NovelToon NovelToon
Reina: Become Trouble Maker

Reina: Become Trouble Maker

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Pembaca Pikiran
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Matatabi no Neko-chan

Setelah dituduh sebagai pemuja iblis, Carvina tewas dengan penuh dendam dan jiwanya terjebak di dunia iblis selama ratusan tahun. Setelah sekian lama, dia akhirnya terlahir kembali di dunia yang berbeda dengan dunia sebelumnya.

Dia merasuki tubuh seorang anak kecil yang ditindas keluarganya, namun berkat kemampuan barunya, dia bertemu dengan paman pemilik tubuh barunya dan mengangkatnya menjadi anak.
Mereka meninggalkan kota, memulai kehidupan baru yang penuh kekacauan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Matatabi no Neko-chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29

"Wah, Kak Reina. Ada apa dengan wajahmu?" tanya Althea dengan dahi berkerut,mata birunya menatap Reina dari atas sampai bawah dengan heran. Pakaian Reina terlihat kusut dan sobek, wajahnya dihiasi lebam, serta ekspresinya tertekuk kesal. "Kau habis berkelahi? Jangan bilang kau dikejar angsa."

Reina menyeringai dan masuk ke dalam rumah dengan santai. "Justru aku sedang menikmati sebuah sambutan, Althea. Kau tahu? Sambutan selamat datang di sekolah baru," jawabnya sarkastis, lalu duduk di sofa dengan santai. "Bayangkan saja, kau bersekolah dan disambut dengan perkelahian bersama teman seangkatan. Dan kau menang tanpa luka."

Althea meringis membayangkan cerita Reina. Dia tak menyangka saudara tirinya yang tak resmi ini sedikit tidak waras, bahkan bagi Leon sekalipun.

"Kau terlihat kacau. Kau habis berkelahi, ya? Aku tebak kau menang," komentar Leon sambil menuruni tangga.

"Seratus untukmu, Pak Tua. Dan aku sukses jadi kandidat terkuat nomor sepuluh. Beri tepuk tangan, dong," jawab Reina sambil mengangkat kedua tangannya dengan gaya dramatis.

Althea hanya menggelengkan kepala, tak bisa menahan tawa mendengar jawaban Reina yang penuh percaya diri meskipun dengan kondisi yang berantakan. "Kau memang benar-benar luar biasa, Kak Reina," ujarnya, setengah geli.

Leon duduk di kursi dekat mereka, masih dengan ekspresi setengah heran melihat keadaan Reina. "Luar biasa, tapi jangan harap aku akan ikut bertepuk tangan untuk hal seperti ini," kata Leon sambil melirik Reina dengan tatapan sinis.

Reina menoleh ke arah Leon, matanya bersinar nakal. "Ayah, kamu harus mulai terbiasa. Dunia sekolah itu penuh kejutan. Lagipula, lebih baik berkelahi dulu daripada nanti malah dibuli," balas Reina sambil menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa.

Althea menatap mereka berdua, merasa aneh dengan dinamika yang tercipta di antara mereka. Leon yang biasanya tegas kini tampak lebih santai dan bahkan setuju dengan sikap Reina yang suka mengambil jalan kasar. Althea merasa perubahan ini semakin mengaburkan garis antara mereka, tapi dia juga merasakannya sebagai langkah ke arah yang lebih baik.

"Jadi, Kak Reina, apa rencanamu selanjutnya?" tanya Althea penasaran.

Reina tersenyum lebar. "Aku? Menciptakan lebih banyak 'sambutan' di sekolah baru. Siapa tahu, aku bisa jadi pusat perhatian yang sesungguhnya," jawabnya, mengangkat bahu dengan sikap acuh tak acuh, seolah tak ada yang bisa menghentikannya.

Althea memandangi Reina sejenak, merasa campuran antara kagum dan heran dengan caranya melihat dunia. Namun, dia juga sadar, mungkin inilah cara Reina untuk mengatasi tantangan hidup, dengan cara yang tidak biasa.

