Di balik suami yang sibuk mencari nafkah, ada istri tak tahu diri yang justru asyik selingkuh dengan alasan kesepian—kurang perhatian.
Sementara di balik istri patuh, ada suami tak tahu diri yang asyik selingkuh, dan mendapat dukungan penuh keluarganya, hanya karena selingkuhannya kaya raya!
Berawal dari Akbar mengaku diPHK hingga tak bisa memberi uang sepeser pun. Namun, Akbar justru jadi makin rapi, necis, bahkan wangi. Alih-alih mencari kerja seperti pamitnya, Arini justru menemukan Akbar ngamar bareng Killa—wanita seksi, dan tak lain istri Ardhan, bos Arini!
“Enggak usah bingung apalagi buang-buang energi, Rin. Kalau mereka saja bisa selingkuh, kenapa kita enggak? Ayo, kamu selingkuh sama saya. Saya bersumpah akan memperlakukan kamu seperti ratu, biar suami kamu nangis darah!” ucap Ardhan kepada Arini. Mereka sama-sama menyaksikan perselingkuhan pasangan mereka.
“Kenapa hanya selingkuh? Kenapa Pak Ardhan enggak langsung nikahin saya saja?” balas Arini sangat serius.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rositi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31. Ardhan—Kamu Kok Manis Banget, Sih?
Arini merupakan tipikal orang yang akan selalu belajar, khususnya belajar dari kegagalan. Terlebih bagi Arini, kegagalan merupakan guru yang paling berharga. Karena dari kegagalan pula, wanita berambut sebahu itu akan belajar untuk jauh lebih hati-hati. Agar selanjutnya atau setidaknya di lain waktu, dirinya tak sampai jatuh ke lubang yang sama.
Sebelumnya, Arini memang sempat menikah. Pernikahan Arini h a n c u r karena pengkhianatan. Hingga pernikahan awal Arini berakhir dengan pembatalan. Selain itu, di masa lalu Arini juga tak mendapatkan dukungan. Baik itu sebelum dirinya menikah dengan Akbar, maupun setelah dirinya menikah dengan Akbar.
Walau sebelum menikah bahkan hingga kini, ibu Yati akan ada di pihak Arini, wanita itu tidak punya power untuk melindungi Arini. Sekadar membela, ibu Yati sungguh tak kuasa melakukannya. Ibu Yati itu tipikal lemah yang sedikit-dikit menangis, sedikit-sedikit dipikirkan, hingga berakhir jadi kena mental kemudian sakit-sakitan. Jika ada apa-apa, ibu Yati akan meminta Arini untuk diam, tidak melawan, atau malah pergi. Karena itu juga, Arini bertekad tak mau jadi orang apalagi wanita lemah seperti ibu Yati. Sebab menjadi wanita seperti ibu Yati, hanya akan membuatnya makin sakit hati. Sudah m i s k i n dan selalu dihina karena kemis k i n an yang dialami, masih harus mengalah dan membiarkan diri disakiti pula.
“Hidup hanya sekali. Minimal jika kamu tidak bisa membuat dirimu tidak disakiti, jangan biarkan dirimu terus disakiti!” batin Arini yang terpaku mengawasi wajah tampan sang suami.
Arini sudah terbangun dari tadi walau kini ia tak memiliki alarm rusak lagi. Alasannya terbangun murni karena ia haus. Awalnya, tenggorokannya terasa sangat kering. Namun setelah melihat wajah suami barunya meringkuk nyaris sepenuhnya terbenam di dadanya yang masih polos karena mereka sama-sama belum memakai pakaian, Arini langsung lupa dengan rasa hausnya. Yang mana, tenggorokannya juga tak terasa kering lagi.
“Mungkin ini yang dinamakan kekuatan cinta. T a i kucing pun bisa mendadak kelihatan mirip cokelat silver queen!” lirih Arini yang jadi tersipu sendiri. Lebih tepatnya, Arini menertawakan cara pikir sekaligus keadaannya sendiri.
