"Kamu akan menyesalinya, Aletta. Aku akan memastikannya." Delvan mengancam dengan raut wajahnya yang marah pada seorang wanita yang telah menabrak mobilnya.
Azada Delvan Emerson adalah pengusaha yang paling ditakuti, tidak hanya di negaranya tetapi juga di luar negeri, karena sifatnya yang arogan dan kejam. Dia bukan orang yang mudah memaafkan atau melupakan.
Sementara itu, Aletta Gabrelia Anandra merupakan putri kedua dari keluarga Anandra yang baru saja menabrak mobil Delvan dan menolak untuk tunduk di hadapan Azada Delvan Emerson yang menantangnya untuk melakukan hal terburuk.
Akankah Delvan berhasil membuat Aletta bertekuk lutut terutama sekarang, karena ia harus menikah dengannya atau akankah Aletta berhasil melawan suaminya terutama ketika ia mengetahui bahwa dia adalah kekasih dari musuh bebuyutannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9.
Aletta terbangun keesokan paginya dengan pandangannya yang kabur dan pikirannya bingung.
Aletta mengira jika dirinya berhasil tidur, ia akan dapat berpikir dengan jernih, tetapi ternyata ia salah karena saat ini ia sendiri masih bingung. Apakah ia harus menerima penawaran Delvan atau tidak?
Itulah pertanyaan yang terlintas di benaknya saat ini. Aletta akan kalah dengan cara apa pun dan sekarang terserah padanya untuk memilih bagaimana dia ingin kalah.
Wanita itu mengubah posisinya menjadi duduk dan meraih ponselnya. Ia melihat jam dan menyadari bahwa dirinya sudah terlambat untuk pemotretannya.
'Sial!.' Aletta mengumpat dan melompat dari tempat tidurnya. Ia bangun kesiangan, meraih handuknya, Aletta segera menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Aletta tidak pernah kesiangan, jadi mengapa ia melakukannya hari ini dan di hari penting seperti ini?
'Azada Delvan Emerson.' Batinnya menjawab tanpa sadar. Hebat, dia akan terlambat semua karena Delvan dan penawarannya yang bodoh itu. Tidak mungkin Aletta akan menerima penawaran itu sekarang. Pria itu merepotkan!
***
Di tempat lain.
Delvan memeriksa kaca spion mobil untuk kesekian kalinya, tetapi tetap tidak ada tanda-tanda kedatangan Aletta.
'Kenapa Aletta belum datang juga? Apa ada sesuatu yang buruk terjadi padanya?.' Tanya Delvan pada dirinya sendiri sembari memeriksa kaca spionnya sekali lagi.
Pria itu bangun pagi ini dengan niat untuk pergi ke rapatnya.
Akan tetapi, saat sopir itu mengantarnya ke kantor, Delvan tiba-tiba merasa enggan pergi ke kantor lagi.
Pria itu kemudian mendapati dirinya memerintahkan sopir pribadinya untuk mengantarnya ke perusahaan tempat Aletta dijadwalkan melakukan pemotretan dengan model lain, termasuk Jessica.
Delvan tidak tahu mengapa, tetapi dirinya merasa ingin bertemu dengan Aletta lagi. Delvan bahwa dirinya tidak bisa mendekati Aletta karena akan membuatnya terlihat seperti sedang menguntitnya.
Tetapi yang Delvan inginkan hanyalah melihatnya sekilas.
Delvan telah menunggu lebih dari dua jam, tetapi Aletta belum juga datang.
Semua model lainnya termasuk Jessica sudah tiba, jadi di mana Aletta?
Delvan mulai merasa khawatir karena tidak seperti Aletta yang biasa yang selalu datang tepat waktu, hari ini wanita itu datang terlambat untuk sesi pemotretannya. Aletta selalu tiba untuk sesi pemotretan setidaknya tiga puluh menit sebelumnya.
Dan Delvan mengetahui hal ini ketika ia meminta anak buahnya untuk menyelidiki tentang Aletta.
Ponsel Delvan tiba-tiba berdering berdering. Ia memeriksa nama kontak si penelepon dan melihat bahwa Vian-lah yang meneleponnya. Awalnya, Delvan ingin mengabaikan adik karena dia tidak siap mendengarkan omong kosong Vian sampai Delvan kejadian teringat bahwa Vian sudah ada di kantor yang berarti dia menghubunginya untuk sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan.
