Tiba-tiba beralih ke tubuh seorang gadis tentu saja membuat Almira kaget. Yang Almira ingat adalah saat dirinya berperang dengan musuh Kakaknya dan dirinya tertembak beberapa kali, tentu saja tak mungkin hidup Almira pasti sudah mati.
Tapi kenyataannya Almira masih hidup, tapi bukan dalam tubuhnya. Wajahnya pun sangat berbeda ini sangat muda sedangkan Almira sudah 28 tahun.
Siapakah sebenarnya pemilik tubuh ini ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ririn dewi88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sedang apa
Cctv sudah dicek tapi tak ada tanda-tanda Vania masuk gudang dengan siapa. Apalagi beberapa hari yang lalu cctv tiba-tiba mati kemungkinan hari itu lah kejadiannya. Para polisi sudah menyelidiki kasus ini bahkan tadi siswa-siswi ada yang diperiksa termasuk Laura.
Karena beberapa temannya mengatakan sebelumnya Vania punya masalah dengan Laura. Laura sendiri hanya diam tenang. Disampingnya juga ada salah satu polisi yang akan menanyainya bersama kepala sekolah. Lala juga masih ada disini terisak menangisi kepergian sahabatnya.
"Kenapa kamu sering bertengkar dengan Vania" tanya kepala sekolahnya.
"Dia yang selalu mulai, tiba-tiba aku didatangi dan menuduhku mencuri. Vania juga pernah menyerang ku dengan pisau. Coba Bapak tanyakan saja pada Lala dia tahu semua rencana Vania"
Sekarang semua tatapan tertuju pada Lala, wajah Lala sudah sangat panik sekali "Iya memang Vania pernah menyerang Laura, karena Vania tidak suka dengan Laura. Vania ingin menyingkirkan Laura Pak. Atau mungkin kamu Laura yang sudah menghabisi Vania ya" Lala langsung saja menuduh.
Laura menggelengkan kepalanya, masih tenang dengan tuduhan yang dilontarkan oleh Lala "Aku tidak mungkin sejahat itu. Untuk apa aku membunuhnya tak ada untungnya. Saat kejadian cctv rusak juga aku sedang ada diruangan Bu Sania "
"Baiklah panggilkan Bu Sania " titah kepala sekolah pada seorang staf yang ada di sana juga.
Tidak lama kemudian Bu Sania datang dan tersenyum ramah. Lalu dipersilahkan duduk.
"Apakah benar saat cctv sedang rusak Laura ada diruangan Ibu"
Bu Sania tentu saja langsung mengiyakan, karena memang kebenarannya seperti itu. Tak ada yang di tutup-tutupi oleh Bu Sania.
"Apakah Laura sempat minta izin keluar atau kemana Bu dengan jarak waktu yang lama"
"Tidak, kami juga mengobrol cukup lama. Tak ada sedikitpun kecurigaan dari gelagat Laura saat itu. Bahkan saat saya memangil Laura masih belajar. Jadi tak mungkin kalau Laura melakukannya Pak. Saya jamin itu"
"Sepertinya pembunuhnya orang luar Pak tak mungkin siswa-siswi kamu. Saya sebagai kepala sekolah yakin kalau disekolah kami tak mungkin ada seorang pembunuh"
"Baik Pak, kami akan menyelidiki lebih dalam lagi kasus ini"
Pak polisi lalu mengamati gerak gerik Laura dan juga Lala. Mungkin ada salah satu diantara mereka yang menjadi tersangka atau mungkin tak ada sama sekali.
Laura sendiri senang saat Bu Sania tidak mengungkit tentang dirinya yang izin ke kamar kecil. Mungkin lupa, tapi ini adalah sebuah peluang untuk makin mengelak dari kesalahan ini.
...----------------...
Anya yang baru saja pulang sekolah sudah di giring oleh Mamanya untuk membantu Ayahnya. Padahal Anya pulang cepat ingin istirahat, tapi malah disuruh membantu Ayahnya.
Apalagi Anya masih takut dengan Ayahnya. Takut nanti ada kesalahan marah-marah lagi. Rasanya ingin menghilang saja dari dunia ini.
"Ayo yang cepat Anya jalannya jangan lelet seperti ini" Mawar menarik tangan Anya dengan paksa.
"Ma tapi aku lelah, aku mau istirahat biarkan aku tidur sejenak" rengek Anya.
