Kisah seorang murid yang menjadikan gurunya sebagai inspirasi terbesar nya. Terjadi di dunia modern, yang semuanya serba ada namun serba sulit banyak kekurangan.
Murid yang selalu berusaha mencari perhatian sang guru. Dengan kemampuan aneh yang dimilikinya. Dan bagaimanakah kisah kelanjutannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febby Sadin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Bisa Ta'ziah
Permata : assalamualaikum, saya mewakili struktur organisasi alumni SDIMT, mengucapkan turut berdukacita atas meninggalnya kesepuluh teman kita akibat terjangkit penyakit 'ain. Dengan berat hati kami mengumumkan kepada keluarga korban yang bersangkutan bahwa kami tidak dapat Ta'ziah ke rumah duka dengan alasan yang sudah jelas dari pemerintah. Bahwa tidak ada yang boleh berkerumun pada jenazah terjangkit penyakit 'ain.
Naz : waalaikumsalam iya
Bara : waalaikumsalam semoga berkenan menerima sumbangan online dari kami
Bintang : waalaikumsalam betul
Rangga : waalaikumsalam
Marya : semoga Allah segera mengangkat penyakit 'ain ini
Zulfa : aamiin
Ramai grup pagi-pagi sekali. Berita tentang penyakit 'ain ini semakin menjadi jadi. Seluruh jam perkuliahan juga mendapatkan imbasnya. Ini sudah semacam virus yang menyerang secara tiba-tiba. Bukan hanya dimalam hari, saat ini juga beredar di kabar media di tv maupun media cetak. Bahwa penyakit 'ain ini sudah bukan hanya sekedar berawal dari suara ketukan pintu. Namun juga ditemukan tiba-tiba banyak orang meninggal dunia tanpa sebab.
Semua jenjang pendidikan membuat aturan baru, bahwa diadakan sekolah dan perkuliahan melalui online atau daring. Semua kini di akses melalui online. Terlebih lagi tentang alumni SDIMT, malam mereka juga sudah tidak pernah lagi mengadakan pertemuan sekali pun.
"Sekarang udah bulan puasa. Gagal lagi untuk mengadakan war takjil. Padahal di YouTube hal ini lagi viral." keluh Bintang, dia kini yang sedang duduk bersama sang ibu di ruang tamu pun curhatnya ke ibunya.
Ibunya yang sambil mengaduk adonan membuat martabak sebagai bekal jualan nanti sore itu pun menanggapi curhatan Bintang, "Bagus to. Biar kamu gak keluar terus nongkrong. Paling baik kamu bantu ibu membuat adonan martabak sekarang."
Bintang dengan manyun dia pun menuruti perkataan sang ibu. Walaupun dia sudah dewasa, dia tetaplah anak kecil bagi ibunya.
Di tempat lain,
Ada Hasbi yang kini membantu adik perempuan nya belajar. "Yang bener dong dek kalau nulis jangan bengkok kanan bengkok kiri." ucap Hasbi tegas.
Adiknya mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan hati baginya pun langsung protes, "Mas Hasbi ini, gak sabaran! Aku ini masih kecil kelas tiga SD loh! Ya wajar kalau nulisnya gak sebagus mas!" adeknya membalas dengan nada lebih tegas.
Hasbi menerima jawaban seperti itu dari adeknya, hanya bisa menggeleng dan bergumam dalam hati, "Susahnya jadi guru. Ini masih satu yang aku ajarin. Bagaimana kalau dua puluh sembilan orang! Mungkin udah naik darah!"
Dia pun kemudian berkata, "Yaudahlah adek terserah kerjakan pokoknya tugas dari gurunya. Nanti kalau udah selesai mas bantu ngoreksi hasil kerjaanmu aja. Oke?!"
"Nah gitu dong! Itu baru mas yang baik. Kalau ngomong yang enak." ucap adeknya Hasbi.
"Cerewet!" ucap Hasbi pada adeknya. Sambil melenggang masuk ke dalam kamarnya.
Hasbi pun. Membuka hp nya, dimana grup obrolan alumni SDIMT begitu ramai menanggapi pengumuman dari Permata. "Waduh, penyakit 'ain ini bikin susah aja!" pekiknya dalam hati, setelah membaca komentar komentar di grup obrolan alumni itu.
Di tempat lain,
Ada pula Bara, dia juga bernasib sama dengan Hasbi yang memiliki adik perempuan. Namun, adik perempuannya Bara berbeda, dia sudah besar. Sudah SMP kelas delapan. Adiknya pulang dari pondok karena instruksi dari pemerintah yang ada dipondok juga wajib diliburkan sementara hingga keadaan penyebaran penyakit ini berhenti.
"Mas Bara! Minta tolong dong mas... Kan mas terkenal pinter dulu di sekolahnya... Bantuin ngerjain tugas dari guruku." pinta sang adik.
Bara yang sedang asyik melihat obrolan wa Alumni SDIMT pun langsung meletakkan hp nya, mendengar ocehan sang adik dia langsung menyahut dengan cepat.
"Bukan cuma dulu terkenal nya pinter mas mu ini! Sekarang pun masih terkenal pinter tauk!" keluh Bara.
Adiknya langsung memanyunkan bibirnya, mengejek Bara, "Halah... Itu memuji diri sendiri namanya!" ucapnya.
Bara pun berkata, "Udah lah ayo bantu apa..." Bara pun menyudahi perdebatan mereka.
Sedangkan ditempat lain juga ada Permata, dia yang hidup hanya berdua dengan sang ibu pun begitu kesepian. Namun di bulan puasa kali ini benar-benar sepi bagi keduanya.
"Mau ngapain kita ya Bu? Sepi gini. Berita di tv gak selesai-selesai tentang penyakit 'ain terus. Teman-teman ku juga banyak yang meninggal tapi aku gak bisa ta'ziah... Duh nasip yang sedang berduka itu giman ya Bu.... Gak dapat beras dong..."
Obrolan ibu dan anak itu pun dipenuhi dengan kehangatan, keduanya duduk di ruang tamu yang tak ada kursi satu pun, hanya lantai. Keduanya duduk lesehan bersantai di pagi hari.
"Iya juga Per... Kasian. Untung Bara temanmu itu inisiatif untuk memberikan bantuan secara online. Nanti itu di transfer gitu berarti ya?" ucap Ibunya bertanya.
"Iya Bu... Nanti aku juga transfer ke Hasbi, jadi semua teman-teman yang masih tersisa di dalam grup itu nanti transfer semua ke Hasbi baru nanti Hasbi yang menyalurkan ke pihak duka melalui transfer juga." ucap Permata, menjelaskan perihal transfer pada ibunya.
.
.
.
Lanjutannya secepatnya 😘
