Apa jadi nya, jika hidup mu yang datar dan membosankan tiba-tiba berubah berwarna. Semua itu, karena kehadiran orang baru.
Alin yang sudah lama di tinggal Mama nya sedari kecil, menjadi anak yang murung dan pendiam. Hingga tiba suatu hari, sang Papa membawa Ibu Tiri untuk nya.
Bagaimana kah sikap Ibu Tiri, yang selalu di anggap kejam oleh orang-orang?
Akan kah Alin setuju memiliki Mama baru?
Jawaban nya ada di novel ini.
Selamat membaca... 😊😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uul Dheaven, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Setelah Aslan tertidur kembali, Aisyah pun bersiap untuk membangunkan Alin. Tapi ternyata, Alin sudah berada di depan pintu kamar mereka.
"Bunda, mana Papa?"
"Papa sedang nggak enak badan, sayang. Alin perlu sama Papa?"
"Hmm,,, apa terjadi sesuatu dengan gudang milik Papa?"
"Dari mana Alin tahu?"
Alin pun menyerahkan ponsel nya pada Aisyah. Ternyata nomor tidak di kenal mengirimkan video saat gudang milik Aslan di bakar.
Si pengirim video juga menyertakan pesan di dalam nya.
"Alin, ini lah balasan kalau kau bermain-main dengan keluarga ku."
Begitu lah pesan yang tertera di sana. Alin sangat yakin jika Papa nya sedang dalam masalah besar saat ini.
Aisyah menggendong Alin dan membawa nya ke dapur. Ia buatkan segelas susu hangat. Aisyah tidak berbicara. Alin pun begitu. Ia minum susu hangat yang di buatkan oleh Aisyah.
"Bunda,,"
"Jangan dulu ya Alin. Bunda masih mikir."
"Bukan itu."
"Jadi, kamu mau bicara apa?"
"Susu nya terlalu manis."
"Manis? Cuma sepuluh sendok kok."
Alin pun tersenyum kecil. Ia peluk Bunda nya. Ia tahu, perasaan Bunda nya sedang tidak baik-baik saja karena Papa nya pun begitu.
Tanpa diketahui oleh Alin. Jika Aisyah sebenarnya memang tidak pernah membuat susu. Selama ini, Aslan yang membuat susu untuk Alin.
Dan jika Alin sempat, ia malah membuat susu nya sendiri. Aisyah jadi malu, hal sepele seperti itu pun, ia tidak bisa.
"Bunda, kok Bunda sanggup gendong Alin dari atas sampe bawah? Padahal Bunda, Hmm maaf gendut. Biasa nya orang seperti itu, akan kesulitan berjalan."
"Bunda kan lain dari yang lain. Sebentar, ya. Bunda keluar dulu. Ambil sarapan kita."
Aisyah pun keluar dan seperti biasa, ia mengambil sarapan mereka. Aslan sudah mengizinkan Aisyah untuk tidak perlu memasak.
Hal itu membuat Aisyah tidak perlu lagi berpura-pura di depan anak dan suami nya.
"Alin, soal pesan yang ada di ponsel mu, boleh Bunda minta nomor nya?"
"Boleh Bunda. Tapi, untuk apa?"
"Bunda akan cari tahu. Dan juga, kamu nggak perlu khawatir. Selama ada Bunda, Papa dan Alin akan baik-baik saja."
"Alin percaya kok. Alin percaya Bunda. Tidak ada hal yang tidak bisa Bunda kerjakan."
"Kalau gitu, cepat siap-siap dan pakai baju. Kita berangkat sekolah."
Aslan belum juga bangun dari tidur nya. Aisyah sampai khawatir. Apa yang sebenarnya terjadi pada Aslan. Mengapa ia bisa sampai amnesia.
Aisyah berpesan pada satpam yang ada di rumah nya, agar ketika Aslan bangun. Untuk menghubungi nya.
Tidak lupa Aisyah mengunci seluruh pintu agar Aslan tidak kabur. Ia juga sempat menempatkan kamera tersembunyi di kamar itu. Jadi, semua nya aman dan terkendali.
Bukan hanya di kamar, di sekeliling rumah itu, telah di pasang anti bahaya. Yang jika ada orang asing masuk, maka Aisyah akan langsung tahu dan mengenali nya.
Saat mereka akan keluar, tiba-tiba saja mobil mereka di hentikan oleh banyak nya wartawan yang ada di sana.
Apa-apa an ini. Padahal Aslan tidak seterkenal itu, tapi mengapa berita tentang nya langsung mendadak heboh.
