Cella adalah seorang koki terkenal dengan wawasan luas dan kecerdasan yang luar biasa. Namun, hidupnya yang gemilang terhenti ketika ia tertabrak bus saat menolong seorang nenek menyeberang jalan. Bukannya masuk surga, jiwa Cella justru terbangun di tubuh Fifi Zara Kiana Gibson, seorang istri dari CEO kaya, Darius Armand Gibson.
Darius mencintai Fifi sejak kecil, tetapi pernikahan mereka penuh kebekuan karena Fifi tak pernah mencintainya. Fifi terperangkap dalam cinta buta terhadap Kelvin, pria yang memanfaatkan dirinya untuk merebut harta Darius. Dalam hidup sebelumnya, Fifi berkhianat, anaknya diracun, dan Darius bunuh diri setelah kehilangan keluarganya. Semua harta berpindah ke Kelvin dan Dara, adik tiri Fifi, yang menjadi dalang kekacauan itu.
Kini, dengan jiwa Cella di dalam tubuh Fifi, ia bertekad untuk mengubah segalanya. Cella berjanji untuk melindungi Darius dan Dinda, anak perempuannya, sekaligus membalas kejahatan Kelvin dan Dara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Mama tiri
Setelah sarapan, Fifi mengantarkan Darius hingga ke depan pintu. Sebelum masuk ke mobil, ia mengecup pipi suaminya dengan lembut. Darius, yang tidak menyangka akan diperlakukan seperti itu, langsung salah tingkah. Pipi pria itu merona, sementara asisten sekaligus sopirnya mencoba menahan senyum.
“Jangan bekerja terlalu keras, Sayang” ucap Fifi, tersenyum manis.
Darius mengangguk dengan kikuk “Kau juga jaga diri di rumah”
Setelah berbincang sebentar, Darius masuk ke mobil, masih dengan perasaan campur aduk antara bahagia dan malu. Fifi melambaikan tangan sebelum berbalik untuk menjemput Dinda.
Fifi memutuskan untuk mengantar Dinda sendiri ke sekolah hari ini. Di perjalanan, Dinda tidak berhenti berceloteh. Ia menceritakan tentang teman-temannya, guru favoritnya, dan tugas seni yang akan dikerjakannya minggu depan.
“Mama, hari ini spesial banget! Mama ngantar aku sendiri, rasanya seperti anak-anak lain yang punya mama yang perhatian” kata Dinda dengan mata berbinar.
Fifi tersenyum, matanya berkaca-kaca “Mulai sekarang, Mama akan sering mengantarmu. Mama janji”
Setelah sampai di sekolah, Fifi menggandeng Dinda sampai ke kelasnya. Ia mencium kening putrinya dengan lembut sebelum berpamitan “Belajar yang rajin ya, sayang. Mama akan jemput kamu nanti”
Dinda tersenyum lebar dan mengangguk “Iya, Mama!”
Siangnya, Fifi pergi ke supermarket untuk membeli bahan-bahan masakan. Ia telah meminta izin kepada Darius sebelumnya untuk memasak makan siang istimewa. Sebagai koki terkenal di kehidupan sebelumnya, ia berencana membuat makanan yang lezat untuk suami dan anaknya.
Di salah satu lorong, saat Fifi sedang memilih sayuran segar, ia mendengar suara yang tidak asing.
“Fifi? Itu kau?”
Fifi menoleh dan mendapati mama tirinya, Diana, berdiri dengan senyum palsu khasnya. Wanita itu tampak anggun dengan pakaian mewahnya, membawa keranjang belanja yang hanya diisi barang-barang mahal.
“Mama” jawab Fifi datar, tidak ingin terlalu antusias.
“Wah, Mama senang sekali melihatmu di sini. Kau terlihat lebih... cerah hari ini” kata Diana, nadanya seolah memuji tetapi penuh sindiran.
Fifi tersenyum tipis. Diana, wanita licik yang selalu berpura-pura baik di depan Papa. Aku tahu permainanmu sekarang.
“Terima kasih, Ma. Aku memang sedang berusaha lebih bahagia. Kupikir itu penting, terutama untuk keluarga kecilku” balas Fifi dengan nada tenang namun tegas.
Diana tampak kaget mendengar nada baru dalam suara Fifi. Biasanya, Fifi yang lama akan menunduk atau merespons dengan defensif.
“Oh, tentu saja. Mama selalu ingin yang terbaik untukmu, kau tahu itu. Kalau ada apa-apa, jangan sungkan untuk cerita ke Mama. Kau tahu Mama selalu ada untukmu” ucap Diana dengan nada penuh kepalsuan.
Fifi tersenyum lebih lebar “Oh, aku tahu, Ma. Kau selalu ada... terutama saat menyampaikan hal-hal buruk tentang aku kepada Papa, kan? Kau sangat berbakat dalam itu”
Diana tersentak, wajahnya berubah tegang “Fifi, apa maksudmu?”
Fifi mendekat, suaranya lebih pelan tetapi tajam seperti pisau “Aku hanya bilang apa yang benar, Ma. Jangan berpura-pura di depanku. Aku sudah cukup tahu siapa dirimu sebenarnya. Jadi, kalau kau ingin membicarakan sesuatu tentangku, pastikan aku ada di sana, ya. Supaya kita bisa meluruskan semuanya langsung”
Diana tidak bisa berkata apa-apa. Tatapan Fifi yang penuh percaya diri membuatnya kehilangan kata-kata.
“Baiklah, Ma, aku harus melanjutkan belanja. Sampai jumpa” kata Fifi, lalu berjalan pergi dengan tenang, meninggalkan Diana yang masih berdiri mematung dengan wajah merah karena malu.
Fifi tersenyum kecil. Diana, permainanmu tidak akan berjalan mulus lagi. Kali ini, aku yang memegang kendali.
drama banget, anak udh berumah tangga dicampuri urusan nya..
di part ini kurang suka aq Thor, wibawa anak laki2 hilang Krn tokoh mamanya Darius..
kalo memang menyayangi anaknya kenapa gk dari dulu..
sekarang baru sibuk datang dan mukul orang seenaknya..