QUEEN MAFIA : REVENGE
Hujan turun deras malam itu, menambah kesan gelap yang sudah meliputi kota. Di bawah sinar lampu jalan yang temaram, jalanan menjadi basah, memantulkan bayangan kendaraan yang melintas cepat. Quenn berjalan tanpa tujuan pasti di sepanjang trotoar yang hampir sepi, meskipun di balik penampilannya yang tegas dan percaya diri, ada rasa sakit yang terus menggerogoti hatinya. Wajahnya yang cantik dan tajam itu tidak menunjukkan tanda-tanda kebingungannya, namun siapa pun yang tahu akan bisa melihat ada sesuatu yang hilang dalam dirinya.
Di dalam dirinya, sebuah badai sedang bergemuruh—sebuah perasaan yang sulit digambarkan dengan kata-kata. Beberapa minggu lalu, dunia yang telah ia bangun dengan susah payah runtuh dalam sekejap. Marco. Hanya satu nama yang menggema di setiap sudut pikirannya. Marco adalah lelaki yang selalu ia percayai, tangan kanannya yang paling setia, teman yang telah lama bersamanya melewati badai kejahatan. Namun kini, nama itu hanya menambah luka yang semakin dalam.
Quenn tidak tahu kapan perselingkuhan itu dimulai, tapi yang pasti, pengkhianatan Marco adalah sesuatu yang paling tidak terduga. Seperti halnya seorang pemimpin mafia lainnya, ia tahu bahwa dalam dunia kejahatan, pengkhianatan adalah hal yang tak bisa dielakkan. Tapi itu tidak mengurangi betapa dalamnya rasa sakit yang ia rasakan. Marco telah menjual rahasia mereka—informasi penting yang seharusnya hanya diketahui oleh sedikit orang—kepada pesaing mereka, sebuah organisasi yang berusaha menguasai wilayah yang selama ini dikuasai oleh Quenn dan gengnya.
Puncaknya adalah malam yang penuh darah itu. Setelah Marco memberi informasi yang salah, rencana besar mereka untuk mengirimkan pengiriman senjata ke pelabuhan utama dihancurkan, dan dalam kekacauan yang ditimbulkan, Luca—salah satu orang paling dekat dengan Quenn—tewas. Luca adalah teman sekaligus tangan kanan yang telah mendampingi Quenn sejak ia pertama kali memasuki dunia ini. Baginya, Luca lebih dari sekadar seorang loyalis—dia adalah keluarga. Kini, Luca telah hilang, dan pengkhianatan Marco menambah beban berat yang harus ditanggung Quenn.
Di rumah besar yang jauh dari keramaian kota, markas besar organisasi mafia Quenn, suasana terasa berbeda dari biasanya. Ruang tamu yang biasanya dipenuhi oleh anggota geng dan pertemuan strategis kini terasa hampa dan sunyi. Quenn berdiri di depan jendela besar, menatap keluar. Hujan yang turun seolah mencerminkan perasaan yang ada dalam dirinya—gelap, dingin, dan penuh kesedihan. Angin malam yang sejuk menyentuh kulitnya, tapi ia tidak bergerak. Matanya yang tajam menyusuri jalanan kota yang menjadi saksi bisu dari peristiwa-peristiwa yang telah terjadi, dan bayangan wajah Luca kembali muncul dalam benaknya. Setiap kenangan tentang Luca terasa seperti sebuah luka yang menganga, tak bisa sembuh.
Di balik semua itu, ada perasaan yang jauh lebih besar—marah, sangat marah. Marco harus membayar untuk apa yang telah ia lakukan. Tidak hanya karena kematian Luca, tetapi juga karena telah merusak dunia yang telah dibangun dengan penuh perjuangan. Quenn tahu, untuk bertahan hidup di dunia ini, ia harus kuat. Dan sekarang, lebih dari sebelumnya, ia tahu bahwa untuk membalas dendam, ia harus menjadi lebih kuat dari sebelumnya.
Tiba-tiba, suara langkah kaki yang ringan terdengar di belakangnya, dan suara lembut Rina menyapanya. Rina adalah sekretaris Quenn sekaligus orang yang sangat ia percayai. Meskipun Rina tampak lebih muda dan lebih lembut dibandingkan Quenn, di balik itu, ia adalah sosok yang sangat cerdas dan penuh perhitungan.