"Tidak bisa, kamu harus segera bantu Ayah "
Saat sudah ada ditempat Ayahnya bekerja, Anya mau tidak mau segera membantu Ayahnya yang sedang sibuk melayani beberapa pelanggan. Anya begitu kaku saat membantu. Binggung harus yang mana dulu di kerjakan.
Mamanya juga sudah pulang meninggalkan dirinya sendirian disini. Mamanya benar-benar tega sekali padannya.
"Mba tolong cepetan dong, malah bengong"
Tatapan Damian langsung terarah pada Anya, mendekat sedikit dan mencubit tangannya lalu berbisik pada Anya " Yang becus, aku tak mau ada kesalahan "
Anya mundur perlahan dan menganggukkan kepalanya. Mengusap tangannya yang sakit. Anya memasukan bahan-bahan dengan asal lalu memberikan pada orang yang memesannya.
Baru beberapa menit sudah terjadi keributan, orang yang tadi membanting makanannya "Apa-apaan ini makanannya tak enak, hambar dan belum matang niat jualan ga sih "
Damian segera menenangkan membeli itu "Biar saya buatkan lagi ya, tunggu sebentar"
"Sudah, saya tidak mau. Sudah tak berselera rasanya" orang itu dengan langkah lebar langsung pergi.
Anya hanya bisa menundukkan kepalanya. Pasti akan terkena marah Ayahnya lagi. Benar saja kan setelah tak ada pelanggan satu pun Ayahnya menarik tangannya lalu melepaskannya dengan kasar.
"Sekali lagi kamu membuat kesalahan akan aku usir kamu dari rumah Anya"
"Tolong Ayah jangan, mau tinggal dimana aku. Aku janji akan membantu Ayah dengan benar tapi ajari aku dulu "
Damian mendorong Anya cukup kuat sampai Anya jatuh dan tangannya berdarah "Cepat akan aku ajari, kalau sampai ada pembeli yang seperti tadi lagi kamu akan tahu akibatnya. Aku tak akan segan-segan untuk melukai kamu. Cepat bangun"
Anya tanpa memperdulikan rasa sakitnya segera bangkit dan melihat bagaimana Ayahnya mencampurkan bahan-bahan dan memasaknya.
Semoga saja dengan sekali lihat Anya bisa mengerti dan memasak dengan enak. Ini bukan keahliannya tapi malah dipaksa untuk melakukan ini. Rasanya berat sekali.
...----------------...
Andi yang sudah ada dirumah segera masuk kedalam kamar Laura. Orangnya belum pulang Andi benar-benar curiga dengan gelagat Laura. Saat tadi dia keluar dari ruangan kepala sekolah Andi melihat senyum puas yang Laura tampilkan.
Andi yakin Laura terlibat dalam kasus itu, Andi harus cari tahu sebenernya siapa orang yang ada dirumah ini. Jangan sampai keluarganya terancam nantinya.
Andi membuka satu persatu laci lemari Laura, membuka nya dengan rapi jangan sampai ada yang berantakan. Bisa-bisa nanti malah curiga orangnya.
Ada satu laci yang di kunci pasti disini semua rahasia yang disimpan oleh Laura. Dengan cepat Andi mencari kunci itu di setiap sisi lemari, bahkan tempat tidur sampai di angkat oleh Andi saking ingin cepat menemukan apa yang dia mau.
Tapi ternyata nihil tak ada kunci itu "Kemana aku harus mencarinya, apa Laura membawanya"
Andi kembali membuka lemari dan mengecek di pakaian Laura ada satu kunci, saat dicoba untuk membuka laci itu ternyata bukan ini kuncinya. Kembali Andi mencarinya sesekali juga Andi melihat kebelakang takut Laura tiba-tiba muncul.
"Sedang apa kamu di kamarku "
Andi membalikan tubuhnya dan mendapati Laura sudah berdiri menatapnya dengan tatapan yang begitu tajam dan permusuhan. Tatapan itu benar-benar membuat Andi yakin ini bukan Laura Kakaknya.
Kenapa bisa tak terdengar suara pintu dibuka sama sekali. Kapan Laura masuk, Andi benar-benar tak mendengar suara langkah kaki. Apa mungkin dari tadi Laura sudah ada disini mengawasinya.
"Aku bertanya padamu Andi sedang apa kamu didalam kamar ku. Apa yang kamu cari "
Laura berjalan dengan perlahan mendekati Andi. Andi yang terpojok hanya bisa diam menunggu apa yang akan Laura lakukan.