Muda, cantik dan seksi, tidak melulu membuat hidup seseorang baik. Buktinya Berta harus melakukan banyak hal gila agar bertahan hidup, mulai dari pura pura kesurupan, jadi wanita murahan sampai wanita tidak punya adab.
Tapi takdir mempertemukan dirinya dengan Wildan, Pengacara muda, tampan dan sukses tapi terjerat dengan kehidupan tiga keponakannya yang harus dia besarkan.
Simak kegilaan mereka bersama yok!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon khorik istiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
"Oke Jadi...."
"Viona Paman."
"Oke Viona!"
"What? Paman?"
Viona melihat ke arah Yohan dengan tidak percaya. Dia menolak dipanggil Om?
"Om teman pamanku kan?"
Fiuh... Yohan pusing dibuatnya.
"Ikut aku!"
Viona menerima perintah, kenapa sedari tadi dia diperintah kesana kemari. Tapi dia tidak menolak dan mengekori langkah Yohan. Dia membawa kesebuah ruangan. Disana ada kasur kasur tingkat yang sepertinya digunakan untuk beristirahat.
Yohan membuka sebuah lemari . Dia mengambil baju dan melemparkannya ke Viona.
"Ganti baju sana!"
"Bolehkah aku menumpang mandi?"
Yohan membuka laci dan memberikan Viona sabun dan handuk.
"Jangan lama-lama!"
Viona bergegas ke kamar mandi yang ada di ruangan tersebut.
"5 menit!"
"Huh?"
"Gak pake lama!"
Viona lari seperti sedang di ospek.
Yohan menunggu Viona Mandi.
Viona hanya tak habis pikir, sedang apa pamannya menitipkan dirinya ke temannya yang kemungkinan adalah seorang dokter.
Tak lama Viona keluar, dia benar benar mandi kilat. Membasuh muka, gosok gigi dan badannya yang penting bau sabun.
Kaos yang digunakan Viona sedikit kebesaran dan juga celana training yang Nampak terlalu panjang. Viona kemudian menggulung celana tersebut.
"Sementara pakai baju itu dulu!"
"Udah makan?"
Viona menggelengkan kepalanya.
"CK!"
"Ayo pergi!"
Lagi lagi Viona berada dibelakang Yohan. Rupanya mereka sedang ke kantin rumah sakit. Tempatnya bersih.
Yohan mentraktir Viona sarapan. Mungkin efek mabukkk semalaman sehingga makan bubur hangat itu terasa sangat enak.
Yohan hanya mengamati Viona, sesekali menyedot jus yang dia pesan.
Dia hanya diberi pesan kepada Wil bahwa beri keponakannya itu pelajaran hidup.
Banyak pegawai berbisik menggosipkan Yohan. Dia membawa gadis cantik ke rumah sakit lalu memperlakukannya dengan sangat baik. Sebagaimana yang diketahui bahwa Yohan terkenal dengan tegas dan disiplin bagi para perawat dan rekannya.
"Mungkin itu adiknya!"
"Tapi tidak mirip"
"Atau pacarany?"
"Wah apa tidak terlalu muda?"
Yah, dimana selalu ada bahan obrolan seperti Ini kan.
"Udah makannya?"
Viona yang selesai makan dan minum itu tampak heran.
"Nggak gratis, sekarang waktunya bayarrr!"
Viona tersedak karena kaget. Ia kira makanan itu adalah hasil traktiran, siapa sangka kalau sekarang dia harus membayar harga makanan yang dia makan.
Harga makanan itu sejujurnya cukup murah, tapi dia bahkan tidak sempat membawa dompet. Ponselnya saja kini di sita oleh Pamannya.
Dengan terpaksa Viona menurut.
Di dibawa keliling oleh Yohan, melihat pasien yang ditangani Yohan. Rupanya gedung tersebut khusus untuk pasien anak dengan kasus beragam. Ada yang terkena leukimia, usua buntu, jantung, talasemia dan penyakit mematikan lainnya.
Sikap Yohan kepada pasiennya menjadi sangat berbeda. Dia banyak tersenyum dan menghibur para pasiennya. Bahkan tak jarang dia menjadi kekanak Kanakan. Sesekali Yohan menyuruh Viona ikut serta. Awalnya Viona cukup linglung melihat kondisi para pasien. Ada anak umur 11 tahun yang harus menjalani kemoterapi. Dia memakai topi rajut untuk menutupi kepalanya yang botak. Wajahnya pucat, dia banyak muntah.