Delvan segera menjawab panggilan itu. "Ada apa?." Tanya Delvan dingin, tidak mau menyapa adiknya.
"Selamat pagi juga kakakku tersayang." Sapa Vian, mengabaikan pertanyaan kakaknya. "Tidak sepertimu, aku masih ingat sopan santunku dan aku tahu bagaimana memperlakukan orang dengan hormat." Sindir Vian.
"Katakan saja apa maumu atau aku akan menutup teleponnya!." Bentak Delvan dengan kesal sembari melihat ke luar lagi, berharap ia dapat menemukan tanda-tanda Aletta yang datang, tetapi tetap saja tidak terlihat di mana pun. Delvan mendesah dan kembali memperhatikan Vian.
"Kenapa kakak tidak ada di kantor?." Tanya Vian dengan cemas. Ia terkejut ketika tiba di kantor dan tidak menemukan Kakaknya di ruangan.
Sementara Delvan bukanlah orang yang suka mengambil cuti dan mereka juga tidak sedang mengadakan rapat di luar kantor, jadi mengapa dia tidak hadir di kantor.
Vian merasa aneh karena Delvan selalu datang lebih dulu darinya, jadi ia memutuskan untuk menghubungi kakaknya dan menanyakan apa yang terjadi.
"Aku pergi keluar untuk beberapa pekerjaan penting." Jawab Delvan.
"Apa pekerjaan penting yang kakak lakukan? Kita tidak ada rapat di luar hari ini, jadi katakan padaku apa alasan sebenarnya kakak belum masuk kantor." Tuntut Vian.
"Itu bukan urusanmu!." Jawab Delvan. Ia tidak terkejut bahwa Vian telah menduga bahwa dirinya berbohong. Karena adiknya itu benar-benar pintar dan teliti.
Tetapi tiba-tiba terdengar tertawa Vian dan hal ini membuat Delvan semakin kesal. "Kenapa kamu tertawa?!" tanyanya tajam.
“Karena di kantor tidak ada yang penting. Kakak bisa bersantai, tiada apa kalau tidak datang." Kata Vian.
"Apa maksud mu?." Tanya Delvan bingung.
"Aku tahu kakak sedang berada di luar perusahaan tempat kakak iparku melakukan pemotretan hari ini. Kakak bisa saja meneleponnya untuk menanyakan keberadaannya daripada duduk di mobil dan merasa khawatir." Kata Vian menjelaskan dan tertawa terbahak-bahak setelahnya. "Sepertinya kakak sudah jatuh cinta padanya. Bukankah ini terlalu cepat, tapi kakak malah menghinaku karena melakukan hal yang sama."
Delvan menyadari bahwa Vian pasti telah mengikutinya dan sedang mengawasinya. Ia melihat ke sekeliling, tetapi tidak dapat menemukan tanda-tanda Vian di mana pun. "Di mana kamu?!". Tanyanya dengan marah.
"Aku ada di tempat di kantor dan memerintahkan anak buahku untuk mengikuti mu."
"Aku akan menguliti mu dan anak buahmu hidup-hidup!." Ancam Delvan.
"Tolonglah kakak, jangan lakukan itu. Aku janji tidak akan melakukannya lagi." Kata Vian dengan nada mengejek.
Ia tahu bahwa kakaknya tidak akan pernah melakukan hal seperti itu, tetapi ia juga tahu bahwa Delvan akan membalasnya karena telah mengejeknya, tetapi itu bukanlah hal yang paling dikhawatirkannya.
"Aku tutup dulu ya. Tunanganmu sebentar lagi akan segera datang." Setelah mengatakannya sambungan telepon mereka terputus.
Delvan melihat ke luar jendela sekali lagi dan seperti yang dikatakan Vian, ia melihat mobil Aletta melaju melewatinya. Dia memarkir mobilnya dan keluar dari mobil.
Entah mengapa, Delvan langsung merasa lega saat melihat wanita itu keluar dari mobilnya dan tanpa sadar ia tersenyum. Ia telah khawatir tanpa alasan yang jelas.
Delvan melihat Aletta masuk ke dalam gedung, lalu ia memerintahkan sopirnya untuk membawanya kembali ke kantor sehingga ia bisa membunuh Vian karena sudah mengejeknya.
****
"Aletta, ke mana saja kamu?." Charles— manajernya, berteriak begitu melihat kedatangan Aletta. "Aku sudah menelepon mu. Kenapa kamu tidak menjawab teleponnya?." Tangannya.
