"Untukmu Haikal Mahendra, lelaki hebat yang tertawa tanpa harus merasa bahagia." - Rumah Tanpa Jendela.
"Gue nggak boleh nyerah sebelum denger kata sayang dari mama papa." - Haikal Mahendra.
Instagram : @wp.definasyafa
@haikal.mhdr
TikTok : @wp.definasyafa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon definasyafa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
⋆˚𝜗 Sate ayam date 𝜚˚⋆
"Sate ayamnya dua ya bang dua-duanya pake lontong, yang satu pake kecap aja jangan saus kacang."
Haikal kembali melangkah dimana seorang gadis yang duduk sambil menatapnya lekat, kedua tangannya Haikal masukkan kedalam saku celana dengan tatapan mata datar.
"Aduh bener-bener Ella nggak salah pilih, kakak baik emang se-ganteng dan se-keren itu." gumam Ella tertahan menatap begitu mahadahsyatnya ketampanan lelaki yang berjalan mendekat ke arahnya saat ini.
Srek
Haikal menarik kursi yang ada di depan Ella, mendudukkan diri di sana kemudian mengeluarkan benda pipih dari dalam saku celananya, mengotak-atik layar ponsel tanpa memperdulikan gadis di depannya yang sedari tadi menatapnya inteks. Bahkan gadis itu dengan terang-terangan menatap ke arahnya, kedua tangan gadis itu di gunakan menopang dagunya dengan kedua bola mata bulat yang menyorot ke arah Haikal, seakan CCTV yang tengah memantau gerak-gerik Haikal saat ini
Haikal melepas jaket yang membalut tubuhnya, meletakkan jaket itu di kursi samping menyisakan kaos oblong hitam miliknya. Hal itu sontak membuat kedua mata Ella semakin berbinar sepertinya baru pertama kali ini dia menatap seorang lelaki dengan seantusias ini. Bagaimana mungkin Ella bisa biasa saja, sementara pujaan hatinya Haikal begitu tampan duduk di depannya.
"Ini mas, mbak pesanannya, silakan dimakan takye."
Pria setengah baya itu meletakkan dua piring sate ayam dan dua gelas air putih, setelahnya dia kembali melangkah meninggalkan meja dimana Haikal dan Ella berada.
Haikal langsung kembali mengantongi ponselnya, sementara Ella gadis itu menunduk menatap piring sate ayam miliknya dan milik Haikal secara bergantian. Ternyata Haikal begitu perhatian padanya, terbukti sekarang sate ayam miliknya tanpa saus kacang pada Ella tadi tidak mengatakan apapun pada lelaki tampan itu. Tapi Haikal ternyata mengingat bahwa dia alergi kacang, jika seperti ini mana mungkin Ella tidak semakin mengejar Haikal secara ugal-ugalan.
Ella mendongak tersenyum lebar meski Haikal saat ini tidak sedang menatapnya, "selamat makan kakak baik."
Haikal menatap Ella sebentar kemudian kepalanya perlahan mengangguk singkat sebelum kembali fokus pada makanan favoritnya.
Ella yang melihat Haikal sudah mulai makan pun dia ikut memakan sate ayam miliknya, ini begitu nikmat meski tanpa saus kacang. Apa karena sekarang dia sedang memakan bersama orang spesial, ya?
Sesekali Haikal mendongakkan kepalanya menatap Ella yang sepertinya sedikit terganggu dengan helaian rambutnya yang tertiup angin dan berhasil mengganggunya makan.
Haikal berdecak pelan, melepas gelang karet hitam miliknya kemudian menyodorkan gelang karet itu ke hadapan Ella. "iket dulu rambut lo."
Ella yang semula makan langsung mendongak dengan mulut yang masih penuh lontong sate suapan ketiga, gadis itu menatap gelang karet dan juga Haikal secara bergantian. Dahinya menyerngit, bingung sebab Haikal yang tiba-tiba menyuruh untuk mengikat rambutnya.
"Iket rambut lo biar nggak ganggu lo makan."
Ella tersenyum tipis dengan kedua pipi yang menggembung akibat lontong dalam mulutnya yang belum dia telan, secepat mungkin Ella kembali mengunyah lontong dalam mulutnya dan segera menelannya. Tangan kanan yang semula menggenggam sendok pun segera dia letakkan, kemudian dia ulurkan untuk mengambil karet gelang dari tangan Haikal.
"Makasih kakak baik."
Ella mulai mencepol rambutnya asal, pandangannya masih tetap fokus menatap Haikal yang sudah kembali sibuk memakan lontong sate nya.
"Stop panggil gue kakak baik." Haikal berucap sambil tetap fokus pada sate ayam di piring miliknya.
