Fahira Hidayati tak pernah menyangka akan terjebak begitu jauh dalam perasaannya kini. Berawal dari pandangan mata yang cukup lama pada suatu hari dengan seorang ustadz yang sudah dua tahun ini mengajarnya. Sudah dua tahun tapi semuanya mulai berbeda ketika tatapan tak sengaja itu. Dua mata yang tiba-tiba saling berpandangan dan seperti ada magnet, baik dia maupun ustdz itu seperti tak mau memalingkan pandangan satu sama lainnya. Tatapan itu semakin kuat sehingga getarannya membuat jantungnya berdegup kencang. Semuanya tiba-tiba terasa begitu indah. Sekeliling yang sebelumnya terdengar riuh dengan suara-suara santri yang sedang mengaji, tiba-tiba saja dalam sekejap menjadi sepi. Seperti sedang tak ada seorangpun di dekatnya. Hanya mereka berdua.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lalu LHS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#14
Pagi merekah cerah. Langit bening benderang setelah semalaman hujan mengguyur dengan derasnya. Surau kicau burung riang menyambut pagi yang cerah. Namun sisa-sisa air yang menetes dari satu daun ke daun lainnya di pepohonan yang berjejer di lingkungan pesantren masih terdengar.
Pagi-pagi sekali Farhan sudah terlihat duduk di bangku panjang depan kantin sekolah. Pagi ini dia siswa pertama yang datang ke sekolah. Mendahului Fahira Hidayati dan Amelia yang yang sudah jadi langganan masuk paling awal. Bukan tanpa alasan. Dia heran dan penasaran dengan surat yang pernah ia kirim untuk Fahira Hidayati lewat Amelia. Dia penasaran, karna menurutnya isi di dalam surat itu, selain menyentuh juga ada sedikit ancaman untuk Fahira Hidayati jika tidak mau kembali kepadanya. Hari ini ia bertekad akan menuntaskan semuanya. Tidak hanya Amelia. Amelia pun akan dipanggilnya dan dimintai penjelasan. Terlepas dari akibat yang akan ia dapatkan nanti. Apalagi jika berhadapan dengan Fahira Hidayati.
Amelia melirik ke arah Fahira Hidayati yang belum memperhatikan Farhan di depan kantin. Jika ia sampai melihatnya, dia pasti akan berbalik dan menunggu sampai Farhan pergi. Namun reaksi berbeda diperlihatkan oleh Fahira Hidayati ketika lewat dekat kantin. Bahkan ketika dia tahu Farhan ada di sana, ia tak berusaha menghindar. Hanya menoleh sebentar kemudian melanjutkan langkah kakinya menuju kelas. Melihat itu, farhan langsung bangkit dan mendahului Fahira Hidayati. Amelia yang berusaha mencegah Farhan dengan memelototkan matanya, tak dihiraukannya. Perubahan sikap Fahira Hidayati yang tiba-tiba, membuatnya berpikir bahwa misinya kali ini akan berhasil.
"Fahira, tolong. Beri aku kesempatan berbicara sebentar saja," kata Farhan memohon sambil menyatukan kedua telapak tangannya meminta kesediaan Fahira Hidayati.
Fahira Hidayati menghentikan langkahnya. Tanpa menatap atau memberi jawaban Farhan, ia membalikkan tubuhnya dan melangkah menuju bangku panjang tempat Farhan tadi duduk. Ia lalu duduk. Farhan yang menyaksikan itu nampak kegirangan. Beda lagi dengan Amelia. Ia nampak terbengong dengan sikap Fahira Hidayati. Benar-benar berbeda.
"Mimpi apa semalam si Fahira sehingga sikapnya kepada Farhan menjadi baik hari ini. Atau jangan-jangan Farhan telah mengguna-gunainya," batin Amelia.Tapi ia segera menyusul Fahira Hidayati duduk ketika melihat Farhan mendekati Fahira Hidayati. Fahira Hidayati memberi isyarat agar Farhan menjaga jarak ketika hendak duduk di sampingnya. Amelia yang memposisikan diri sebagai penjaga Fahira Hidayati memberi isyarat dengan matanya agar Farhan menjauh.
"Bicarakan yang penting-penting saja. Dan mohon jangan ungkit masa lalu kita. Sebenarnya aku masih sakit hati dengan perlakuanmu. Tapi aku ingin membuka lembaran denganmu. Sebagai teman. Tidak lebih dari itu."
Farhan mendesah pelan. Sebenarnya ia tidak hanya ingin meminta maaf saja. Tapi ia ingin hubungannya dengan Fahira Hidayati kembali membaik. Tidak sebagai teman, tapi lebih dari itu. Namun Fahira Hidayati sudah menjawab semua yang ingin ia sampaikan sebelum benar-benar mengucapkannya.
Fahira Hidayati bangkit dari duduknya.
"Jika maafku yang kamu inginkan, maka aku sudah memaafkanmu. Tapi untuk kembali menjalin hubungan, aku tidak bisa. Aku minta maaf," kata Fahira Hidayati. Setelah itu ia menoleh ke arah Amelia dan mengajaknya pergi. Farhan panik. Dia tidak mau Fahira Hidayati meninggalkannya secepat itu. Masih banyak yang ingin ia bicarakan.
