NovelToon NovelToon
Jerat Cinta Sang Mafia

Jerat Cinta Sang Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Mafia / Roman-Angst Mafia
Popularitas:7.8k
Nilai: 5
Nama Author: mommy Eng

Reiner merupakan ketua Mafia/Gengster yang sangat di takuti. Ia tak hanya di kenal tak memiliki hati, ia juga tak bisa menerima kata 'tidak'. Apapun yang di inginkan olehnya, selalu ia dapatkan.

Hingga, ia bertemu dengan Rachel dan mendadak sangat tertarik dengan perempuan itu. Rachel yang di paksa berada di lingkaran hidup Reiner berniat kabur dari jeratan pria itu.

Apakah Rachel berhasil? Atau jerat itu justru membelenggunya tanpa jalan keluar?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Eng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31. Agar adil

Leon yang melihat Marlon berjalan dengan wajah keruh sampai mau menyemburkan kopi yang baru ia seruput.

"Kenapa dia?" gumam Leon dengan rasa ingin tahu yang kuat.

Namun baru saja hendak menyusul, muncul seorang perempuan yang terlihat berjalan terburu-buru mengejar Marlon. Membuat Leon terlolong dan tak jadi menyusul.

Di luar,

Gina melihat Marlon sudah berdiri sembari mengantongi kedua tangannya. Ia yang masih agak takut terlihat ragu-ragu untuk mendekat. Tapi perlahan-lahan ia akhirnya sampai juga di balik punggung Marlon.

"Terimakasih!" ucap Gina kepada pria yang menghadap ke arah Timur itu.

Marlon yang tak tau kalau Gina sudah berada di sana kini membalikkan badannya. "Terimakasih untuk apa?"

Gina menelan ludah. Baru kali ini ia berbicara wajar dengan jarak sedekat ini kepada Marlon. "Terimakasih karena sudah menolong ku barusan!"

Marlon terkekeh. Gina terpaku menatap seraut tampan yang menunjukkan deretan giginya yang bersih dan rapi. Namun tawanya kemudian beralih menjadi senyuman sumbang sebab belum pernah ada yang mengucapkan terimakasih kasih selama ini kepadanya. Tentu saja, ia adalah tangan kanan seorang mafia. Daripada ucapan terimakasih, ia pasti lebih sering mendapatkan sumpah serapah.

"Bagaimana luka mu?" Marlon lebih memilih menanyakan hal lain. Ia memandang ke arah kaki Gina.

Gina pun reflek melihat ke arah kakinya. "Sudah lebih baik. Kau bisa lihat kan, aku sudah bisa kerja!"

"Emmm!" Marlon mengangguk.

Keadaan seketika menjadi canggung. Pria itu hanya menjawab dengan gumaman saja.

"Terimakasih sudah menolong anak buah ku waktu itu!" kata Marlon sejurus kemudian. Balik mengucapkan terimakasih.

Membuat Gina seketika teringat akan serangan yang tiba-tiba itu.

"Apakah sekarang kita impas?" kata Gina dengan kesunyian yang tiba-tiba menyeruak.

Marlon menatap wajah Gina yang tumben tidak meledak-ledak saat berbicara. Pria itu lalu mengangguk. "Aku sudah selesai. Aku hanya ingin mengucapkan terimakasih secara langsung sekaligus meminta maaf karena tidak bisa mengantar motormu secara langsung!"

Saat mereka berbicara dalam keseriusan, di belakang sana ada Leon yang mencibir karena tumben Marlon berbicara dengan sangat wajar. Apakah kepala rekannya itu baru saja terbentur sesuatu?

Dan sejurus kemudian, Marlon menciduk Leon yang bersembunyi di balik pintu. "Woy, kenapa masih di situ? Ayo pergi!"

Leon mengumpat sebab Marlon malah meneriakinya dengan ucapan seperti itu. Ia sangat malu sekarang karena banyak orang menatapnya dengan tatapan aneh. Dia kan di sana karena menunggu, kenapa seolah-olah Marlon yang menunggunya? Dasar sial.

