NovelToon NovelToon
Shadow Of The Old Promises

Shadow Of The Old Promises

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Fantasi Timur / Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Epik Petualangan
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Galaxy_k1910

Sebuah ramalan kemunculan raja iblis berhasil membuat dunia kacau balau akibat kemunculan para monster, makhluk mistis serta fenomena alam baru.

Untungnya manusia masih memiliki secercah harapan. Mereka adalah para manusia yang berhasil membangkitkan kekuatan hebat, mereka disebut Awakening.

Akan tetapi, apakah secercah cahaya itu dapat mengalahkan kegelapan yang begitu besar?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Galaxy_k1910, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Paragraf Merah 2

'Sistem, ingatkan aku apa tujuan Amaya saat ini,' titah Sanika dalam batinnya.

Dia duduk agak jauh dari lokasi Arkara dan teman-temannya berada.

<Dari yang sudah sistem analisis. Perkiraan tujuan Amaya saat ini adalah:

50% hidup tenang hingga lulus.

10% mencari informasi lebih lanjut tentang Paragraf Merah yang lain.

25% ingin membunuh seseorang.

15% ingin melarikan diri dari seseorang.>

Sanika berpikir sebentar. Padahal pergerakan yang ia lakukan hanya sedikit tapi sudah mempengaruhi masa depan cukup banyak.

"Hmm... Jika kepala sekolah memutuskan untuk tetap bergerak maka persentase tujuan kedua dan ketiga Amaya makin tinggi," pikir Sanika.

"Kalau begitu, mari bantu Amaya melarikan diri dari seseorang yang sedang mencarinya, dengan begitu mungkin aku bisa mendapatkan sedikit kepercayaannya."

Layaknya prajurit terlatih. Amaya bisa mengetahui jika ada seseorang yang tengah mengikuti dirinya sejak ia keluar dari aula sekolah.

"Langkah kaki yang asing. Sepertinya itu siswa baru," batin Amaya.

Tap!

Amaya mendengarkan dengan seksama suara seseorang yang mengikutinya itu.

"Perempuan."

Tap!

"Seorang awakening dengan pengendalian aura tingkat tinggi," sambung Amaya dalam batinnya.

Amaya menghembuskan nafas pelan. Perempuan berambut ungu gelap itu mempercepat langkahnya dan pergi menuju halaman samping sekolah yang jarang dilewati oleh warga sekolah.

Tap!

Perempuan itu pun menghentikan langkahnya. "Apa yang kamu mau?" Dia melirik ke sosok anak baru yang sudah mengikutinya.

Itu Sanika.

"Selamat pagi, kak Amaya," sapa Sanika dengan wajah datar.

"Aku tidak akan mengulangi pertanyaanku lagi," ujar Amaya dengan nada dingin.

Dia berbalik dan melayangkan tatapan tajam pada Sanika.

"Kalau begitu tolong dengarkan ucapan saya lebih dulu," balas Sanika dengan senyuman tipis.

Inilah yang ia suka ketika berbicara dengan Amaya. Perempuan itu bukan tipe yang suka basa-basi serta tidak mudah terbawa emosi dan dia tidak langsung mengeluarkan aura intimidasi atau semacamnya.

"Pertama-tama, aku sudah tahu identitas kakak yang sebenarnya. Paragraf Merah."

Tidak ada perubahan apapun dari wajah Amaya membuat Sanika kembali melanjutkan ucapannya.

"Aku juga tahu kalau kakak ingin melarikan diri dari seseorang. Walau itu bukan prioritas utama kak Amaya saat ini tapi suatu saat orang itu akan muncul kembali dan kembali mengikat kakak secara paksa."

Amaya masih mendengarkan.

Sanika melirik singkat ke arah jam digital di ponselnya.

"Aku akan membantu kakak untuk menangkap orang itu. Jika kakak setuju atau ingin bertanya lebih lanjut silangkan hubungi aku tepat ketika jam 12 malam. Sebagai ketua OSIS kakak pasti bisa mendapatkan nomor siswa baru dengan mudah kan."

Sanika melambaikan tangannya sebentar lalu berjalan menjauh dari tempat Amaya berada.

Mata abu-abu Amaya menatap kepergian Sanika dengan tatapan waspada.

"Awakening dengan kemampuan melihat masa depan ya, merepotkan sekali," gumam Amaya.

.

.

.

Kota Pusat, Istana negara.

Ekilah kini berada di ruang tunggu istana negara. Tempat di mana para menteri dan bangsawan berkumpul 6 bulan sekali untuk mengadakan rapat besar tentang banyak hal.

Di sini Ekilah menjadi perwakilan keluarga Rajendra dikarenakan sang ayah, Karsa Rajendra sedang berhalangan.

Perempuan yang kini rambut putihnya sudah tertata rapi itu sedang memainkan ujung pakaiannya. Dia sedang menunggu seorang lebih dulu memasuki ruang rapat.

"Anda, Nona Ekilah bukan?"

Seorang pria berusia kisaran 40 tahunan bertanya. Pria itu menggunakan kemeja putih polos panjang lalu jas hitam yang dilengkapi dengan nama dan jabatan.

Perto Adiwanta

Manteri pertahanan dan keamanan.

Ekilah langsung memasang senyum bisnis yang sudah ia latih. "Ya, itu benar. Senang bertemu anda, Tuan Perto."

Perempuan itu langsung berdiri dan membalas jabat tangan Perto. Layaknya seorang pebisnis profesional.

"Saya juga senang bertemu dengan anda. Saya kira Tuan Karsa yang akan datang rupanya penerus beliau lah yang datang."

Ekilah menggelengkan kepalanya pelan sambil tersenyum tipis. "Anda salah, Tuan Perto. Saya bukanlah penerus ayah saya karena belum ada keluarga bangsawan yang mengakui saya."