Reina menatap langit malam dari balik jendela kamarnya. Angin dingin menyusup masuk, menggoyangkan tirai dengan lembut. Tiba-tiba, sekumpulan kupu-kupu merah darah muncul, bergerombol mendekatinya seakan tertarik oleh auranya yang penuh misteri. Gadis itu merentangkan tangan, membiarkan salah satu kupu-kupu hinggap di telunjuknya.

"Hmm... Keluarga Asaga, ya?" gumamnya sambil mengamati kupu-kupu itu dengan tatapan tajam. "Jadi, balas dendam untuk keluarga itu akhirnya dimulai. Menarik sekali. Ah, aku lupa kalau Arina bagian dari mereka," ujarnya, menyeringai puas. "Aku tak sabar melihat wajah mereka saat tahu salah satu anggotanya menjadi penghuni tetap rumah pelacuran."

Setelah menyampaikan kalimatnya, gerombolan kupu-kupu itu perlahan lenyap, meninggalkan ruangan seperti tak pernah ada. Reina melangkah menjauh dari jendela, manik hijaunya berkilauan penuh antusias. Informasi yang baru saja dia dapatkan membuatnya semakin bersemangat.

"Aah~ Permainan akan dimulai. Mereka bahkan berencana bertemu Ayah besok untuk membahas kerja sama," ujarnya sambil tertawa kecil.

Reina mengeluarkan dua buah boneka jerami dari sebuah laci rahasia. Dengan cekatan, dia memasukkan rambut yang berhasil dia ambil di pasar malam sebelumnya, lalu mulai menusuk-nusuk boneka itu dengan jarum. Setiap tusukan diiringi dengan cekikikan kecil yang penuh kegembiraan aneh.

Setelah puas dengan permainan kecilnya, Reina meletakkan boneka itu di atas nakas, tersenyum tipis pada karyanya, lalu berbaring di ranjang. Dengan perasaan puas, dia menutup mata dan membiarkan dirinya tenggelam dalam alam mimpi, bersiap menghadapi babak baru permainannya keesokan hari.

Keesokan paginya, Reina duduk santai di ruang makan sambil menikmati sarapan. Pancake dengan topping stroberi dan whipped cream menjadi pilihannya hari ini. Sementara itu, Althea baru saja turun dari tangga dengan mata yang masih setengah terpejam, rambutnya sedikit berantakan.

"Selamat pagi, Kak Reina. Kau terlihat sangat ceria pagi ini," sapa Althea sambil duduk di kursi.

"Memang, pagi ini terasa lebih indah dari biasanya," balas Reina sambil tersenyum misterius. "Keluarga Asaga akan mendapatkan kejutan manis dari ayah hari ini."

Althea melirik Reina dengan rasa ingin tahu. "Kejutan seperti apa?"

Reina hanya mengangkat bahunya, tetap mempertahankan aura misteriusnya. "Kejutan itu akan lebih seru kalau kau melihatnya langsung."

Tak lama kemudian, Leon masuk ke ruang makan, mengenakan jas rapi dengan dasi yang dipilihnya sendiri—tentu saja tanpa bantuan siapa pun. Di belakangnya, Ivanna mengikuti, membawa sebuah map berisi dokumen penting.

"Kalian sudah siap?" tanya Leon tanpa basa-basi.

"Selalu," jawab Reina dengan senyum percaya diri.

"Althea, kau ikut. Ada baiknya kau belajar bagaimana menghadapi keluarga besar seperti mereka," tambah Leon sambil menatap Althea.

Althea, yang masih mengunyah roti panggangnya, terkejut mendengar itu. "Aku? Ikut rapat keluarga Asaga?"

"Ya. Kau tidak hanya akan duduk diam, tapi juga belajar bagaimana membaca situasi dan mengenali tipu muslihat mereka," jawab Leon tegas.

Reina menepuk pundak Althea sambil tertawa kecil. "Jangan khawatir, Thea. Kalau kau merasa bosan, aku bisa memberimu pekerjaan menarik. Kau tahu, mencuri perhatian itu seni."

