Seorang wanita bernama Nairiya yang saat ini berusia 23 tahun yang merupakan seorang pianis di acara pernikahan temannya itu tiba-tiba mendapatkan tugas dari bayangan malaikat untuk menyelamatkan temannya yang akan menikah itu.
Namun Nairiya malah terluka parah akibat menyelamatkan temannya itu, rupanya temannya itu lah yang memiliki niat jahat kepadanya.
Bayangan malaikat itu meminta Nairiya untuk mengembalikannya ke dalam pohon dan ternyata setelah kembali ke dalam pohon, seorang pria bernama Leonardo yang diduga adalah bayangan malaikat itu akhirnya sadar dari komanya dan mengingat semua kejadian itu.
Apakah bayangan itu akan meninggalkannya sendirian? Atau membantunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Carmellia Amoreia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 17 - THE PROGRESS
Laresha pun menjawabnya kembali sambil tertawa ngakak karena teringat dengan masa lalunya itu, “HAHAHA aku juga ingat, sekarang juga masih pengen isengin lagi sih”
“HAHA jangan dong ya” jawab Robert dengan tertawa kecil.
“Oh iya tumben mau beli celana, udah rusak semua kah di rumah?” Laresha pun menjawabnya dengan mengalihkan topik.
Robert pun menjawabnya sambil memegang dan meraba bahan sebuah celana jeans dengan hiasan berlian di kedua saku celana tersebut dan juga di pinggang celana jeans yang tergantung di sana, “Kagak kok, pengen beli baru aja yang model ini. Soalnya di rumah gak ada model ini”
Laresha pun menatapnya kembali dan menjawabnya dengan perasaan yang tidak yakin, “Owalah oke kalau gitu, yang ukuran ini aja gapapa? Yakin bakal cocok?”
“Yakin sha, ini gak ada harga teman kah?” tanya Robert dengan serius menatap ke arah Laresha.
Laresha pun menjawabnya dengan tertawa kecil, “Mohon maaf, gak ada ya bert, haha”
“Ya udah mana kasirnya kalau gitu?” jawab Robert sambil mengambil celana yang sedang digantung di tempat display di sana.
“Haha oke, di sebelah sini ya” jawab Laresha sambil tertawa kecil lalu tersenyum kembali sambil berjalan mengarahkannya jalan ke meja kasir.
Robert pun ikut berjalan dengannya dengan mengikutinya dari belakang sambil tersenyum.
Setelah sampai di tempat kasir, terlihat Eldrik sudah siap melayani pelanggan tersebut. Robert pun memberikan sebuah celana jeans itu kepada Eldrik untuk discan lalu dibayar, setelah discan oleh Eldrik menggunakan mesin untuk mengescan barcode akhirnya ia mengetik harga biayanya di sebuah monitor komputer yang ada di depannya lalu ia pun memberitahukannya kepada Robert biaya yang harus dibayar olehnya itu, “Jadi biayanya itu, 73.000 rupiah”
Robert pun mengambil dompet hitamnya yang berada di saku celananya itu lalu mengeluarkan selembar uang kertas berwarna merah yang bertuliskan angka 100.000 rupiah di uang kertas itu. Lalu ia pun memberikannya kepada Eldrik yang sedang mengurusi kasir.
Eldrik pun mengambilnya dan memasukkannya ke dalam laci kasir lalu mengambil kembaliannya serta menarik kertas struk dari mesin struk. Setelah itu, Eldrik langsung memasukkan celana panjang jeans itu ke dalam sebuah plastik yang berwarna kuning dan memberikannya kepada Robert beserta uang kembaliannya dan kertas struk itu kepada Robert.
“Terima kasih banyak telah berbelanja di toko kami” jawab Eldrik kepada Robert dengan tersenyum dan menutup kedua telapak tangannya di depan dadanya itu.
Robert menjawabnya kembali dengan tersenyum, “Oke, terima kasih kembali”
Setelah itu, Robert pun berjalan keluar dari toko itu dengan senang.
...***...
Pada keesokan harinya, di hari Minggu tanggal 13 Mei 20xx. Di jam 10.00 pagi, tepatnya di dalam rumah sakit.
Terlihat di dalam ruangannya Nairiya, terdapat Leonardo yang duduk di sebuah kursi di sebelah kiri kasurnya Nairiya itu sedang mengobrol bersama Nairiya sebelum akhirnya Nairiya pulang ke rumahnya.
Aku pun tiba-tiba teringat tentang kejadian tadi yang di mana beberapa saat sebelum aku terbangun dan mengobrol bersama dengan Leonardo, aku masih tertidur dan di saat itu aku dapat merasakan sentuhan seseorang yang lembut dan hangat mengelus wajahku lalu dengan jari jemarinya yang halus ia menggenggam tangan kananku sambil menangis dan bahkan air matanya jatuh ke tanganku di saat ia menangis.
Saat itu aku masih mengingat ia berkata kepadaku dengan nada suaranya yang lembut namun sedikit sesak karena habis menangis jika ia sangat menyayangiku dan tidak ingin kehilangan diriku ini karena aku adalah segalanya untuknya yang sedang berjuang sendirian di sini.
Selain itu aku juga merasakan jika ia sempat mengelus kepalaku dengan lembut dan mencium keningku untuk sesaat lalu setelah itu aku pun terbangun.