“Ini jam berapa?” pikir Arini yang kemudian menengok ke kanan kiri. Sebab ia tak mungkin melakukan gerakan berarti. Ia tak mau mengusik Ardhan yang masih sangat lelap. Suaminya itu sampai mendengkur, dan jelas kelelahan.
Sebelum mengungkap perselingkuhan Kia dan Akbar saja, Ardhan memang tipikal sangat sibuk. Kesibukan yang makin tak karuan setelah pria itu menjadi bagian dari hidupnya karena mereka harus sama-sama mengurus hukuman untuk Killa dan Akbar. Mereka juga harus mengurus pembatalan pernikahan sebelumnya. Dan itu juga dilakukan dengan mereka yang menyiapkan pernikahan, sekaligus kesibukan Ardhan dalam mengurus pekerjaan.
“Pak suami itu tipikal sibuk. Sibuk banget. Tipikal gini pasti beda konsep hidup dengan tipikal Akbar. Kalau jadi istri Akbar, aku kan harus serba bisa melebihi dewa. Rumah harus rapi, dapur harus ngebul, mulut pertua sama ipar harus disumpal makanan. Suami juga harus kenyang atas bawa. Secapek apa pun harus jadi miss miss yang serba murah senyum. Secapek apa pun kalau suami mau juga wajib stand by. Beneran deh, hidup jadi istri orang m i s k i n bonus mertua dan ipar julid dan payahnya suami sayang banget ke mama sama adik, ... HAH! Itu kemarin aku istri, apa wajan dan panci serba guna?” gerutu Arini uring-uringan sendiri, tapi masih dengan suara lirih.
“Pak Suami ini tipikal sibuk yang pasti akan lebih memilih waktuku buat quality time, ketimbang aku jadi istri serba guna. Karena andai lapar, kamu bisa pakai uangnya buat beli makan. Bahkan andai gerah pun, kami bisa pakai uangnya buat kipas-kipasan. Masak dan lainnya itu baru aku lakukan sesuai situasi. Maksudnya andai dia lebih memilih k e l o n ketimbang aku siap masak, ya aku harus ikut arus,” pikir Arini menata siasat sendiri untuk pernikahan sekaligus rumah tangganya yang kali ini.
“Sudah pukul tiga. Kagok sekali. Mau tidur lagi pun susah. Ini aku masih kebawa suasana saat masih hidup susah. Jam segini sudah bangun buat urus semuanya. Ini Pak Suami aku ajak shalat tahajud, mau enggak ya?” pikir Arini nyaris menyebut Ardhan “Sayang”, dan untungnya ia ingat. Sang suami tak mau panggilan itu ada di hubungan mereka.
“Panggilan sayang yang manis dan gampang, selain sayang, apa sih?” pikir Arini yang berangsur menghujani wajah Ardhan yang ia bingkai, menggunakan kecupan gemas.
Ardhan perlahan merespons, terbangun dan langsung malu-malu menggunakan kedua tangannya untuk menutupi wajah.
“Nih orang tahu malu juga?” batin Arini yang merasa gemas sendiri pada kelakuan sang suami.
“Wel, ... pakaianku ada di lantai sebelah kamu. Tolong ambilin dong. Apa kamu enggak masalah kalau aku mondar-mandir enggak pakai baju?” ucap Ardhan berat. Selain sampai memunggungi Arini, kedua tangannya juga masih menutupi wajah.
Ardhan merasa malu, tak percaya diri setelah apa yang terjadi dan membuat mereka bukan hanya mantan bos dan karyawan lagi.
“Wel, itu apa? Tadi, kamu panggil aku Wel?” sergah Arini sengaja memastikan. Ia sampai merangkul kedua pundak Ardhan, selain wajahnya yang sengaja melongok wajah Ardhan.