Perto tersenyum tipis. Ucapan Ekilah tadi memiliki makna tersembunyi yang berarti dia ingin mendapat pengakuan dari para menteri dan rakyat untuk menjadi penerus.

"Kalau begitu anda hanya perlu berusaha untuk mendapatkan pengakuan mereka, Nona Ekilah."

"Saya tahu itu tapi jika ada cara yang lebih mudah saya akan memilihnya."

Dahi Perto sedikit mengernyit tapi detik berikutnya dia berhasil menetralkan wajahnya kembali. Petro berniat mempertanyakan perkataan Ekilah tadi tapi ia sadar jika hubungannya dengan Ekilah tidak sedekat atau sebaik itu. Dia harus mencari tahu sendiri.

Setelah basa-basi singkat, mereka berdua pun memasuki ruang rapat. Ternyata, di dalam ruang rapat sudah ada perwakilan dari bangsawan keluarga Keluarga yang cukup berpengaruh dalam bidang perkembangan teknologi.

Petro membungkukkan badan sembari menaruh tangan kiri di belakang dan telapak tangan kanan di dada kiri untuk memberikan hormat.

"Salam itu, berarti dia adalah kepala keluarga Zhao," batin Ekilah.

Berbeda dengan Petro, Ekilah hanya perlu membungkukkan kepala lalu duduk di tempat yang sudah di tentukan.

'Kamu, Ekilah Rajendra, putri dari Karsa Rajendra. Kenapa ayahmu tidak datang kemari?'

Kepala keluarga Zhao itu melakukan telepati pada Ekilah.

'Ayah sedang ada urusan penting di wilayah kekuasaannya, Tuan Zhao.'

Pria berambut hitam dengan gaya bak aktor tampan itu sedikit mengerutkan keningnya. 'Begitu ya, jadi dokter psikopat itu sudah menentukan siapa penerusnya.'

'Dokter psikopat ya,' ujar Ekilah.

'Kenapa? Apa kamu tidak terima dengan julukan yang aku berikan untuk ayahanda-mu itu?' Tuan Zhao terlihat memasang senyuman remeh.

'Tidak juga, hanya saja... Sepertinya julukan dokter gila lebih cocok untuk beliau.'

'... Apa kamu serius?'

'Yup.'

Ekilah mengambil secangkir teh yang sudah disediakan oleh pelayan dan hendak meminumnya.

'Sebaiknya kamu tidak meminum itu.' Perkataan telepati dari Zhao menghentikan gerakan Ekilah.

Perempuan itu melirik tuan Zhao dengan mata biru kehijauannya.

'Apa ada tata Krama tertentu di sini?' tanya Ekilah.

'Tidak, hanya saja lebih baik kamu menunggu hingga es batu atau gula dalam teh itu mencair, dengan begitu kamu tidak akan keracunan.'

Ekilah melirik ke dalam tehnya. Benar seperti kata Zhao. Gula dalam teh tersebut belum sepenuhnya larut.

'Anda tidak terlihat terkejut, Tuan Zhao.' Ekilah tersenyum tipis sambil tetap meminum teh tersebut.

Lagipula racun bisa dinetralkan oleh Awakening menggunakan energi mereka.

Tuan Zhao terlihat mengangkat kedua bahunya pelan. 'Itu sudah menjadi tradisi para bangsawan dan menteri. Mereka berniat mempermalukan orang baru di hadapan Baginda Raja.'

'Lalu, kenapa anda malah menghentikan tradisi mereka?'

'Anggap saja karena aku ingin kamu berhutang budi. Kamu seorang Awakening bukan? Walau levelmu masih perunggu harusnya kamu masih bisa melihat sesuatu dalam energi di tubuhku.'

Ekilah pun mulai mengamati aliran energi dalam tubuh pria bermarga Zhao tersebut.

'Hmm... Anda harus bergegas ke dokter.'

Zhao tersenyum tipis. 'Itu tidak ada gunanya. Penyakit ini tetap akan membuatku mati cepat atau lambat.'

'Kata siapa? Anda cuman keracunan energi monster karena terlalu sering melakukan pemburuan. Pergilah ke kerajaan suci dan melakukan pemurnian.'

Ekspresi wajah pria berambut hitam itu menjadi sedikit tajam. 'Jadi kamu ingin berkata jikalau dokter kepercayaan keluarga Zhao itu berbohong?'

'Dokter kepercayaan keluarga Zhao dan dokter kepercayaan anda itu berbeda. Lagi pula kalaupun anda memang akan mati, melakukan sedikit pemurnian energi tidak ada masalah kan?'

Ekilah menaruh cangkir teh yang tersisa separuh itu di atas meja.

Detik berikutnya ekspresi di wajah Zhao menjadi lebih tenang.

"Ini pertama kalinya kita bertemu bukan, nona Ekilah? Mari bertukar kartu nama. Semoga kedepannya kita memiliki hubungan baik."

Pria itu menunjukkan senyuman hangat di wajahnya sembari memberikan kartu namanya pada Ekilah melalui pelayan.

"Tantu, Tuan Zhao. Semoga kita memiliki hubungan baik kedepannya."

Ekilah menerima kartu nama dari pelayan dengan senyuman tipis.

Ruihan Zhao

Kepala keluarga Bangsawan Zhao

1
Celing Danakarya 0211
karakternya ada yang reinkarnasi ada juga yang mengulang waktu kembali ceritanya seru.
Siswa Rey
kalau tidak ada awakening terus gimana mereka mengalahkan raja iblis?
Galaxy_k1910: manusia berkemampuan khusus ada cuman mereka disebut pahlawan bukan awakening.
total 1 replies
Dian
Semangat trus berkarya thor 💪🏻
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!