seorang wanita tangguh, yang dikenal sebagai "Quenn," pemimpin sebuah organisasi mafia besar. Setelah kehilangan orang yang sangat ia cintai akibat pengkhianatan dalam kelompoknya, Quenn bersumpah untuk membalas dendam. Dia meluncurkan serangan tanpa ampun terhadap mereka yang bertanggung jawab, berhadapan dengan dunia kejahatan yang penuh dengan pengkhianatan, konflik antar-geng, dan pertempuran sengit.
Dengan kecerdikan, kekuatan, dan keterampilan tempur yang tak tertandingi, Quenn berusaha menggulingkan musuh-musuhnya satu per satu, sambil mempertanyakan batasan moral dan loyalitas dalam hidupnya. Setiap langkahnya dipenuhi dengan intrik dan ketegangan, tetapi ia bertekad untuk membawa kehormatan dan keadilan bagi orang yang telah ia hilangkan. Namun, dalam perjalanan tersebut, Quenn harus berhadapan dengan kenyataan bahwa dunia yang ia kenal bisa berubah, dan balas dendam terkadang memiliki harga yang lebih mahal dari yang ia bayangkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Doni arda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31: Duel di Tengah Kegelapan
Langit malam semakin gelap, seolah meresapi ketegangan yang membara di antara Quenn dan Dmitri. Mereka berdiri saling berhadapan di gang sempit yang hanya diterangi oleh remang cahaya lampu jalan. Suara tembakan di kejauhan semakin memudar, menandakan bahwa pasukan Dmitri lebih fokus pada pengejaran Vincent dan Rina.
"Quenn," suara Dmitri terdengar seperti racun, penuh ejekan. "Aku harus memberimu pujian. Kau adalah ancaman terbesar yang pernah kutemui. Tapi di sinilah akhirnya. Kau sendirian, seperti yang seharusnya sejak awal."
Quenn menggenggam pistolnya lebih erat, namun tatapan matanya tetap tenang, penuh dengan api keberanian. "Aku mungkin sendirian, Dmitri. Tapi itu tidak berarti aku akan kalah."
Dmitri tertawa kecil, senyum sinis terukir di wajahnya. "Kau terlalu percaya diri. Itu kelemahanmu."
Sebelum Dmitri sempat menyelesaikan kalimatnya, Quenn bergerak lebih cepat daripada kilatan petir. Pistolnya mengarah ke kepala Dmitri, tetapi Dmitri sudah memprediksi langkah itu. Ia menghindar, melepaskan tembakan balasan yang hampir mengenai bahu Quenn.
Peluru berdesingan di udara. Quenn berlindung di balik dinding beton yang hampir runtuh, napasnya terengah-engah. Dmitri terus mendekat dengan langkah penuh keyakinan, setiap detiknya terasa seperti sebuah ancaman.
---
Sementara itu, Vincent dan Rina terus bergerak melalui lorong-lorong gelap kota. Mereka tahu Dmitri masih memiliki pasukan yang mengawasi setiap sudut, tetapi mereka juga tahu bahwa Quenn sedang mempertaruhkan nyawanya untuk memberi mereka waktu.
"Aku tidak bisa meninggalkannya," kata Vincent tiba-tiba, berhenti di tengah jalan.
"Kau tidak boleh kembali," Rina memotong dengan nada tegas. "Quenn mengorbankan dirinya agar kita bisa pergi. Jika kau kembali sekarang, semua usahanya sia-sia."
Vincent mengepalkan tangannya, jelas berjuang melawan nalurinya untuk kembali. "Kita tidak akan bisa keluar dari ini tanpa dia."
"Dan kita juga tidak akan bisa menyelesaikan apa yang kita mulai jika kita mati di sini," balas Rina tajam.
Vincent menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan pikirannya. "Baiklah. Kita akan terus maju. Tapi aku berjanji, aku akan kembali untuk Quenn."
---
Tembakan-tembakan terus menghancurkan kesunyian malam. Dmitri bergerak seperti pemburu, mengejar Quenn dengan ketelitian dan strategi yang mematikan. Quenn, di sisi lain, mengandalkan kecepatan dan instingnya.
Ketika Dmitri melepaskan tembakan lagi, Quenn melompat ke atas tumpukan kayu tua, membuat dirinya lebih tinggi dari Dmitri. Ia melepaskan tembakan balasan, memaksa Dmitri berlindung di balik kendaraan yang terparkir.
"Kau bisa terus berlari, Quenn," teriak Dmitri dari tempat persembunyiannya. "Tapi aku tahu kau tidak akan bisa kabur selamanya."