"Aku sangat menyesal, benda itu ada di dalam tasku dan aku tidak mendengarnya berdering." Jelas Aletta.
"Kenapa kamu datang terlambat? Kamu tahu betapa pentingnya pemotretan ini untukmu, jadi kenapa kamu tidak datang tepat waktu?." Tanya manajer itu dengan kesal.
"Maafkan aku." Aletta meminta maaf sekali lagi. "Aku kesiangan." Katanya singkat.
Charles memutuskan untuk tidak mempermasalahkan hal itu lebih jauh karena Aletta tidak pernah terlambat datang ke lokasi pemotretan dan juga karena dia mengerti bahwa Aletta pasti kelelahan setelah pesta kemarin.
"Pergilah ke ruang gantimu, timmu sudah menunggumu."
"Baiklah." Kata Aletta dan berjalan menuju ruang gantinya
"Aletta." Charles tiba-tiba memanggil. "Hati-hati, Jessica dan model lainnya ada di sana. Kalau mereka mencoba mengganggumu, beri tahu aku." Kenyataannya bukan hanya Jessica yang membenci Aletta
Kebanyakan model yang pernah bekerja sama dengan Aletta membencinya atau merasa iri padanya.
Mereka selalu mencoba mendiskreditkan kesuksesan Aletta dengan mengatakan bahwa Aletta tidak bekerja keras untuk menjadi sukses, tetapi kesuksesan itu terjadi karena dia adalah putri keluarga Anandra.
"Tidak apa-apa, Charles. Aku sudah terbiasa dengan ejekan mereka. Bahkan, aku akan merasa takut jika mereka tidak mencoba membuatku kesal. Aku akan baik-baik saja." Kata Aletta terdengar meyakinkan dan pergi ke ruang ganti.
Aura di ruangan itu langsung berubah saat Aletta masuk. Para model yang tadinya tertawa dan bersenang-senang, mengubah ekspresi mereka saat melihat Aletta
Mereka tidak mencoba menyembunyikan kebencian mereka terhadap Aletta.
Sementara Aletta tidak terganggu karena dia sudah terbiasa dengan hal itu. Ia mengabaikan mereka dan berjalan ke tempat timnya menunggunya.
"Oh, lihat semuanya, ini dia ratu kecantikan yang memiliki tempat ini. Wah, Aletta, aku harus memujimu karena kamu datang tepat waktu." Kata Jessica mengejek saat Aletta berjalan melewatinya.
Model lainnya tertawa terbahak-bahak.
"Kamu pasti merasa dirimu sudah hebat dan sekarang telah bertunangan dengan Azada Delvan Emerson." kata seorang model dengan nada meremehkan. Ia selalu cemburu pada Aletta.
Model itu harus bekerja sangat keras untuk mencapai kesuksesan karena dia berasal dari keluarga miskin.
Butuh waktu bertahun-tahun baginya untuk membuat namanya sendiri di industri ini dan dia masih belum menjadi model A-list, tetapi Aletta hanya membutuhkan waktu kurang dari dua tahun untuk mencapai apa yang gagal dia capai, jadi tentu saja dia merasa cemburu.
"Dengar, teman-teman. Aku tahu kita saling membenci, tapi bisakah kalian simpan semua ini untuk nanti. Aku sudah terlambat dan aku harus berganti pakaian." Pinta Aletta. Dia tidak dapat melanjutkan karena para model menghalangi jalannya.
"Kamu seharusnya datang tepat waktu Aletta." Cibir Jessica. "Kamu pasti berpikir bahwa kamu terlalu angkuh dan berkuasa untuk berpacu dengan waktu karena kamu sekarang adalah calon menantu keluarga Emerson."
"Aku tidak punya waktu untuk ini, Jessica. Minggir atau aku akan memaksamu pindah." Kata Aletta dengan suara rendah dan berbahaya karena dia mulai marah.
Jessica mendengus kesal.
"Kalau begitu, lakukan saja. Aku ingin sekali melihatmu mencoba. Kalau-kalau kamu belum menyadarinya, kamu kalah jumlah."
Aletta hampir melupakan fakta ini.
Jessica dan antek-anteknya telah mengepungnya dan Aletta tahu mereka tidak akan tinggal diam jika ia menyentuh pemimpin mereka.
'Sial!' Aletta mengumpat dalam hati.
