membawa pakaian milik Helena dan salep yang tadi Niko datang membawa yang di suruh Damian.
Damian bahkan membantu Helena memakai pakaian terusannya dan mengoles salep, Helena sebenarnya sudah menolak, dia benar-benar malu saat Damian melihat kembali tubuhnya yang tidak menggunakan apapun, alias polos. Belum lagi saat Damian mengoles krim salep di bawahnya.
Helena benar-benar malu! Seriusan!
"Aku berangkat kerja dulu, kamu yang hati-hati di rumah, jangan gerak-gerak yang berlebihan dulu," Damian bangkit dari duduknya saat menyelesaikan sarapan paginya yang terbilang terlambat hari ini, karena sekarang sudah jam delapan setengah sembilan pagi.
Dia mendekati Helena dan mencium lambat kening Helena dengan sayang.
Helena menganggukkan kepalanya, "Kamu juga hati-hati di jalan, yang semangat kerjanya. "
Damian tersenyum lebar, merasa semakin semangat untuk melakukan kegiatannya seharian ini setelah mendapat kata-kata semangat dari Helena.
"Kalau gitu, aku pergi dulu ya. " pamit Damian, dan berbalik menuju pintu, di depan sudah ada Niko yang menunggunya.
Setelah punggung Damian sudah menghilang dari pandangannya, Helena kembali melanjutkan sarapan paginya yang masih tersisa banyak, Helena pagi ini makan cukup banyak, mungkin karena tenaganya semalam yang di kuras habis-habisan oleh Damian.
"Bu Helena."
Helena mengangkat kepalanya menatap bingung pada Bi Ayu yang terlihat lari tergopoh-gopoh menghampirinya.
"Kenapa, Bi? Kok lari-lari begitu? " bingung Helena, menatap Bi Ayu yang terlihat ngos-ngosan, mengatur pernapasannya.
"Anu, itu, bu. Ada bu Trissa di depan. "
Helena menghentikan gerakannya, alisnya terlihat mengkerut saat mendengar nama Trissa di sebut. "Trissa? Dia ngapain datang ke sini? "
"Bi Ayu, tolong bantuin saya jalan ke depan. " ujar Helena, sambil menjulurkan tangannya meminta Bi Ayu menuntunnya jalan menemui Trissa.
"Bu Helena, sebenernya kenapa sih? Jatuh atau bagaimana, kenapa jalannya terlihat pincang-pincang begini. " tanya Bi Ayu, wanita baya itu gak tau kalau kedua majikannya itu sudah melakukan 'ekhem, ekhem' semalam. Kalau saja wanita baya itu tau, Helena pastikan Bi Ayu akan jingkrak-jingkrak tidak jelas karena kesenangan.
"Saya tadi kepleset di kamar mandi, Bi. Kaki saya terkilir, makanya jalannya pincang begini. " alibi Helena, kuping Helena tiba-tiba saja memerah saat mengingat kembali kejadian semalam dan pengakuan Damian tadi pagi di kamar mandi laki-laki itu.
"Helena, kenapa jalan mu pincang begitu? " kaget Trissa melihat kedatangan Helena yang di bantu Bi Ayu memegang tangannya.
"Hanya terkilir sedikit, karena tadi aku terjatuh di kamar mandi. " jawab Helena, dia menahan sakit saat b*kongnya menduduki sofa.
Trissa terdiam sejenak, menatap intens pada kaki jenjang Helena yang tidak terlihat terkilir sedikitpun. "Beneran? " tanyanya memastikan, cara jalan Helena memang terlihat pincang seperti menahan sakit, tapi Trissa tidak melihat bahwa kaki Helena terlihat memar bekas jatuh atau terkilir.
Trissa memicingkan matanya curiga, kalau benar kaki Helena terkilir kenapa cara jalan Helena terlihat mengangkang sekali? Trissa membulatkan matanya, tidak mungkin kan kalau Helena sudah melakukan 'itu' dengan Damian?
Si*lan!
Melihat keterdiaman Trissa membuat Helena curiga, apa wanita itu tengah memikirkan cara untuk menjebaknya? Kalau iya, Helena tidak bisa membiarkan ini.
"Ada keperluan apa kamu datang ke sini, Trissa? Maaf, ya. Untuk saat ini aku tidak menerima tamu, kamu lihatkan bagaimana kondisi aku sekarang? " ujar Helena dengan wajah memelas agar nada pengusiran dari ucapannya tadi tidak di ketahui Trissa.
"Ah, itu. Aku datang karena merindukan kamu, Helena. Kita sudah lama tidak bertemu seperti dulu, kamu terlihat seperti menjauhi aku setelah Damian mulai melirik kamu sekarang. " ujar Trissa dengan menunjukkan wajah sedihnya.
"Memang! " ingin rasanya Helena menjawab seperti itu, tapi kata itu harus dia simpan sendirian di tenggorokannya.