"Pak, masuk lagi ke dalam. Kita tidak mungkin menabrak mereka."
"Baik, Bu. Non Alin bagaimana?"
"Serahkan saja pada ku."
Mobil pun kembali mundur dan masuk. Pak Satpam gerak cepat untuk menutup pintu pagar dan tidak mengizinkan para wartawan masuk ke halaman rumah mereka.
Pagi-pagi sudah di buat kesal seperti ini. Aisyah rasa nya tidak sabar mau menghajar mereka yang ada di balik semua ini.
Hanya saja, masih ada Alin yang perlu ia antarkan ke sekolah.
"Alin, ikut Bunda ke halaman belakang."
Alin nurut dan tidak mengatakan apapun. Sesampainya di halaman belakang, mereka keluar lewat semak yang sengaja di buat oleh Aisyah.
Semak itu, terlihat biasa saja. Hanya Aisyah yang bisa menjadikan semak-semak berduri menjadi pintu rahasia.
" Bunda, ini sepeda motor?"
"Iya. Kita pinjam punya Papa. Tapi, jangan bilang-bilang ya. Papa nggak boleh Bunda naik."
"Aman."
"Alin berani kan sayang?"
"Berani dong. Malah Alin dari dulu pengen naik. Tapi, Papa nggak izinin."
"Yaudah, sekarang pake helm nya. Duduk yang baik. Peluk Bunda yang erat. Jangan lihat ke belakang. Kalau takut, tutup mata Alin. Pokoknya, jangan lepaskan Bunda."
"Siap, Bunda ku sayang."
Akhirnya, Aisyah dan Alin pun ke sekolah dengan menggunakan sepeda motor milik Aisyah. Jangan tanya berapa harga sepeda motor itu.
Hanya orang-orang dari kalangan atas saja yang tahu berapa harga nya.
Brummmmm...
Brumm.....
Di jalan sepi, Aisyah sesekali mengebut. Alin bahkan sangat senang dan berteriak kegirangan.
"Bunda kereeeeeen! Alin suka!"
Itu lah kata-kata yang selalu ia keluarkan ketika dalam perjalanan. Dan akhirnya, tiba lah mereka di parkiran.
"Selamat belajar anak Bunda."
Tidak lupa Aisyah menempel sebuah cip di kerah baju Alin. Cip itu memiliki kamera dan juga bisa merekam suara. Dan, tidak akan mudah terlepas, kecuali Alin membuka baju nya.
Setelah memastikan Alin sampai ke kelas nya dengan selamat, Aisyah pun langsung beraksi.
Ia akan menyerang sosial media terlebih dahulu. Semua rahasia kotor milik Jarwo, dalam sekejap muncul ke permukaan.
Bahkan, tentang Angel yang merupakan anak adopsi pun, ia beberkan. Sebenarnya Aisyah ingin menutup mata tentang masalah ini.
Namun, saat ia memeriksa nomor ponsel yang mengirimkan pesan pada Alin, ia langsung tahu jika itu adalah nomor nya Angel. Berani sekali anak itu, membuat Alin kesulitan. Jadi, biar impas. Aisyah pun memberi nya pelajaran yang berharga.
"Paket."
"Paket apa?"
"Saya tidak tahu. Ada seorang Pria yang ingin menyerahkan paket ini ke kantor polisi terdekat." Ucap Aisyah yang sedang dalam penyamaran nya.
Setelah memberikan bukti-bukti nyata pada kepolisian, ia pun pulang. Satu masalah teratasi. Saat ini, tinggal melihat Aslan.
" Bu Aisyah, Pak Aslan masih belum bangun. Saya bahkan khawatir. "
" Kamu tenang saja. Biar saya yang akan menangani nya. Apapun yang terjadi, tutup telinga mu rapat-rapat."
Aisyah masuk ke dalam rumah. Sepi, tidak ada tanda-tanda Aslan. Lalu tiba-tiba, ia di benturkan ke dinding. Ia didekap dari belakang oleh Aslan.
"Siapa kau?"
"Aku?apa kau lupa siapa aku?"
"Katakan saja siapa kau?"
"Aslan, aku istri mu. Aisyah. Dan kita juga sudah menikah."
"Tidak. Aku tidak memiliki istri seperti ini. Kau pasti salah." Ucap nya sambil mengeratkan tangan nya di leher Aisyah.
Dengan gerakan cepat, Aisyah menginjak kaki Aslan, lalu berbalik, ia yang sekarang membuat Aslan terpojok.
"Sayang, bahkan kau lupa padaku?"