Melihat Aletta tidak mengatakan apa-apa lagi, Jessica memutuskan untuk mengambil kesempatan itu untuk mempermalukan Aletta. Itu akan menjadi balasan kecil untuknya karena kemarin.
"Aku yakin pernikahanmu dengan Delvan adalah pernikahan kontrak. Tidak mungkin itu adalah pernikahan karena cinta. Maksudku, lihat dirimu. Tidak ada pria waras yang mau menikahi mu, apalagi Azada Delvan Emerson." Ejek Jessica dan para model lainnya tertawa terbahak-bahak.
Aletta mengepalkan tangannya karena marah. Ia marah karena Jessica benar tentang pernikahan antara dirinya dan Delvan yang hanya merupakan pernikahan kontrak.
Jessica seharusnya bersyukur kepada bintang-bintang karena dia dikelilingi oleh orang-orang ini atau Aletta tidak akan ragu untuk menghukumnya, tetapi Jessica terus menghinanya dan Aletta tidak dapat menerimanya lebih lama lagi.
"Bukan urusanmu apakah Delvan dan aku akan menikah kontrak atau tidak. Karena itu adalah urusan kami berdua!." Kata Aletta dengan tegas. "Aku mengerti rasa sakit dan frustrasimu, Jessica. Dulu aku adalah model nomor satu di dunia, lalu tiba-tiba, seorang pemula mengambil alih gelarmu. Pasti sulit bagimu untuk menerima kenyataan saat ini." Ejek Aletta, sengaja.
"Berani sekali kamu!." Teriak Jessica sembari mengangkat tangannya hendak menampar Aletta, tetapi Aletta sudah lebih dari siap untuk menamparnya.
"Aku akan menghancurkan mu kalau kamu mencoba memukulku." Ancam Aletta dengan suara berbahaya. "Kalau salah satu dari kalian menyentuhku, aku jamin itu akan menjadi hal terakhir yang akan kalian lakukan di sisa hidup kalian." Kata Aletta saat ia melihat sekeliling, memperhatikan semua model yang terdiam.
"Kalian semua sepertinya lupa kalau aku adalah bagian dari keluarga Anandra dan aku akan menjadi bagian dari keluarga Emerson. Aku adalah anggota dari dua keluarga paling berkuasa.... tidak hanya di negara ini, tetapi juga di dunia." Sambung Aletta. “Kalian semua pasti pernah mendengar cerita tentang bagaimana keluargaku menghancurkan orang-orang yang menentang mereka?. Sekarang, kalau kalian tidak ingin dianggap sebagai musuh keluargaku, aku sarankan kalian semua keluar dari sini." Kata Aletta dengan marah.
"Termasuk kamu, Jessica. Kamu punya waktu tiga puluh detik untuk melakukannya."
Para model pun bergegas keluar dari ruangan saat mendengar ancaman Aletta yang terdengar tidak main-main. Dan karena mereka takut akan keselamatan mereka. Mereka belum pernah melihat Aletta semarah itu.
Aletta bahkan mengancam mereka dengan keluarganya dan para model tahu bahwa itu bukanlah ancaman yang bisa dianggap enteng.
"Kamu bahkan bukan anggota resmi keluarga Emerson, tapi kamu sudah menggunakan nama mereka untuk menakut-nakuti orang." Kata Jessica.
Jessica belum pergi dari ruangan seperti model lainnya. Mengapa dia harus melarikan diri dari Aletta jika dirinya mempunyai Delvan yang selalu menjaganya?
"Aku akan menjadi anggota keluarganya juga, jadi tidak masalah apakah ak menggunakan nama sekarang atau nanti." Balas Aletta, melipat kedua tangannya di depan dada.
"Kamu benar-benar berpikir Delvan akan menikahimu, ya?." Tanya Jessica sembari menyeringai
"Aku rasa dia tidak setuju menikah denganku. Tapi, dia tetap menikahiku." Jawab Aletta
Aletta akhirnya memutuskan untuk menerima penawaran Delvan. "Permisi." Kata Aletta. Dia akhirnya bisa berjalan melewati Jessica yang sebelumnya menghalanginya.
"Kamu akan membayar penghinaan ini, Aletta." Ancam Jessica.
"Aku akan menunggu." Jawab Aletta dan setelah itu, dia meninggalkan Jessica yang sedang marah.
Sepersekian detik kemudian, raut wajah Aletta kembali berseri-seri bahagia ketika menyapa para tim make up-nya.