Leon pun akhirnya keluar. Ia lalu tersenyum canggung kepada Gina. Gina pun membalas dengan kikuk. Tak menduga bila Marlon kesana ternyata dengan seorang teman.

Marlon pun akhirnya pergi, Leon pun sama. Namun tiba-tiba Gina berkata, "Eh tunggu dulu!"

Marlon yang mendengar Gina kembali bersuara seketika membalikkan badannya. Ia diam melihat Gina yang berjalan sembari mengambil sesuatu dari dalam saku celana jeans-nya.

"Aku tidak memerlukan ini. Lagipula, kau juga sudah membayar biaya rumah sakit. Aku kembalikan ini padamu."

Marlon tertegun saat tangannya di tarik lalu Gina menyelipkan sebuah cek yang tempo hari ia berikan. Gina langsung pergi dan meninggalkan Marlon yang mematung di sana.

Membuat Leon langsung menatap dua manusia itu secara bergantian. Apa itu?

***

Di mansion.

Rachel merasa senang karena hari ini ayahnya sudah mulai latihan berjalan. Ia tak kuasa untuk tak menitikkan air matanya kala melihat raut bahagia sang ayah yang mampu menempuh jarak yang sudah di siapkan oleh dokter.

"Ayah, ayah sudah bisa jalan!" girang Rachel menyambut sang ayah.

Ayah Rachel langsung memeluk putrinya! Ia pun merasakan hal yang sama.

"Jika sudah berjalan normal, aku akan berterimakasih kepada tuan Reiner secara langsung. Aku akan bekerja padanya!"

Mendengar antusiasme yang di tunjukkan sang ayah, Rachel tiba-tiba terdiam. Semua hal yang terjadi sungguh membuatnya bingung. Di satu sisi, walaupun dingin, Reiner memiliki tingkat kebaikan yang luar biasa terhadap ayahnya, tapi di sisi lain, ia merasa pria itu hanya mempermainkannya.

Ia sangat bingung dengan keadaanya sendiri. Apalagi, intervensi dari nenek Reiner serta kejadian tempo hari membuat hatinya kian resah.

Di lain pihak, Reiner yang frustasi terlihat merenung sendirian di ruangannya. Ia kemudian menarik sebuah laci. Di sana ada sebuah foto yang bagian atasnya sengaja di robek secara asimetris.

Foto itu terlihat berisikan dua empat orang, namun kedua wajah orang dewasa di dalamnya sengaja Reiner robek. Di sana ada foto masa kecilnya bersama sang adik yang sudah tewas mengenaskan.

Reiner merasakan kesunyian yang teramat dalam. Selama ini ia sangat ingin Bryan di penjara, namun bukti-bukti untuk menyeret pria itu belum lah cukup.

Ia memejamkan matanya. Meresapi sebuah pemikiran. Ia akan mengatur sebuah strategi untuk membuat usaha Bryan tutup dan memiskinkan pria itu bagaimana pun caranya.

Beberapa waktu kemudian, Rachel terlihat sedang mengelap beberapa perabotan di kamar Reiner sewaktu pria itu masuk.

Rachel yang masih kesal lebih tepatnya cemburu dengan kejadian kemarin terlihat acuh. Reiner yang melihat Rachel tak menyambutnya seketika berpikir.

"Ada yang ingin kau sampaikan?" ucap Reiner.

Rachel terkejut, dari mana pria itu tahu kalau dia sebenarnya sedang menyimpan unek-unek? Apakah kediamannya terlalu kentara? Baiklah, mari kita selesaikan Reiner.

"Aku mau bertanya!" kata Rachel yang akhirnya ingin mengeluarkan ganjalan di hatinya.

"Katakan!"

"Ayah ku sudah hampir pulih. Apa yang mau anda lakukan setelahnya?"

Reiner mendekat tepat di hadapan Rachel, lalu kemudian menjawab. "Tanya ayah mu sendiri, kenapa harus tanya kepada ku. Yang penting kau harus tetap melayaniku di sini, sebagai balasan semua yang ku lakukan!"