“Quenn,” suara Rina memecah keheningan, “Ada kabar dari jaringan kita. Mereka... mereka tahu kamu akan datang.”
Quenn menoleh sedikit, matanya masih tak beralih dari jendela. “Tahu?” Quenn bertanya dengan nada datar, meskipun dalam hatinya ia sudah tahu bahwa kabar ini tak terlalu mengejutkannya. Musuh-musuhnya pasti sudah mulai bergerak, mereka tidak akan tinggal diam setelah apa yang terjadi.
Rina mengangguk, sedikit khawatir. “Mereka sudah bersiap. Kalau kamu ingin melanjutkan rencanamu malam ini, mereka akan menunggu.”
Quenn menghela napas panjang, menatap kaca jendela yang memantulkan bayangannya. Sesaat ia merasa bingung—adakah semua ini akan berakhir begitu saja? Apakah balas dendam adalah satu-satunya cara untuk menyelesaikan semua ini? Namun, begitu cepat ia mengusir pikiran itu. Balas dendam adalah haknya. Dan ia tidak akan berhenti sampai Marco merasakan apa yang telah ia lakukan.
“Aku sudah memutuskan,” jawab Quenn akhirnya dengan suara yang tenang namun penuh kekuatan. “Beri tahu mereka, malam ini kita bergerak.”
Rina mengangguk dengan cepat dan keluar, meninggalkan Quenn sendirian dengan pikirannya. Saat wanita itu menghilang ke lorong, Quenn kembali memandang kota yang terbentang di depannya. Dunia ini keras, kejam, dan penuh pengkhianatan, tapi itu adalah dunia yang ia pilih. Itu adalah dunia yang ia kuasai.
“Marco,” gumam Quenn perlahan, mengingat nama yang telah merusak segalanya. “Kamu tidak tahu siapa yang sedang kamu hadapi.”
Di luar, hujan semakin deras, seolah alam turut mendukung tekadnya. Malam ini, Quenn akan melancarkan serangan balasan, dan dia tidak akan membiarkan siapapun lolos dari hukuman. Segala persiapan telah selesai, dan kini saatnya untuk bertindak. Setiap detik yang berlalu membuatnya semakin yakin—Marco dan mereka yang bersekongkol dengan pengkhianatannya harus menerima balasan yang setimpal.
Di ruang bawah tanah markas, anggota geng Quenn mulai berkumpul. Semua tahu bahwa malam ini akan menjadi malam yang menentukan. Mereka telah menunggu instruksi dari Quenn, dan kini saatnya untuk melaksanakan perintah. Dengan wajah penuh tekad, mereka mempersiapkan senjata, memeriksa perlengkapan, dan merencanakan serangan terakhir yang akan mengubah segalanya.
Rina kembali ke ruang utama dengan ekspresi serius. “Mereka sudah siap. Kami akan memulai sesuai rencana.”
Quenn mengangguk, kemudian mengalihkan pandangannya ke meja besar di depan mereka. Di atas meja itu ada peta kota, dengan titik-titik merah yang menandakan lokasi-lokasi strategis yang perlu diserang. Quenn sudah memikirkan semuanya dengan detail—setiap langkah, setiap kemungkinan, dan setiap risiko.
“Malam ini, kita tidak hanya membalas dendam,” kata Quenn, suaranya rendah namun penuh kekuatan. “Kita akan menghancurkan mereka. Kita akan membuat mereka menyesali keputusan mereka untuk berkhianat.”
Saat itu, satu perasaan muncul dalam hati Quenn—keadilan, yang lebih dari sekadar hukum, lebih dari sekadar balas dendam. Ini adalah tentang membuktikan bahwa tidak ada yang bisa lolos begitu saja. Marco, dan siapa pun yang berusaha mengkhianati Quenn, akan belajar bahwa dunia ini memiliki aturan yang tidak bisa dilanggar begitu saja.
Dengan tegas, Quenn mengambil langkah pertama menuju ruang pertempuran yang telah dipersiapkan, dan serangan malam itu dimulai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments