Sosok mayat perempuan ditemukan di sebelah kandang kambing.
Saksi mata pertama yang melihatnya pergi menemui kepala desa untuk memberitahukannya.
Kepala desa melaporkan kejadian menghebohkan ini ke kantor polisi.
Serangkaian penyelidikan dilakukan oleh petugas untuk mengetahui identitas mayat perempuan dan siapa pelaku yang membunuhnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Geger
Pak Sarto bersama Rendy sampai di TKP. Tanpa diduga di sawah sekarang sudah ada lebih banyak orang.
Mereka datang ke kandang kambing untuk melihat penemuan mayat perempuan tersebut. Kabar ini begitu cepat tersebar.
Meski hujan masih deras warga rela hujan-hujanan untuk datang.
“Minggir”,
“Minggir”,
“Pak lurah datang”, seru warga.
Pak Sarto pun perlu melihat dengan mata kepalanya sendiri penyebab kehebohan yang membuat warga desanya menjadi geger.
Apa yang disampaikan oleh Rendy benar adanya.
Di samping kandang kambing.
Sepasang sepatu wanita berwarna merah maroon yang tampak masih baru. Ukuran 37.
Sosok perempuan yang tergeletak begitu saja di tanah. Mengenakan gaun berwarna kuning dengan motif kupu-kupu berwarna hitam. Mengenakan jaket berwarna cokelat yang tidak dikancingkan dan celana jeans berwarna biru.
Sosok perempuan itu terlihat sangat pucat. Wajahnya miring ke kanan. Matanya sudah tertutup.
Rambut hitam nya yang sebahu. Kulit tubuhnya yang putih, dan pakaiannya, masih dalam keadaan kering.
Sama sekali tidak memakai perhiasan dan tidak ada barang bawaan lainnnya.
“Kalian semua jangan sentuh apa pun!”, perintah Pak Sarto selaku kepala desa.
Pak Sarto meminta kepada perangkat desa yang juga sudah berada di lokasi untuk mengamankan TKP dan juga jenazah perempuan tersebut.
“Jangan ada yang menyentuh mayat perempuan ini sampai polisi datang!”, Pak Sarto berbicara tegas kepada warga.
Selain itu ia juga menyuruh perangkat desa untuk membuat jarak dengan jasad perempuan itu. Siapa tahu di sekitaran tubuh yang telah mati itu ada bukti- bukti.
Pak Sarto juga menyuruh salah seorang warga untuk mengambil kain guna menutupi jenazah perempuan cantik tersebut.
“Rendy, kamu sekalian antar aku ke kantor kecamatan ya?”, pinta Pak Sarto.
“Sekolah saya bagaimana pak lurah?”, tanya Rendy yang sudah terlambat masuk sekolah di hari senin ini.
“Tenang saja, ini keadaaan darurat”,
“Biar aku yang bilang ke pihak sekolah”,
“Kamu bakalan dapat nilai tambah”, bujuk Pak Sarto.
“Kalau begitu siap pak lurah”, Rendy bersedia.
Pak Sarto pergi ke kantor kecamatan diantar oleh Rendy saat itu juga. Ia sudah memastikan kebenaran penemuan mayat di desanya. Ia juga sudah meminta para warga untuk mengamankan mayat tersebut.
Di waktu pagi yang masih deras itu kepala desa Janjiwan pergi ke kantor kecamatan Tepati untuk membuat laporan.
Dari desa ke kantor kecamatan naik sepeda motor hanya berjarak sepuluh menit.
Rendy dan Pak Sarto tiba di sana dengan kondisi basah kuyup. Jas hujan yang mereka kenakan sudah tidak terlalu berarti lagi.
Tubuh mereka menahan dingin karena serangan hujan deras menembus lapisan pakaian-pakaian mereka sampai menampar kulit tubuh.
Pada masa itu di wilayah tersebut hanya kantor kecamatan yang mempunyai telpon.
Sesampainya di kantor kecamatan yang masih sepi dengan hanya beberapa orang saja yang baru berangkat, Pak Sarto izin untuk menggunakan telpon.
Pak Sarto menelpon Polres Tanah Tandus untuk melaporkan penemuan mayat seorang wanita yang ditemukan oleh salah seorang warga desanya.
Waktu itu belum ada polsek di kecamatan Tepati, langsung lah Pak Sarto menghubungi kantor Polres kabupaten.
“Ada perlu apa dek?”, tanya seorang pegawai kecamatan yang melihat Rendy sedang menunggu Pak Sarto di tempat parkir.
“Saya mengantarkan pak lurah pak”, jawab Rendy menggigil.
“Kamu dari desa mana?”, tanya seorang asn yang baru saja tiba itu.
“Saya dari desa Janjiwan”, ucap Rendy.
“Ada perlu apa Pak Sarto pagi-pagi minta kamu mengantarkannya kemari?”,
“Hujan deras lagi”, tanyanya.
“Ada mayat pak”, jawab Rendy.
“Mayat?”, orang itu sontak kaget.
“Siapa yang meninggal?”, tanya orang itu penasaran.
“Kami tidak kenal pak”, jawab Rendy.
*
Pak Sarto berkali-kali menelpon.
Coba lagi dan coba lagi.
Tapi belum juga diangkat-angkat.
“Duh, ini pak polisinya pada kemana?”,
“Mau laporan kok susah”,
“Nanti kalau tidak cepat-cepat dibilang tidak sigap sebagai perangkat”, gerutu Pak Sarto.
Akhirnya setelah panggilan yang untuk kesekian kalinya. Telponnya dijawab.
“Selamat pagi, dengan Polres Tanah Tandus, ada yang bisa kami bantu?”,
“Selamat pagi pak”,
“Dengan saya Sarto kepala desa Janjiwan, kecamatan Tepati”,
“Izin lapor pak”,
“Pagi ini kurang lebih pukul setengah tujuh di dusun Untai ditemukan mayat perempuan muda dan cantik”,
“Lokasinya di samping kandang kambing milik warga”,
“Warga yang menemukan adalah anak dari pemilik kandang kambing”,
“Laporan selesai pak”, terang Pak Sarto.
Dari zaman dahulu sudah ada yang namanya kabar burung.
Kabar ditemukannya sosok mayat perempuan di desa Janjiwan pun cepat menyebar dari mulut ke mulut yang membuat semua orang dari berbagai macam kalangan dan usia menjadi tahu.
Kabupaten Tanah Tandus pun heboh.