Aku pun langsung bertanya saja kepadanya sambil duduk di atas kasurku itu dan menatap ke arahnya sambil tersenyum, "Oh iya, tadi kamu udah di sini pas aku lagi tidur?"
"Iya, kenapa?" jawab Leonardo sedikit panik namun dengan nada bicara yang masih santai dan bertanya kembali kepadanya.
Aku pun berterima kasih kepadanya lalu bertanya kembali karena kondisinya yang masih belum benar-benar sembuh dan belum mampu untuk berjalan sendirian itu, "Makasih banyak ya, sendirian ke sini?"
"Jangan khawatir, aku jalan sendiri pake tongkat tadi" jawab Leonardo sambil tersenyum ke arahku lalu dengan perlahan mengelus kepalaku lagi sambil tersenyum.
“Yeyy kamu udah bisa jalan” kataku dengan senang kepada Leonardo yang sedang menatapku dengan bahagia sambil mengelus kepalaku itu.
Setelah mendengar kata-kataku barusan, Leonardo tiba-tiba merasa sedikit tersipu malu dan dengan perlahan menghentikan tangannya yang tadi sedang mengelus kepalaku itu.
Lalu ia pun menjawabku dengan nada suara yang terdengar sedikit menahan malu itu, “Iya tapi masih pakai tingkat sih buat bantu jalan”
“Owalah, tapi bagus udah bisa jalan dikit” jawabku sambil tersenyum senang ke arahnya.
Leonardo pun tersenyum lebar sebentar lalu memegang kedua tanganku dengan hangat dan menjawab, “Iya terima kasih ya, semoga kamu cepat sembuh”
Aku pun menjawabnya kembali, “Semoga kamu juga cepat sembuh ya”
Tak lama setelah itu, tiba-tiba ibuku berjalan datang memasuki ruanganku dan berkata kepadaku sambil menatap ke arahku, “Nai ayo bersiap, kita akan segera pulang”
Ibuku itu pun langsung memberikanku sebuah pakaian atasan kemeja berwarna cokelat susu serta bawahan celana panjang berwarna hitam, aku pun mengangguknya saja dan langsung menoleh ke arah ibuku itu lalu menerimanya dengan kedua tanganku, setelah itu aku berjalan menuju kamar mandi yang ada di dekat sana untuk bertukar pakaian.
Sembari menungguku selesai bertukar pakaian, ibuku dan Leonardo pun berbicara sebentar mengenai sesuatu.
“Kamu tidak punya adik ya?” Tanya ibuku itu sambil menoleh ke arah Leonardo.
Leonardo pun menjawabnya sambil tersenyum, “Tidak ada”
Ibuku itu pun langsung duduk di kasur rumah sakit tempatku tadi itu lalu melihat ke arah Leonardo sambil bertanya kepadanya, “Kamu ada masalah apa sama orang tua kamu sampai dia gak mau mengaku kalau kamu adalah anaknya?”
Leonardo pun menjawabnya sambil menunduk dengan nada suara yang semakin pelan dari biasanya itu, “Pada enam bulan lalu aku terjatuh dari lantai empat di rumahku karena berusaha melerai kedua orang tuaku yang sedang bertengkar hebat di atas balkon rumahku itu”
“Owalah lalu apa hubungannya?” tanya ibuku yang penasaran itu.
Leonardo pun berusaha menjelaskannya dengan rinci kepada ibuku itu, “Maka itulah mereka mau tidak mau harus membawaku ke rumah sakit dan mengurusiku berdua, namun karena mereka masih bertengkar jadi mereka bahkan tidak mau mengakui jika aku adalah anak mereka”
“Oh pantes saja” jawab ibuku singkat sambil tersenyum tipis kepadanya.
Setelah itu, aku pun keluar dari kamar mandi itu dan berjalan mendekati mereka berdua yang tampak sedang asik mengobrol itu. Aku pun memberitahu ibuku jika aku sudah selesai berganti pakaian.
“Ibu aku sudah selesai” jawabku sambil melihat ke arah ibuku itu.
Ibuku itu pun langsung menoleh ke arahku dan tersenyum lalu berkata, “Oke baiklah kalau begitu, ayo pulang”
Aku pun melihat ke arah Leonardo yang sedang duduk di sana dengan tersenyum lalu berpamitan kepadanya dengan nada suara yang lembut, “Leo, aku mau pulang dulu, kamu yang baik-baik ya di sini”
“Iya terima kasih banyak, kamu juga ya hati-hati” kata Leonardo sambil berusaha berdiri dengan menggunakan tongkatnya itu.
Aku pun menjawabnya dengan perasaan yang khawatir karena ia tiba-tiba memutuskan untuk berdiri menggunakan tongkatnya itu, “Iya makasih ya, kamu juga hati-hati jalannya”
Leonardo pun berjalan dengan pelan menggunakan kedua tongkatnya itu lalu menghampiriku. Setelah itu, ia pun tersenyum manis ke arahku dan mengelus rambutku dengan perlahan dan sentuhannya yang lembut itu membuat hatiku merasa hangat.
“Iya aku akan lebih berhati-hati lagi lain kali, bye-bye” kata Leonardo sambil menatapku dengan halus dan melambaikan tangan kanannya kepadaku
Aku pun tersenyum senang menatap wajahnya itu lalu menjawab sambil melambaikan kedua tanganku kepadanya, “Bye-bye”