NovelToon NovelToon
Gelapnya Jakarta

Gelapnya Jakarta

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Mafia / Sistem / Mengubah Takdir / Anak Lelaki/Pria Miskin / Preman
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Irhamul Fikri

Raka, seorang pemuda 24 tahun dari kota kecil di Sumatera, datang ke Jakarta dengan satu tujuan, mengubah nasib keluarganya yang terlilit utang. Dengan bekal ijazah SMA dan mimpi besar, ia yakin Jakarta adalah jawabannya. Namun, Jakarta bukan hanya kota penuh peluang, tapi juga ladang jebakan yang bisa menghancurkan siapa saja yang lengah

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irhamul Fikri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31 Jalan Gelap Terbuka

Raka duduk terdiam di dalam ruang sempit itu, tangannya yang terikat mulai kebas. Di sekelilingnya, hanya ada suara detak jam dinding yang memecah keheningan. Viktor telah pergi setelah memberikan ancamannya, meninggalkan Raka dalam gelap, sendirian. Namun, pikiran Raka tidak pernah berhenti bekerja. Ia tahu, berada di sini bukanlah akhir dari segalanya.

Di tempat lain, Nadia masih bersembunyi, mencoba merencanakan langkah selanjutnya setelah kekacauan di rumah aman mereka. Ia menyadari Raka telah ditangkap, dan ancaman Viktor semakin nyata. Nadia tahu bahwa menyelamatkan Raka berarti mempertaruhkan nyawanya sendiri, tetapi ia tidak akan membiarkan sahabatnya itu mati di tangan musuh.

Kembali ke dalam ruang kurungan, pintu terbuka dengan bunyi gesekan keras. Seorang pria dengan tubuh kekar masuk, membawa nampan berisi makanan dan sebotol air. Tatapannya dingin, tetapi Raka menangkap sesuatu dalam bahasa tubuhnya—keraguan.

"Kamu akan tetap hidup untuk sekarang," kata pria itu tanpa banyak basa-basi. "Tuan Viktor ingin kamu siap untuk apa yang akan datang."

Raka tidak menanggapi. Ia hanya memperhatikan gerakan pria itu, mencatat setiap detail, mencari celah untuk melarikan diri. Saat pria itu mendekat, membawa makanan ke dekatnya, Raka mencoba berbicara.

"Kenapa kamu bekerja untuk orang seperti Viktor?" tanya Raka dengan nada rendah, tetapi tajam.

Pria itu tertawa kecil. "Karena tidak ada pilihan lain. Dunia ini tidak memberi ruang bagi orang lemah. Kamu juga akan mengerti, cepat atau lambat."

Mendengar itu, Raka teringat kembali pada masa-masa awal dia terjebak dalam dunia ini. Bukan karena keinginan, tetapi keadaan yang memaksanya. Awalnya hanya pekerjaan kecil untuk mendapatkan uang cepat—mengantar barang, menyampaikan pesan. Namun, semakin dalam dia terlibat, semakin sulit untuk keluar. Kini, ia tahu persis apa yang dimaksud pria itu.

Namun, perbedaan antara dirinya dan mereka yang ada di sisi Viktor adalah tekad. Raka tidak akan menyerah menjadi bagian dari sistem yang korup ini. Dia akan mencari jalan keluar, meskipun itu berarti harus melawan seluruh dunia sendirian.

Saat pria itu pergi, Raka mulai memikirkan cara untuk melarikan diri. Tangannya yang terikat mulai mencari kelemahan di simpul tali, mencoba membebaskan diri. Ia tahu, waktu terus berjalan, dan semakin lama dia di sini, semakin kecil peluangnya untuk melawan.

Sementara itu, Nadia bergerak dalam bayang-bayang kota Jakarta, mencari petunjuk keberadaan Raka. Dia menghubungi kontak terakhir mereka, termasuk Pak Hasan. Namun, setiap jalan yang dia ambil tampaknya membawa lebih banyak pertanyaan daripada jawaban. Pak Hasan tidak bisa dihubungi, dan banyak orang yang biasanya membantu mereka kini enggan untuk berbicara.

Dalam salah satu pertemuan rahasianya, Nadia mendengar kabar bahwa Viktor memiliki sebuah fasilitas tersembunyi di pinggiran kota. Di sanalah, kabarnya, dia menyimpan orang-orang yang dianggap ancaman bagi organisasinya. Nadia tahu bahwa ini mungkin satu-satunya petunjuk yang dia miliki.

Berbekal keberanian dan kenekatan, Nadia memutuskan untuk menyusup ke fasilitas tersebut. Dengan segala cara, dia harus menemukan Raka sebelum semuanya terlambat.