Leon menghela napas mendengar komentar Reina. "Reina, kendalikan sikapmu. Kau berada di bawah pengawasanku hari ini. Jangan sampai aku harus minta maaf atas ulahmu."

Reina hanya tersenyum lebar, tidak merasa terintimidasi sama sekali. "Tenang saja, Ayah. Aku akan menjadi gadis paling baik hari ini."

Dengan suasana yang penuh ketegangan terselubung, mereka berangkat menuju tempat pertemuan. Reina bersiap memainkan rencananya, sementara Althea mencoba menenangkan dirinya agar tidak mengecewakan Leon. Permainan baru akan segera dimulai.

"Utari! Apa yang kau lakukan di sini?!" seru Aldi dengan suara gemetar saat melihat Reina berjalan sejajar dengan Leon. Wajahnya pucat pasi, seperti melihat hantu.

Althea melirik pria itu dengan dahi berkerut, kebingungan. "Utari? Siapa dia?" pikirnya dalam hati. Ia juga memperhatikan perubahan sikap Aldi yang tampak panik. "Apa dia mabuk dan sedang mencari masalah?"

Reina, yang menyadari bahwa pria itu adalah ayah kandung pemilik tubuh ini, hanya menyeringai kecil dalam diam. "Betapa lucunya dia. Kalau saja dia punya sedikit otak, kehidupan Utari mungkin tidak akan seburuk itu," pikirnya dengan dingin. Dia sengaja tetap tenang, menikmati reaksi pria itu.

Reina lalu melangkah maju dengan anggun, tak lupa memasang senyum manis di wajah cantiknya. "Ah, Tuan. Sepertinya Anda salah orang," ucapnya dengan nada sopan, seperti seorang bangsawan. "Perkenalkan, nama saya Reina Leonora, putri dari Galaxi Leonard. Ngomong-ngomong, siapa Utari yang Anda maksud?" tanyanya dengan santai, tapi matanya berbinar dengan kebencian tersembunyi.

Aldi tampak semakin bingung, bahkan ketakutan. Ia melirik mata hijau Reina yang identik dengan Leon. Lalu pandangannya bergeser ke Althea, yang menatap dirinya dengan ekspresi aneh—campuran heran dan curiga.

Leon, yang sejak awal mengawasi Aldi dengan tatapan tajam, akhirnya bicara. "Setelah bertahun-tahun kau menyakiti kakakku, sekarang kau mencoba mempermalukan putriku di depan umum? Kau benar-benar tidak tahu diri, Aldi," batin Leon dingin. "Permainan ini baru saja dimulai," pikirnya.

Reina, mendengar pikiran ayah angkatnya, ikut tersenyum kecil. Ia memutuskan untuk menambah bumbu pada situasi ini. "Ya ampun, Ayah. Kenapa pria ini terlihat sangat marah padaku? Aku tidak mengenalnya sama sekali, loh," ucap Reina polos dengan nada sedikit dibuat-buat.

Aldi terdiam, terperangkap antara kebingungan dan ketakutan. Tatapan Leon dan Reina yang begitu tajam membuatnya merasa seperti tikus yang dikepung dua kucing. Di sudut matanya, ia bisa melihat kerumunan orang mulai memperhatikan keributan ini.

Leon mendekat, berdiri di depan Aldi dengan penuh wibawa. "Kalau kau punya urusan denganku, selesaikan sekarang. Tapi jangan pernah berani menyentuh anak-anakku," katanya pelan, tapi cukup keras untuk terdengar oleh orang-orang di sekitar mereka.

Reina melangkah mundur, lalu berbisik pada Althea sambil tersenyum. "Kalau ini yang disebut sambutan keluarga, aku rasa akan ada banyak drama menarik ke depannya."

Althea hanya mengangguk kecil, meski masih belum sepenuhnya paham apa yang sedang terjadi. Tapi satu hal yang pasti, baik Leon maupun Reina tidak akan membiarkan Aldi lolos begitu saja.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!