"Aku tidak berlari," balas Quenn dengan nada tajam. "Aku sedang memancingmu."
Seketika, Dmitri menyadari ada kabel kecil yang menghubungkan tempatnya berlindung dengan salah satu bom kecil yang Quenn pasang sebelumnya. Sebelum Dmitri bisa bergerak, Quenn menekan tombol detonator di tangannya.
Ledakan besar mengguncang area itu, memaksa Dmitri terlempar ke belakang. Beberapa pecahan logam mengenai lengannya, membuatnya berteriak kesakitan.
Namun, ketika asap mulai menghilang, Dmitri berdiri lagi, meski tubuhnya penuh luka. Matanya yang penuh kebencian menatap Quenn dengan intensitas yang mengerikan. "Kau pikir itu cukup untuk mengalahkanku?"
Quenn melompat turun, menatap Dmitri dengan tatapan dingin. "Aku tidak pernah mengandalkan bom untuk menyelesaikan sesuatu. Aku mengandalkan diriku sendiri."
---
Dmitri melemparkan pistolnya ke tanah, menarik pisau panjang dari pinggangnya. "Kalau begitu, mari kita selesaikan ini seperti laki-laki sejati."
Quenn tersenyum tipis, melemparkan pistolnya juga. "Akhirnya kau mengatakan sesuatu yang masuk akal."
Keduanya melangkah mendekat, ketegangan di udara semakin memuncak. Dmitri menyerang lebih dulu, mengayunkan pisaunya dengan kekuatan brutal. Quenn menghindar dengan cekatan, memanfaatkan kecepatannya untuk mengimbangi kekuatan Dmitri.
Pisau Dmitri hampir mengenai Quenn beberapa kali, tetapi Quenn tetap tenang, menunggu celah untuk menyerang balik. Ketika Dmitri mengayunkan pisaunya lagi, Quenn menangkap pergelangan tangannya, memelintirnya dengan kekuatan yang cukup untuk membuat pisau itu terjatuh.
Namun, Dmitri tidak menyerah. Ia membalas dengan pukulan keras ke wajah Quenn, membuat Quenn terhuyung ke belakang. Darah mengalir dari sudut bibir Quenn, tetapi ia hanya tersenyum kecil.
"Itu yang kau punya?" ejek Quenn.
Pertarungan itu berlangsung sengit, dengan kedua pria saling menyerang tanpa henti. Quenn akhirnya berhasil menjatuhkan Dmitri ke tanah, menempatkan lututnya di dada Dmitri dan menekan pisau yang ia ambil ke leher musuhnya.
"Ini akhirnya, Dmitri," kata Quenn dengan suara rendah yang penuh ancaman.
Namun sebelum Quenn bisa menyelesaikan segalanya, suara langkah kaki terdengar dari belakangnya. Pasukan Dmitri telah tiba, mengarahkan senjata mereka ke Quenn.
"Turunkan pisaunya, atau kau mati di sini," kata salah satu dari mereka.
Quenn tahu dia berada di posisi yang mustahil. Tetapi seperti biasa, ia tidak menunjukkan rasa takut. "Kau mungkin bisa membunuhku," katanya dingin, "tapi aku akan memastikan Dmitri tidak keluar hidup-hidup."
Tiba-tiba, suara ledakan kecil terdengar dari kejauhan, diikuti dengan suara tembakan. Vincent muncul bersama Rina, yang membawa senapan otomatis dan langsung melepaskan tembakan ke arah pasukan Dmitri.
"Turun, Quenn!" teriak Vincent.
Quenn segera melompat ke samping, memberi ruang bagi Vincent dan Rina untuk membersihkan area. Dmitri mencoba melarikan diri di tengah kekacauan, tetapi Quenn tidak memberinya kesempatan. Ia mengejar Dmitri, menendang kakinya dan menjatuhkannya kembali ke tanah.
"Kau tidak ke mana-mana," kata Quenn, menempatkan pisau di leher Dmitri lagi.
"Ini belum berakhir," gumam Dmitri dengan napas berat.
Quenn hanya menatapnya dengan dingin. "Tidak, Dmitri. Untukmu, ini berakhir malam ini."
---
Dengan Dmitri yang akhirnya terkapar di tanah, Quenn, Vincent, dan Rina tahu bahwa pertempuran mereka masih jauh dari selesai. Pasukan Dmitri yang tersisa masih menjadi ancaman besar, tetapi untuk saat ini, mereka telah memenangkan pertempuran.
Namun, di balik bayangan, seseorang yang tidak terduga sedang memperhatikan mereka, dengan rencana yang lebih gelap untuk membalas dendam. Perang baru saja dimulai.