**Di dalam fasilitas Viktor**

Hari berikutnya, pintu kurungan Raka terbuka lagi. Kali ini, Viktor sendiri yang masuk, ditemani beberapa anak buahnya. Dengan senyum penuh kemenangan, Viktor duduk di depan Raka, yang masih terikat di kursinya.

"Kamu tahu, Raka," kata Viktor sambil menyalakan cerutu. "Aku menghormatimu. Kamu punya keberanian yang jarang aku temukan di orang lain. Tapi keberanian saja tidak cukup untuk melawan sistem ini."

Raka menatap Viktor tajam, tidak terpengaruh oleh kata-katanya. "Sistem yang kamu maksud adalah kekuasaan yang kau bangun di atas darah orang-orang tak bersalah."

Viktor tertawa kecil. "Dan kamu pikir, dengan membawaku jatuh, segalanya akan berubah? Dunia ini lebih besar dari kita. Kamu hanya bidak kecil dalam permainan besar, Raka."

Raka diam, tetapi dalam hatinya, ia menyimpan tekad yang semakin membara. Ia tahu Viktor mencoba menghancurkan mentalnya, tetapi itu tidak akan berhasil.

Di luar ruangan itu, Nadia mulai menyusup ke fasilitas dengan segala cara yang dia bisa. Berbekal peta kasar yang dia dapatkan dari kontak bawah tanah, dia bergerak dengan hati-hati, menghindari penjaga dan kamera keamanan. Dalam hatinya, hanya satu tujuan yang ia miliki—menyelamatkan Raka, apa pun yang terjadi.

Namun, sesuatu yang tidak terduga terjadi. Dalam perjalanannya, Nadia bertemu dengan seseorang yang tak pernah ia duga—Pak Hasan.

"Nadia?" suara Pak Hasan terdengar pelan, tetapi cukup untuk membuat Nadia terkejut.

"Pak Hasan? Apa yang Anda lakukan di sini?" tanya Nadia, menahan nada suaranya agar tidak menarik perhatian.

Pak Hasan terlihat gelisah, tetapi dia memberi isyarat pada Nadia untuk mengikutinya. "Tidak banyak waktu. Aku harus menjelaskan sesuatu."

Meskipun ragu, Nadia memutuskan untuk mengikuti Pak Hasan. Di tengah perjalanan, Pak Hasan mengungkapkan bahwa dia memang memiliki hubungan dengan Viktor, tetapi hanya untuk melindungi Nadia dan Raka. "Aku tidak punya pilihan. Viktor memegang sesuatu yang penting bagiku. Tapi aku bersumpah, aku ada di pihak kalian."

Nadia tidak sepenuhnya percaya, tetapi dia tidak punya banyak pilihan. Jika Pak Hasan bisa membantu mereka keluar dari sini, dia akan mengambil risiko.

Di ujung cerita bab ini, Raka dan Nadia berada di titik yang berbeda, tetapi tujuan mereka tetap sama—menghancurkan kekuasaan Viktor dan membebaskan diri dari dunia gelap ini. Jalan yang mereka lalui tidak pernah mudah, penuh dengan pengkhianatan, jebakan, dan ancaman yang terus menghantui. Namun, di tengah kekacauan itu, ada satu hal yang tak pernah goyah: tekad mereka untuk bertahan hidup dan membela kebenaran.

Raka, yang kini terperangkap di fasilitas Viktor, tidak hanya memikirkan dirinya sendiri. Dalam keterbatasannya, ia merenungkan perjalanan hidup yang membawanya ke titik ini. Dari seorang pria biasa yang hanya ingin bertahan hidup, ia kini berada di tengah-tengah konflik besar yang melibatkan kekuasaan, uang, dan nyawa. Dunia kriminal yang selama ini coba ia hindari kini menariknya lebih dalam, seperti lubang hitam yang sulit untuk lepas. Tapi ia tahu, menyerah bukanlah pilihan. Jika Viktor ingin mengendalikan segalanya, maka ia harus menjadi batu sandungan terbesar bagi rencana itu.

Sementara itu, Nadia yang berada di luar fasilitas Viktor juga berada dalam perjuangan yang tidak kalah berat. Setiap langkah yang dia ambil terasa seperti perjudian, di mana satu kesalahan kecil saja bisa berakibat fatal. Namun, Nadia tahu betapa pentingnya perannya. Dia adalah satu-satunya harapan untuk menyelamatkan Raka, dan mungkin, satu-satunya jalan untuk menghentikan Viktor sebelum kekuasaan pria itu semakin meluas.

Di tengah perjalanan, Nadia teringat kembali pada momen-momen awal ketika dia dan Raka memulai perjalanan ini. Mereka hanyalah dua orang biasa yang terjebak dalam situasi luar biasa. Tidak pernah terlintas di pikirannya bahwa mereka akan menjadi musuh dari salah satu jaringan kriminal terbesar di Jakarta. Tapi sekarang, dia tidak lagi memikirkan ketakutan atau keraguan. Baginya, menyelamatkan Raka adalah panggilan yang harus dijawab, apa pun risikonya.

