(Alur luar negeri ya)
Seorang veteran perang ditugaskan melindungi pengusaha sukses di Milan, Italia. Dia pun langsung terlibat konflik dengan sekelompok mafia yang mengincar keluarga pengusaha tersebut.
Jangan lupa subsribe dan berikan ulasan bintang lima😉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lena linol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16. Obat Misterius
"Hai, Sayang." Vicky memasuki kamar putrinya pada siang itu sembari membawa nampan berisi sepiring makan siang dan obat untuk putrinya.
"Hai, Mom." Sapa balil Vittoria yang sedang duduk di tepian jendela sambil menatap kearah luar sana, melihat teman-teman sebayanya bermain basket di lapangan. Kebetulan di depan rumah mereka ada lapangan luas yang diperuntukkan melakukan aktivitas olah raga warga sekitar.
"Kau pasti jenuh, apakah mau jalan-jalan?" tawar Vicky seraya meletakkan nampan yang ia bawa ke atas meja yang tersedia di sudut kamar tersebut.
Vittoria menggeleng sebagai jawaban, seraya menarik kursi rodanya yang terletak tak jauh darinya. Salah satu tangannya berpegangan kuat pada kusen jendela lalu dan satu tangannya lagi menahan kursi rodanya agar tidak goyang, ia menggeser posisinya dari tepian jendela ke kursi rodanya dengan pelan dan hati-hati tanpa mendapatkan bantuan dari siapa pun. Vittoria sudah terbiasa melakukannya sendiri, karena ia tidak ingin merepotkan siapa pun termasuk ibunya. Hanya saja, ia selalu terkurung di dalam kamar, karena ia tidak bisa terkena udara atau pun cahaya matahari diluar sana.
"Kalau begitu cepat makan, dan jangan lupa minum obatmu," ucap Vicky tersenyum pada putrinya yang menggerakan kursi roda ke arah meja makan.
"Molte grazie (terima kasih banyak)," jawab Vittoria membalas senyuman ibunya. Ia mengambil sendok dan garpu lalu mulai memakan makanannya dengan lahap. Sesekali menoleh pada ibunya yang masih berdiri tak jauh darinya, "kenapa Mommy masih di sini?" tanya Vittoria.
"Mommy hanya ingin memastikan makananmu habis," jawab Vicky.
"Tenang saja, Mom, aku pasti akan menghabiskannya, dan meminum obatnya." Secara tidak langsung, Vittoria mengusir ibunya dengan cara halus.
Vicky mengangguk lalu keluar dari kamar tersebut, meninggalkan putrinya makan siang sendirian di dalam kamar sana.
Vittoria segera menghabiskan makan siangnya, setelah itu meminum obatnya. Ia membawa piring kotor ke wastafel kamar mandi yang terletak di depan kamar mandinya. Ia mencuci piring kotor itu sampai bersih lalu meletakkannya di rak piring yang sudah disediakan. Setelah semuanya selesai, Vitttoria menggerakkan kursi rodanya menuju meja belajarnya. Ia membuka laptop, untuk mengerjakan tugas sekolahnya. Ya, meskipun ia tidak bisa ke mana-mana, namun ia mendapatkan pendidikan secara daring. Vittoria adalah gadis cantik dan sangat cerdas membuatnya selalu mendapatkan peringkat satu.
Setengah jam kemudian, Vittoria merasa ada yang aneh pada tubuhnya. "Ashh!" Vittoria memekik sakit seraya memegangi pergelangan tangannya yang tiba-tiba terasa sakit, dan rasa sakit itu kian menjalar keseluruh tubuhnya. Seluruh persendian dan permukaannya terasa nyeri, sakit luar biasa seperti ditusuki jarum-jarum kecil, dan anehnya rasa sakit itu selalu datang setelah ia meminum obat yang diberikan oleh ibunya.
Ia pernah mengajukan protes pada ibunya, namun Vicky berkata kalau rasa sakit itu efek dari obat tersebut yang mempunyai dosis tinggi.
"Mom!" teriak Vittoria lantaran tidak kuat menahan rasa sakit yang semakin menjeratnya. Namun, tidak sahutan dari ibunya. Apakah ibunya pergi? Ataukah ibunya tidak mendengar teriakannya?
Vittoria berusaha bertahan dan menahan rasa sakit yang dia rasakan saat ini. Seluruh tubuhnya memerah, urat--urat diwajah, leher, tangan dan kaki terlihat menonjol, kedua matanya mendelik dan air matanya terus keluar membasahi pipi, tak lupa rahangnya mengeras hingga giginya bergemelutuk, menandakan ia sedang menahan rasa sakit luar biasa. Tubuhnya mengejang kuat dan tak berselang lama ia pingsan di kursi rodanya.
*
*
Sementara itu. Arion dan Luc telah sampai di rumah kelurga William. Arion keluar dari mobil terlebih dahulu lalu membukakan pintu untuk Luc.
"Hari ini aku tidak ada agenda apa pun, jadi kau bisa liburan bersama keluargamu," ucap Luc pada Arion ketika ia turun dari mobil dengan angkuh.
"Terima kasih, Nona, tapi aku tidak bisa liburan karena tugasku adalah menjaga Anda meski di dalam rumah sekalipun," jelas Arion pada Luc.
Luc memutar kedua matanya dengan malas, kemudian ia berjalan mendekati Arion sambil melipat kedua tangannya di depan dada, ia mendongak menatap Arion dengan tajam, karena tinggi badannya hanya sebatas dada pria jangkung itu. "Aku penasaran berapa bayaran yang sudah diberikan Daddy kepadamu!" ucap Luc seraya menunjuk dada bidang Arion dengan perasaan jengkel luar biasa.
"Yang pasti sangat besar!" jawab Arion seraya mengambil korek apinya dari dalam saku celana, lalu menggunakan korek api itu untuk menepis jari telunjuk Luc yang menekan dada bidangnya. "Jangan pernah menyentuhku meski seujung kukumu!" tegas Arion menatap datar pada Luc.
Luc menyeringai sebal, lalu berkacak pinggang seraya memainkan lidah dilangit-langit mulutnya tak lupa melayangkan tatapan benci pada Arion. "Apakah tubuhmu lebih berharga dari sebuah berlian?! Dasar sampah!" umpat Luc seraya beranjak dari sana memasuki rumahnya dengan langkah kesal luar biasa.