Lanjutan Cerita Harumi, harap membaca cerita tersebut, agar bisa nyambung dengan cerita berikut.
Mia tak menyangka, jika selama ini, sekertaris CEO yang terkenal dingin dan irit bicara, menaruh hati padanya.
Mia menerima cinta Jaka, sayangnya belum sampai satu bulan menjalani hubungan, Mia harus menghadapi kenyataan pahit.
Akankah keduanya bisa tetap bersama, dan hubungan mereka berakhir dengan bahagia?
Yuk baca ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hermawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apartemen
"Aku masak dulu, kalau kamu mau bersih-bersih di situ kamar mandinya." Jaka menunjuk pada sisi kiri dari pintu masuk, unit apartemennya. "Kalau mau istirahat, kamu bisa gunakan kamar di sana." Dia menunjuk pintu yang bersebelahan dengan kamar mandi. "Aku masak dulu, ya!"
Mia memilih masuk ke kamar mandi, dia butuh menuntaskan hasrat buang air kecil. Di dalam kamar mandi, dia menatap pantulan dirinya sendiri pada cermin. Mia bingung, kenapa dia tak protes, ketika sekertaris CEO itu mengajaknya ke apartemen. Bukankah hubungan mereka tak sedekat itu, hingga harus berkunjung ke tempat pribadi? Apa maksudnya Jaka? Lalu bagaimana dengan Raisa, yang tadi siang dibelikan minuman? Kenapa bukan Raisa saja yang dibawa ke apartemen?
Ketukan di pintu, membuat Mia tersadar. "Sebentar Pak!" masalah pertanyaan yang mengganggunya, lebih baik dipikirkan nanti.
Sebelum keluar, Mia menguncir rambutnya asal. Namun begitu dirinya membuka pintu, dia dikejutkan dengan keberadaan Jaka di depannya. "Kaget aku ..." Mia mengelus dadanya sendiri.
"Kenapa kamu lama?" tanya Jaka.
"Namanya bersih-bersih, ya lama lah, Pak! apa bapak mau pakai kamar mandi?" tanya Mia balik.
Jaka menggeleng, "Kalo mau istirahat, kamu bisa ke kamar aku dulu."
Mia menggeleng, di menunjuk sofa hitam yang berada di dekat jendela. "Saya di sana aja, Pak! tapi bapak serius, nggak mau saya bantuin?"
"Tidak perlu!" tolaknya, "Jadi buat diri kamu nyaman, aku akan memasak dengan cepat." Mia menuju sofa, sedangkan Jaka mulai berkutat di dapur mininya.
Beberapa kali tatapan mereka bertemu, saat keduanya saling melirik. Astaga mereka seperti ABG yang sedang mencuri pandang, pada sang pujaan hati.
Mia mulai mengamati keadaan apartemen, tidak terlalu besar, mungkin besarnya kurang lebih sama dengan rumahnya, hanya saja di sini memiliki satu kamar.
Tak banyak barang di ruang tamu, hanya ada sofa, meja dan televisi menempel di dinding, serta kabinet di bawahnya, bahkan tak ada foto atau lukisan, benar-benar minimalis.
Di balik jendela kaca, terlihat pemandangan yang memperlihatkan city light, indah sekali.
Aroma wangi pengharum ruangan serta embusan pendingin ruangan, membuat Mia yang tadinya duduk tegak, perlahan menyandarkan punggungnya ke sofa. Sudah menjadi kebiasaannya, selepas pulang kerja, selalu tertidur begitu merasa kenyamanan.
Kursi kereta listrik, yang harus berbagi dengan penumpang lain saja, bisa menjadi tempat nyaman untuknya tidur, apalagi sofa empuk, dan pengharum ruangan yang menenangkan. Perlahan matanya mulai menutup, dan Mia pun merebahkan tubuhnya di sofa.
Di balik kompornya, Jaka tersenyum kecil. Sepertinya dia mulai paham kebiasaan gadis pujaannya. Tiga kali mereka bersama sepulang kerja, dia mendapati Mia selalu tertidur, seolah tak peduli tempat.
Pertama kali, saat mereka menaiki kereta api, ketika hendak menghadiri pernikahan Anggita dan Fero. Kedua, saat dirinya mengantarkan Mia, beberapa hari lalu. Dan terakhir saat ini.
Ada perasaan membuncah dari dalam dadanya, melihat gadis pujaannya tertidur lelap di sofa miliknya. Bagaimana jika?
***
Mia membuka mata seraya meregangkan tubuhnya, dia melihat plafon dengan lampu hias menggantung. Ini bukan di rumahnya.
Lalu matanya tertuju pada kain yang menyelimuti tubuhnya, sepertinya dia ketiduran. "Kebiasaan banget gue, molor nggak lihat tempat." monolognya.
