Naya seorang wanita yang ceria seketika berubah hidupnya setelah mengalami kecelakaan kerja. Tak hanya mengalami kelumpuhan, satu persatu nasib malang mulai hadir di hidup Naya. Meskipun atasan tempat Naya bekerja bertangung jawab atas Nanya namun itu tidak mampu membuat hidup Naya lebih baik.
Lalu bagai manakah Naya menjalani hidup dengan nasibnya yang malang itu ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadis Scorpio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menikah
Setelah berhasil meyakinkan papanya, Damar kembali ke rumah sakit. Seperti yang Awan perintahkan,
"Jangan memaksa jika Naya tidak mau." pesan Awan.
Damar masuk dengan perlahan karena kata perawat yang menjaga Naya, wanita itu baru saja tertidur. Perawat juga melaporkan jika tadi Candra datang dan itu membuat Naya histeris.
Setelah hampir setengah jam Damar menunggu akhirnya Naya terjaga.
"Pak Damar." lirih Naya ketika melihat atasannya itu.
Air mata Naya kembali mengalir tanpa bisa ia cegah. Sejak mengetahui kakinya lumpuh, Naya terus menangis. Apa lagi ditambah dengan kematian sang ayah.
"Urusan pemakaman ayah mu sudah selesai. Sesuai dengan permintaannya, aku ingin kita menikah agar aku bisa menjaga mu sesuai dengan amanahnya." kata Damar.
Seperti biasa Damar selalu bicara datar dan tanpa basa basi.
Naya yang biasa selalu menuruti perintah Damar kali ini menggeleng. Menolak ajakan menikah dari atasannya itu. Kata-kata kesat dan hinaan dari Bu Indah masih melekat di ingatan Naya. Wanita yang selama ini selalu mengatakan menganggap ia sebagai anak sendiri saja tidak ingin menerima keadaannya yang lumpuh dan hanya bisa menyusahkan suami.
"Mengapa ?" tanya Damar alasan Naya menolaknya.
"Aku lumpuh dan tidak berguna. Aku hanya akan menyusahkan semua orang." jawab Naya sedih.
Lagi pula setahu Naya, Damar sudah memiliki teman wanita yang sangat cantik. Tidak mungkin dia akan menjadi orang ke tiga yang merebut Damar dengan alsan menjalankan amanah dari sang ayah.
"Jika kita menikah, aku bisa bertanggung jawab penuh atas mu. Aku akan mengusahakan pengobatan mu agar kau bisa berjalan lagi." kata Damar meyakinkan.
"Tapi bagai mana dengan kekasih bapak ?" tanya Naya lagi.
"Kita hanya akan menikah agar aku bisa menjaga mu. Jangan terlalu banyak berpikir." jawab Damar.
"Jadi kau mau menikah dengan ku ?" tanya Damar lagi.
Naya tak langsung menjawab. Ia berpikir sejenak sebelum menyetujui permintaan Damar. Saat ini dia juga tidak punya siapa-siapa yang akan mengurusnya. Ia juga tidak punya cukup uang untuk berobat sampai ia bisa berjalan. Lagi pula Damar sudah menetapkan batasan jika mereka hanya menikah dan tidak perlu melibatkan perasaan. Perlahan Naya menganguk, akhirnya setuju menikah dengan Damar.
Damar kemudian keluar untuk menelpon kedua orang tuanya dan juga menelpon Boby untuk mengurus pernikahannya.
Pukul tiga sore semua persiapan sudah selesai. Bahkan Naya juga sudah memakai kebaya putih dengan di bantu oleh perawat dan juga di rias layaknya pengantin. Hanya tinggal menunggu Damar dan orang yang akan menikahkan mereka datang.
Naya menghela napas karena sempat berpikir jika mereka akan menikah setelah ia keluar dari rumah sakit. Ternyata tidak. Mereka menikah hari ini juga. Tapi Naya tidak merasa heran karena sudah tahu sifat Damar. Atasannya itu tidak suka bertele-tele. Apa yang ia perintahkan harus segera di lakukan. Damar tidak suka buang-buang waktu.
Beberapa menit kemudian Naya terkesiap ketika melihat Damar datang bersama dengan ke dua orang tuanya, Boby dan juga tiga orang lainnya yang tidak Naya kenal. Tiba-tiba saja Naya jadi gugup, padahal tadi dia biasa saja, seperti menerima perintah pekerjaan saat menyetujui menikah dengan Damar.
"Selamat ya, Naya." Maudy memeluk Naya setelah memeluk Damar.
Naya sampai tidak bisa berkata-kata karena terkejut ternyata Ibu Maudy bisa menerimanya sebagai menantu. Tidak seperti Bu Indah yang tidak bisa menerima kekurangannya.
Setelah pernikahan dadakan itu selesai, Damar langsung memindahkan Naya ke ruang rawat VIP lantai tujuh. Ruang VIP khusus untuk ahli keluarga Mark sebagai pemilik Rumah Sakit Medika Sejahtera. Tentu saja Naya tidak tahu jika rumah sakit ini milik keluarga Damar.
Kedua orang tua Damar juga ikut mengantar Naya ke kamarnya yang baru. Menjelang malam Awan dan Maudy baru pulang, menyisakan Damar dan Naya berdua di kamar rawat yang lebih mirip kamar hotel. Suasana tiba-tiba menjadi canggung karena status mereka sekarang bukan lagi bos dan karyawan tapi suami istri.
Sementara itu di lantai bawah, Candra datang lagi untuk menemui Naya. Sepertinya Candra tidak putus asa untuk terus membujuk Naya. Pria itu terkejut ketika melihat kamar rawat Naya kini kosong.
"Suster di mana Naya ?" tanya Candra pada perawat yang berjaga di sana.