“Wel—bawel. Kamu kan bawel,” ucap Ardhan berat. Ia menatap Arini tak lama setelah menyingkirkan kedua tangannya.
“Hih, ... kalem bersahaja begini dibilang bawel!” tanggap Arini masih bersuara lirih, kemudian berakhir membingkai wajah Ardhan dan menghujaninya dengan c i u man gemas.
Ardhan yang langsung t e r an g sang sengaja menggunakan kedua tangannya untuk membingkai wajah Arini juga. Bibir Arini sudah langsung menjadi tujuan bibirnya. Ia m el u m a t bibir tipis sang istri beberapa kali dan berakhir membuatnya sampai mengangkat tubuh sang istri hingga menindihnya.
“Enggak ... enggak gini. Aku bangunin kamu buat shalat tahajud. Kita wajib menyeimbangkan kepentingan dunia sama akherat. Katanya pengin jodoh sampai janah.” Arini sengaja memberi arahan sekaligus wanti-wanti.
Ardhan langsung mengangguk patuh. Hingga untuk pertama kalinya, pengantin baru dan awalnya merupakan korban perselingkuhan pasangan mereka itu, menunaikan shalat tahajud sebagai imam dan makmum.
“Enggak sangka akan se–syahdu ini. Setenang ini, dan sedamai ini. Ternyata enggak ada yang lebih membahagiakan dari punya pasangan satu frekuensi, good tampang, good rekening, sama good sikap sekaligus tanggung jawab!” ucap Arini tak lama setelah ia beres menyalami tangan kanan Ardhan kemudian m e n c i um punggung tangan suaminya itu dengan takzim. Yang mana bersamaan dengan itu, Ardhan juga langsung menempelkan bibirnya sangat lama di kepala Arini.
“Kamu kok manis banget, sih?” lirih Ardhan dan sukses membuat sang istri salah tingkah. Arini yang masih ia salami jadi tak berani menatapnya.
“Katakan kepadaku, ... apakah sebelumnya, saat bersama Akbar, ... kamu juga semanis ini?” Ardhan sangat penasaran. Apalagi setelah sebelumnya dalam hidupnya hanya ada satu wanita dan itu Killa. Sebab selama ini Ardhan terlalu fokus bekerja. Baginya, wanita seperti Arini memang sangat langka. Sikap Arini selalu berbeda, dan Arini tipikal yang sangat pandai menempatkan diri dalam semua situasi.
“Setidaknya, selain harus menjadi wanita kuat, aku juga wajib membuat suamiku mencintaiku bahkan bila perlu bucin. Karena dengan begitu, suamiku akan memberiku ‘ruang’ spesial. Suamiku akan baik kepadaku, dan akan selalu mendengarkan ku. Hingga dia juga akan bisa peduli kepada orang-orangku. Baik ke orang tua maupun keluargaku. Minimal, suamiku juga tak akan menjadi orang tua pilih kasih yang bisa melukai darah dagingnya sendiri. Aku, belajar dari pengalamanku. Aku tahu sakitnya jadi anak yang tidak disayang. Hingga aku tak akan membiarkan semua itu terjadi pada orang lain apalagi anak-anakku. Jadi, semuanya menang tergantung kepadaku. Apakah aku mampu menyetir kehidupanku,” ucap Arini.
“Bersamaku, kamu enggak akan pernah merasakan kekurangan. Bersamaku juga enggak akan ada drama pilih kasih! Apalagi jika kamu terus berpikiran terbuka seperti ini. Yang ada, aku juga akan merasa sangat terbantu dan selalu mengucapkan terima kasih!” ucap Ardhan yang mengakhirinya dengan senyum yang sangat hangat. Senyum hangat yang langsung menular kepada Arini bahkan kalian semua 😭😭😭😭😭🤣
ayo up lagi
batal nikah wweeiii...
orang keq mereka tak perlu d'tangisi... kuy lah kalean menikah.. 🤭🤭🤭🤭🤭🤣🤣🤣