Rachel tak puas dengan jawaban Reiner yang dinilai ambigu. Ia lalu kemudian kembali berkata. "Tuan, saya ingin berbicara serius!"

Reiner terdiam melihat keseriusan yang cukup berani. Sepertinya ada yang tidak beres.

"Nenek anda menuduh saya menggoda anda. Padahal kenyataannya anda lah yang memaksa saya berada di sini. Kedua, anda memiliki kekasih, kepada harus membuat saya seperti ini. Bagi saya, anda adalah pria kejam, jelas. Tapi anda tetaplah manusia bukan? Jadi jangan membuat saya seperti tidak memiliki nilai!" Rachel sampai ngos-ngosan ketika mengucapkan semua ganjalan di hatinya.

Ada dua poin penting yang bisa di tangkap oleh Reiner. Pertama, ia sangat shock karena neneknya rupanya mengintervensi Rachel. Kedua, dari raut wajah yang tampak kesal, ia bisa menyimpulkannya bila Rachel mungkin saja melihat dia di cium oleh Xena.

Reiner menarik seringai. "Kau melihat ku di cium Xena?"

"Lebih tepatnya melihat anda berciuman!" sela Rachel dengan wajah menahan gejolak tak menyenangkan di hati. Matanya bahkan tiba-tiba memanas.

Reiner semakin tersenyum mendapat Rachel yang terlihat cemburu. Dia suka.

"Kau cemburu?"

Rachel langsung gelagapan. Tak mengira jika Reiner malah fokus pada ekspresi wajahnya. Apakah itu terlalu kentara? Tanpa diduga, Reiner langsung menarik pinggang Rachel.

"Kalau begitu aku juga akan memberimu juga agar kau tak iri!"

"He...?"

Namun Reiner keburu melahap bibir Rachel hingga membuatnya tak sempat melanjutkan ucapannya. Bukan itu yang dia inginkan. Rachel sampai terengah-engah karena kesulitan bernapas. Reiner tersenyum lalu mengusap bibir Rachel yang terlihat mengerucut.

"Aku senang jika sikap mu seperti ini. Itu artinya, kau menyukai kan?" Reiner menarik sebelah alisnya sembari menyeringai.

Rachel seketika mendongak. Kenapa malah jadi seperti ini? Ia diam dengan pikiran yang riuh. Apakah yang di katakan Reiner ini benar?

1
Yumna
Mom gantunggg… 😭
Yumna
Dasar xena ganjennnnn 🤬🤬
Yumna
Rachel🥹🥹🥹
Yumna
🥹🥹🥹
merry jen
kbur hell bw ppmuu dan wuln ,,kau tau kan nenkk lmpirr itu gk suka SM kmuu ,,dam semlhaa aghata ketauan perbuatan yy
Yumna
Apakah rachel bakalan kabur??
Yumna
Ruwet dah ini.. 🥹
Yumna
Yg sabar yah dillan… smga nnt ada jodoh yg terbaik buat kamu
Yumna
Ngga kebayang gmn modelnya rainer pake baju kyk gitu🤭
Yumna
Ntar klo udah akur , kencannya pake baju couple itu ya kalian🤭🤣
Yumna
Tespek aja hel
Yumna
Si rachel ngga suka bau2 daging tuan mafia.. lagi ngidam orokmu 😏 peka dikit donkk
Yumna
Kencan model apa itu mafiaaa ??🤭🤣
Yumna
Dicipok Biar hilang bekasnya si cewek gatel itu
Yumna
Busettt nih mafia…🤭🤣
Yumna
Yg adem2 aja dlu deh.. gina & marlon
Slnya si rainer lg mumet sm nenek sihir
Yumna
Cieeee marlonnnn😁😁😁
Mommy Eng
habis ini ya, habis posyandu 🤪
Yumna
Mom aku tungguin nih🤭
Yumna
Ngidam yg asem2 trnyata🤭.. sok atuh suruh rainer yg beliin kmu makanan hel.. sekalian kerjain tuh mafia gendeng…
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!