Pak Hasan, yang kini berada di antara dua pihak, juga menghadapi dilema moral yang menghancurkan dirinya. Di satu sisi, dia terikat oleh janji dengan Viktor yang memanfaatkan kelemahannya. Namun, di sisi lain, dia tidak bisa membiarkan Raka dan Nadia menjadi korban dari ambisi kejam Viktor. Hatinya terbelah, tetapi di dalam hatinya, ia tahu apa yang benar. Ketika dia memutuskan untuk membantu Nadia, itu bukan sekadar tindakan pengkhianatan terhadap Viktor. Itu adalah bentuk pembalasan dendam kecil yang ia simpan selama bertahun-tahun, karena ia tahu, Viktor bukan sekadar bos kriminal biasa—dia adalah musuh dari semua orang yang pernah berharap akan keadilan.

Namun, waktu terus berjalan. Setiap detik yang berlalu adalah ancaman baru bagi Raka. Viktor, yang selama ini selalu berada beberapa langkah di depan, tidak akan membiarkan rencananya digagalkan. Dia tahu Nadia ada di luar sana, mencoba menyusup ke dalam fasilitasnya. Dia tahu Pak Hasan mulai kehilangan loyalitasnya. Tapi bagi Viktor, semua itu hanyalah bagian kecil dari permainan besar yang sudah dia kuasai selama bertahun-tahun.

"Biarkan mereka mencoba," kata Viktor dengan suara dingin di depan anak buahnya. "Pada akhirnya, mereka hanya akan menjadi alat lain yang aku gunakan untuk membuktikan bahwa tidak ada yang bisa menyentuhku."

Di sisi lain, Raka mulai menyadari sesuatu yang penting. Setiap percakapan, setiap langkah yang dilakukan orang-orang di sekitarnya, memberikan petunjuk kecil tentang bagaimana dia bisa keluar dari tempat ini. Dengan ingatan tajamnya, Raka mulai menyusun rencana pelarian. Dia tahu dia tidak bisa melakukannya sendirian, tetapi dia tidak punya pilihan lain. Jika Nadia tidak datang tepat waktu, maka dia harus bertaruh dengan nyawanya sendiri.

Malam itu, saat langit Jakarta penuh dengan gemerlap lampu kota, dua jiwa ini, yang terpisah oleh jarak dan keadaan, berjuang dengan cara masing-masing. Nadia mendekati fasilitas Viktor dengan penuh kewaspadaan, berbekal informasi dari Pak Hasan dan keberanian yang tak pernah pudar. Raka, di sisi lain, bersiap untuk menciptakan kekacauan dari dalam.

Di bawah gemerlap kota Jakarta, pertarungan besar mulai tercium. Bukan hanya pertarungan fisik, tetapi juga pertarungan antara keadilan dan ketidakadilan, antara harapan dan keputusasaan. Raka tahu, jika dia gagal, ini bukan hanya soal hidupnya—ini soal masa depan Nadia, Pak Hasan, dan mungkin, banyak orang lain yang telah menjadi korban dari ambisi Viktor.

Jakarta, dengan segala misterinya, menjadi saksi dari perjalanan dua jiwa yang berani melawan arus—dan mungkin, mengubah segalanya. Kota yang tak pernah tidur ini akan menjadi medan pertempuran terakhir, tempat di mana nasib akan ditentukan. Di tengah gemerlap dan gelapnya malam, harapan masih tetap ada. Dan bagi mereka yang berjuang untuk itu, malam ini hanyalah awal dari sesuatu yang lebih besar.

Ketika Nadia semakin mendekati tempat Raka ditahan, dan ketika Raka bersiap untuk melakukan langkah nekat, hanya satu hal yang pasti: akhir dari perjalanan ini akan membawa mereka ke jalan baru, entah itu kemenangan atau kehancuran. Tapi apa pun itu, mereka siap untuk menghadapi semuanya.

1
Aditya Ramdhan22
wow mantap suhu,lanjutkan huu thor
Irhamul Fikri: jangan lupa follow
Irhamul Fikri: siap abngku
total 2 replies
Putri Yais
Ceritanya ringan dengan bahasa yang mudah dipahami.
Irhamul Fikri: jangan lupa follow
Irhamul Fikri: Terima kasih kak
total 2 replies
Aditya Warman
berbelit belit ceritanya
Aditya Warman
Tolong dong tor,jangan mengulang ngulang kalimat yg itu² aja ..boring bacanya...jakarta memang keras...jakarta memang keras...
Heulwen
Dapat pelajaran berharga. 🧐
Uchiha Itachi
Bikin saya penasaran terus
Zuzaki Noroga
Jadi nagih!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!