Ella mengerjap, kedua tangannya dia letakkan di atas meja dengan badan yang sedikit dia condongkan ke depan agar dapat menatap Haikal sepenuhnya. "terus Ella harus panggil apa? kan kakak emang baik sendiri yang nggak mau ngasih tau namanya, atau jangan-jangan kakak baik mau Ella panggil sayang aja?" Ella terus menatap polos Haikal seakan dia tidak sedang menggoda Haikal saat ini.
Haikal menelan lontong di dalam mulutnya terlebih dahulu sebelum melirik wajah gadis di depannya yang semakin dekat dengan wajahnya, " Haikal."
***
"BANG DI DEPAN ADA GENG GUBLUK, DIA MAU NYERANG KITA." teriak Bimo sambil berlari kecil kearah dimana anggota Peaceable yang lainnnya berada.
Arkan, Sarga, Haikal, Cakra, Rey, Nando dan Eza sontak langsung kompak mendongak dengan tatapan tajam. Haikal berdehem pelan segera mengantongi ponselnya kembali ke dalam saku celananya.
Memang setelah makan sate bersama gadis tidak jelas itu, Haikal segera pergi ke markas Peaceable. Tentu dia juga sempat mengantar gadis itu pulang terlebih dahulu tadi. Haikal selalu berdoa semoga saja tadi adalah terkahir dia bertemu dengan gadis itu, bisa gila lama-lama Haikal jika terus-terusan di hantui oleh gadis berwajah polos tapi menyebalkan seperti Ella.
Haikal menghembuskan nafasnya jengah, "mau apa lagi sih tuh Gubluk, nggak kapok apa babak belur mulu."
Cakra menurunkan kedua kakinya ada di atas meja, melempar IP nya ke atas meja kaca itu begitu saja. "bener-bener nggak tau malu anjir, tiap h-1 balapan mereka selalu nyerang markas kita. Padahal juga ujung-ujungnya kalah, sok-sokan banget."
"Namanya juga Gubluk, nama geng sama otak mereka kan sama, sama-sama Gubluk." Rey mencibir sambil menginjak putung rokoknya hingga padam.
Tanpa banyak bicara, Arkan berdiri dari duduknya di ikuti oleh Sarga kemudian kelima anggota inti lainnya dan disusul dengan seluruh anggota Peaceable yang berjalan di belakang mereka.
"Serang." Arman berucap dingin aura kegelapan menyorot sempurna di kedua matanya seakan dia siap menghabisi siapa saja detik ini juga.
Sarga menatap satu persatu dari banyaknya anggota Peaceable yang ada, "inget jangan ada yang bawa senjata tajam."
Mereka semua mengangguk serentak kemudian Arkan melangkah keluar lebih dulu diikuti oleh keenam anggota ini di belakangnya, begitupun dengan seluruh anggota Peaceable yang ikut berjalan di belakang anggota inti mereka.
Hingga kaki Arkan berhenti tepat di depan ketua Gubluk Geng, geng motor yang selalu menganggu ketenangan Peaceable. Entah apa masalahnya geng motor satu itu selalu saja menganggu anggota geng motornya.
"Wow keluar juga, gue pikir lo takut." Daniel, lelaki dengan tindik di bagian telinga kanannya selaku ketua anggota Gubluk Geng itu menatap remeh Arkan.
Arkan hanya diam, tatapannya masih tetap datar dengan kedua tangan yang mengepal.
Rey hendak menyalangkan cacian untuk geng motor di depannya yang terlihat sangat menyebalkan dimatanya, tapi Sarga lebih dulu menyuruh Rey untuk diam.
Daniel terkekeh pelan, menatap remeh Arkan sebelum menatap Cakra yang sedari tadi menatap ke arah anggotanya tajam.
"Siap-siap rumah sakit keluarga lo bentar lagi bakal penuh sama temen-temen lo sendiri."
Sudut bibir Cakra menyungging, "iyain aja nggak sih kal biar seneng." Cakra menyenggol bahu Haikal pelan.
Haikal mengangguk mantap dengan wajah songong nya, "nggak masalah, itu kan rumah sakit milik sultan nya Peaceable. Kalau Gubluk ada sultan nya nggak, paling juga kalo mau ke rumah sakit harus pake BPJS dulu, iya kan?"
Ucapan Haikal suka membuat anggota Peaceable terkekeh pelan, sementara anggota Gubluk terlihat mengepalkan kedua tangannya menatap nyalang seluruh anggota Peaceable di depannya.
"Br3n9s3k! SERANG!!!" teriak Daniel.
Seketika seluruh anggota geng motor satu sama lain itu berpencar menyerang secara beruntal. Haikal berhadapan dengan musuh bebuyutannya, lelaki dengan rambut kriwul yang selalu membuat Haikal ingin menjambak rambut itu hingga lepas dari kepalanya.
"Untung gue tadi udah makan dulu." gumam Haikal sebelum menyerang lelaki rambut kriwul itu membabi-buta.