"Tunggu, Fahira," kata Farhan sambil menarik tangan Fahira Hidayati. Spontan Fahira Hidayati melepaskan keras pegangan tangan Farhan.
"Kamu lagi-lagi menyakitiku. Kamu sama sekali tidak menghargai kesempatan yang aku berikan. Pergi kamu dari sini. Aku tidak mau melihatmu lagi," kata Fahira Hidayati dengan suara keras. Tatapannya tajam seperti hendak menelan mentah-mentah tubuh Farhan. Amelia sigap melangkah maju dan mengambil posisi di tengah-tengah mereka. Tatapan matanya pun tak kalah tajam dari Fahira Hidayati.
Melihat kemarahan Fahira Hidayati, Farhan kembali mengangkat kedua telapak tangannya meminta maaf. Tapi Fahira Hidayati hanya menggelengkan kepalanya. Dia benar-benar marah. Beruntung suasana di sekolah masih siswa. Siswa lain yang sudah datang, masih terlihat berdiri di pintu gerbang.
Fahira Hidayati menarik tangan Amelia dan melangkah cepat menuju ruang kelas. Tak mau menyerah begitu saja, Farhan mengikuti dari belakang. Walaupun Amelia berkali-kali mengangkat kepalan tangannya ke arahnya, tapi Farhan tetap mengikuti hingga di pintu kelas.
"Kamu berani melangkah sedikit saja masuk ke kelas ini, aku tidak segan-segan berteriak. Ayo, coba saja. Kamu akan tahu siapa aku jika berani melakukannya," kata Fahira Hidayati keras. Wajahnya memerah menahan amarah. Tatapannya tajam tak berkedip menatap Farhan. Namun Farhan tak bergeming dan hampir-hampir bersimpuh di hadapan Fahira Hidayati.
"Tolong, Fahira. Sekali lagi maafkan aku," kata Farhan setengah memelas.
"Aku bilang pergi!" teriak Fahira Hidayati. Suara teriakannya yang keras menggema di dalam ruangan. Saking kerasnya,Amelia sampai menutup telinganya.
Melihat Fahira Hidayati begitu marahnya kepada Farhan. Juga tak ingin siswa yang lain tahu apa yang sedang terjadi, Amelia segera mendorong tubuh Farhan agar segera menjauh.
"Tolong pergilah, Farhan. Fahira sudah tidak mau lagi melihatmu. Jangan sampai guru-guru tahu, lebih-lebih pengurus pesantren. Kamu pasti akan dihukum berat," kata Amelia. Wajah Farhan tiba-tiba memerah. Menyadari Fahira Hidayati tidak akan memaafkannya lagi, ia mengacungkan telunjuknya ke arah Fahira Hidayati yang masih berdiri sembari menangis di dalam kelas.
"Kamu akan merasakan akibatnya, Fahira. Aku tidak akan berhenti membuatmu menderita. Aku akan menyebarkan semua yang pernah kita lakukan,"
"Farhan, diam!" teriak Amelia kesal. Ia kembali mendorong tubuh Farhan semakin menjauh. Mendengar kata-kata Farhan, Fahira Hidayati keluar.
"Dan bersiap-siaplah untuk masuk penjara karna aku akan mengadukanmu karna telah melecehkanku dan percobaan pemerkosaan," kata Fahira Hidayati tak kalah sengit. Amelia yang mendengar itu hanya bisa terbengong menatap wajah Farhan. Dia baru tahu ternyata sedahsyat itu permasalah di antara keduanya sehingga Fahira Hidayati begitu sulit memaafkan Farhan.
"Astaghfirullah. Kurang ajar kamu, Farhan. Apa yang telah kamu lakukan pada Fahira. Jangan sampai aku mengadukanmu kepada orang tuamu," kata Amelia. Farhan melepaskan pegangan tangan Amelia dari bajunya.. Dia kemudian membalikkan badannya dan pergi meninggalkan keduanya dengan umpatan.
Amelia mendesah nafas panjang sembari mengelus dadanya. Tak henti-henti ia menatap tubuh Farhan hingga Farhan masuk ke dalam kelasnya. Amelia kemudian melangkah mendekati Fahira Hidayati yang masih menangis sesenggukan. Punggung Fahira Hidayati diusapnya lembut.
"Sabar. Semua ini pasti ada hikmahnya. Sudahlah, hapus air matamu. Jangan sampai teman-teman keburu melihatnya. Dan kamu harus tenang. Aku pastikan Farhan tidak akan mengganggumu lagi. Dia pasti berpikir jika aku melaporkannya kepada ayahnya," kata Amelia. Ia kemudian menuntun Fahira Hidayati duduk di bangkunya.
Setelah memastikan Fahira Hidayati sudah tenang, teman-temannya juga sudah mulai berdatangan memasuki kelas, Amelia pamit ke kelasnya.
"