"Bukan begitu, kamu adalah teman baikku, Trissa. Kalau bukan dari saran-saran kamu, mungkin sekarang Damian tidak akan melirik ku, hanya saja hari ini kondisiku kurang baik, moodku juga lagi berantakan setelah jatuh dari kamar mandi tadi, untung saja ada Damian yang senantiasa bersamaku yang membantu mengoles salep dan menggendong ku tadi. "
Trissa mengepalkan tangannya mendengar ucapan Helena mengenai Damian yang mengurusnya yang tengah sakit. "Semoga kakinya tidak akan sembuh, dan selalu pincang seperti itu, dasar si*lan! " gumam Trissa dalam hati, mengutuk Helena.
"Yasudah, tidak apa-apa. Masih ada waktu lain kali kita akan bertemu seperti dulu, kalau begitu aku pamit pulang dulu, semoga kakimu cepat lekas sembuh, Helena. " Trissa bangkit dari duduknya, setelahnya dia keluar rumah.
"Siapa juga yang ingin bertemu lagi dengan manusia bermuka dua sepertinya. " Helena mencebik bibirnya, menatap kesal pada punggung belakang Trissa yang melangkah keluar menuju pintu depan.
"Dasar wanita ular! " makinya kesal.
••••••••
Sementara di kantor perusahaan Baskara Group, perusahaan milik Damian kini tengah gempar akan gosip para karyawan kerja yang tiba-tiba saja mendapatkan bingkisan yang di atas namakan dari atasan mereka.
Ini membingungkan, dalam rangka apa hingga bos yang di kenal dingin dan kejam itu tiba-tiba saja memberikan mereka bingkisan begini.
"Apa perusahaan memenangkan tender besar? " tanya salah satu karyawan wanita pada teman-temannya yang lain, menatap bingung pada bingkisan di atas meja kerjanya.
"Bukannya itu sudah tiga bulan yang lalu kita perusahaan memenangkan tender? Bahkan bos tidak memberikan kita bingkisan seperti ini. " salah satunya menjawab.
"Lalu bingkisan ini dalam rangka apa? Apa bos tengah kerasukan? "
"Huss, jangan bicara aneh-aneh begitu, kalau sampai bos mendengar atau asistennya yang dengar, bisa langsung di pecat kamu di perusahaan ini. " wanita berambut pendek memukul pundak temannya yang berbicara tadi.
"Lalu apa? " tanyanya sambil mengelus pundaknya yang habis di pukul dengan wajah cemberut, pundaknya sakit, tolong.
"Entahlah. Anggap saja ini rezeki kita, kapan lagi bos berbaik hati seperti ini, mungkin saja ini bingkisan atas syukuran kalau bos mau punya anak. "
"Punya anak? Bos saja tidak begitu akrab dengan istrinya, bagaimana bisa punya anak. " jawab wanita yang lain.
"Kamu gak tau ya kalau gosip tentang pernikahan bos sekarang sudah membaik, bos tidak lagi ketus dan cuek lagi dengan istrinya, bahkan beberapa hari ini bos selalu menunggu kedatangan istrinya di loby yang membawa bekal makan siangnya dan pulang bersama. Mungkin saja mereka akan mempunyai anak karena sekarang hubungan mereka sudah membaik. "
"Mungkin saja, bos bahkan akhir-akhir ini sering sekali terlihat tersenyum. "
Mereka kembali membicarakan gosip terbaru di kantor, mengenai hubungan bos mereka yang sudah membaik dan terlihat romantis akhir-akhir ini.
"Aku senang hubungan pernikahan mereka membaik sekarang, mereka itu sangat cocok sekali, sudah lama aku menshiper hubungan bos dengan istrinya. "
Sementara yang di gosipkan terlihat begitu bahagia dilihat dari raut wajahnya, Niko yang berdiri tidak jauh dari meja kerja Damian, menatap ngeri pada bosnya itu yang terlihat tersenyum terus sambil memandangi ponselnya.
"Menurut kamu baju bayi ini bagus tidak? " Damian menunjukkan layar ponselnya yang menampilkan pakaian bayi lucu berwarna biru laut pada Niko.
"Ya, bagus. "
"Ini pasti akan cocok dengan anakku dan Helena nanti. " gumamnya sambil terus tersenyum lebar menatap foto pakaian bayi tersebut.
"Anak? Memangnya bapak sudah memiliki anak? " tanya Niko, tidak sengaja mendengar gumaman Damian.
"Belum jadi, kami baru saja membuatnya semalam. " ucap santai Damian membuat Niko yang mendengar tiba-tiba saja tersedak ludahnya sendiri.
"Membuatnya semalam? " kaget Niko. Yang di balas anggukan semangat dari Damian.
Niko menelan ludahnya, pantas saja Damian memintanya untuk membagikan ratusan bingkisan pada karyawan kantor, ternyata karena inilah alasannya. "Tapi setahu saya, sekali membuatnya saja tidak bisa langsung jadi, bapak harus rajin membuatnya setiap malam. "
Tidak tau kah, Niko. Bahwa ucapannya barusan malah membuat Helena di dalam masalah, laki-laki itu berencana akan mengajak Helena untuk membuat setiap malam tanpa henti, malangnya nasib Helena, harus menghadapi singa yang baru masuk masa buasnya.
"Ide mu bagus juga, Niko. Saya tidak sabar untuk pulang kerumah nanti. "
semangat 💪💪💪