"Kamu sudah bangun?"
Mia menoleh, dia mendapati Jaka baru saja keluar dari kamar mandi, dengan penampilan Shirtless, hanya handuk yang melilit pinggangnya.
Mata Mia melebar, ini kali pertama baginya melihat pemandangan badan kekar, dengan beberapa kotak di perut, secara Live. Tubuh yang hanya bisa dia lihat di layar drama, milik para aktor-aktor, kini terpampang di hadapannya.
"Kamu lapar ya? Aku akan memasak sebentar, karena kamu tertidur, jadi aku menundanya." kata Jaka seraya membuka pintu kulkas, mengeluarkan bahan yang tadi sempat disiapkan.
Netra Mia, tertuju pada punggung lebar pria itu, ada tato dengan gambar abstrak berwarna hitam. Andai saja dirinya tak datang ke apartemen pria itu, mungkin dia tak akan tau sisi lain dari pria yang dikenal dingin dan irit bicara.
Mia jadi ingat, ketika mereka hanya berdua, Jaka lebih banyak bicara. Amat sangat berbeda dengan perilakunya sehari-hari, ketika di kantor.
Apa memang aslinya Jaka seperti itu?
Mia melipat selimut, lalu mencari tas miliknya, dia hendak melihat ponselnya. "Handphone kamu aku charge di kamar." kata Jaka, pria itu melangkah mendekat.
"Bapak buka-buka tas saya?" Mia tak percaya, pria itu mengacak-acak barang pribadinya.
"Waktu kamu tidur, ponsel kamu bunyi." Jaka duduk di sebelahnya.
Wangi sabun, tercium jelas di indera penciuman Mia, "Abaikan atau bangunkan saya, kenapa malah menyentuh barang pribadi?" dengusnya kesal.
Jaka terkekeh. "Kenapa bapak tertawa? Memangnya ada yang lucu?" Sepertinya ini pertama kalinya, Mia melihat pria itu tertawa.
"Muka kamu gemesin tau, kalau lagi kesel. Aku jadi gemes." Jaka mengepalkan tangannya sendiri. "Aku cium boleh, nggak?"
Mia melongo, "hah ..."
Melihat ekspresi gadis pujaannya, Jaka tak bisa lagi menahan diri. Dia meraih kedua sisi wajah itu, dan menyatukan bibir mereka.
Jaka memejamkan matanya, menikmati sesapan pada benda kenyal milik gadisnya, dan di sela-sela ciuman itu, dia sedikit membuka matanya, demi memastikan ekspresi wajah Mia, yang ternyata juga memejamkan matanya. Gadis itu membalas ciumannya, meskipun masih terasa kaku.
Hanya karena ciuman, Naluri lelakinya bangkit. Jaka mengangkat bokong gadisnya, agar duduk di pangkuannya.
Logika Mia, entah pergi kemana. Karena dirinya justru tak marah, atau sekedar mendorong pria yang kini melum*t habis bibirnya.
Rasa mint pasta gigi, bisa Mia rasakan saat ini. Suara sesapan membuat suasana semakin panas. Lalu di tempat yang dia duduki, Mia merasakan ada sesuatu yang menusuk-nusuk bokongnya.
Tangan Jaka mulai tak bisa diam, dia terbakar oleh hasrat lelaki nya. Dia menarik tali blus yang menyimpul di pinggang gadisnya, dan di depan matanya, Jaka bisa melihat dalaman berwarna merah berenda, yang membuatnya semakin gelap mata.
Jangan tanyakan pikiran logis Mia, gadis itu seolah tak sadar dengan apa yang diperbuatnya. Dia bahkan tak protes saat Jaka mulai memijat serta merasai bukit kembar miliknya.
Dan dering ponsel yang ada di atas meja, seketika membuat Mia tersadar, dia melebarkan matanya, menyadari jika tindakan mereka terlalu jauh.
Mia mulai memberontak minta dilepaskan. Dan decakan kesal keluar dari mulut pria yang kini sedang di puncak hasratnya.
Mia bangkit berdiri, segera dia merapihkan lagi blus yang sudah sangat berantakan. Rasanya dia malu sekali.
"Tunggu sini, aku perlu menidurkan dia dulu, dan jangan mencoba pergi dari sini. Atau aku akan datangi rumah kamu malam ini juga." Jaka memperingatkannya.
Pria itu melihat ponselnya sejenak, mengutak-atik nya sebentar, lalu kembali meletakkannya di meja makan.
jangan sampai di unboxing sebelum dimutasi y bang....
sisan belum up disini rajin banget up nya....
terimakasih Thor....
semangat 💪🏻