Selesai berkeliling, Sekarang saatnya Yohan berjaga. Dia punya ruangan untuk dirinya sendiri. Sementara Yohan sibuk dengan komputer nya. Viona melamun. Dia merasa bersyukur karena dia diberi kesehatan, materi berkecukupan juga. Tiba tiba saja dia menangis. Dia teringat anak anak yang baru saja dia temui. Ini adalah pengalaman pertama nya bertemu dengan pasien yang sakit dengan diagnosa berat. Dia lebih tua dari anak anak yang dia temui. Apa salah anak anak kecil itu sehingga harus mendera sakit yang begitu tersiksa
Wil yang selesai membereskan berkas dan dokumen melihat ke arah Viona. Seperti nya dia sudah sedikit tersadar .
Mungkin maksud Wil menitipkan Viona adalah untuk membuka mata dan hatinya.
Yohan ingin bilang bahwa dia harus membayar dirinya suatu hari nanti .
Tak lama seorang perawat yang membantu Yohan datang. Dia bernama suster Talia. Cantik dan ramah.
Yohan mengintruksikan Talia bahwa Viona datang membantu serta untuk belajar. Talia langsung paham.
Rupanya banyak pasien datang, mulai dari pasien rawat jalan sampai kasus baru.
Dokter Yohan adalah dokter spesial anak . Dia cerdas dan cekatan, membuat Viona kagum.
Menjelang siang, Viona dibawa kekantin kembali. Kali dia makan nasi dengan salmon saus mentai. Setelah setengah hari menemani Dokter Yohan jaga, Viona jadi tahu kurang lebih bagaimana dokter bekerja tanpa kenal lelah. Belum lagi mereka harus melakukan penelitian dan membuat jurnal. Dia selalu menyempatkan membaca buku di waktu luangnya. Pantas kalau sesama dokter hanya berjodoh dengan dokter atau perawat. Mereka tidak punya cukup waktu luang untuk bertemu orang baru. Itu adalah sebuah kesimpulan yang Viona pikir sendiri.
"Bagaimana rasanya?"
Sambil mengaduk nasi salmonnya, Viona nampaknya cukup berpikir keras.
"Dunia ini memang tidak adil Viona. Mereka hanya anak kecil, bahkan mungkin entah bisa sampai pada usiamu sekarang atau tidak. Dengan umur dini mereka harus berjuang hidup dan melawan penyakit."
Viona tahu betul rasanya kehilangan orang tersayang.
"Senyum mereka sangat mahal bukan?"
Viona baru sadar bahwa sehat itu memang mahal.
"Jangan pernah sia sia kan orang yang masih sehat dan hidup." Setelah bicara Yohan mulai menyedot jus mangganya.
Makan pun rasanya tidak terlalu enak, padahal rasa makanan disini lumayan. Tidak kalah dengan restoran di luaran sana.
"Dokter sudah lama mengenal paman?"
"Wil?"
Viona mengangguk.
"Kami teman dari SMA."
Berati cukup lama mereka berteman.
"Seperti apa dia?"
"Yah, dia selalu blak-blakan dalam bicara. Kadang kadang lidahnya sangat tajam dan menyakiti hati. Meski terlihat galak dia sebetulnya seorang pengamat dan cukup peka. Tapi dia selalu bermain aman untuk tidak terlalu terlibat dengan emosi. Dia selalu sibuk, makanya temannya bisa di hitung jari. Setelah kehilangan kedua orang tuanya, dia hanya mengandalkan kakaknya."
"Ibuku?"
"Benar." Yohan tersenyum.
Pikiran Viona mengembara, mungkinkah dia sudah salah paham selama ini?
Atau rumor yang beredar itu tidak benar?
Salah paham adalah penyakit berbahaya. Karena bisa menyakiti satu sama lain. Yah mereka jarang berkumpul bersama dan mengobrol karena Wil selalu sibuk.
Selesai makan, Viona dibawa Yohan ke ruangannya kembali. Meski sudah selesai jadwal jaganya, Yohan masih belajar menyiapkan bahan penelitian untuk sekolah S3 Nya. Viona tidak menganggu. Dia juga ikut membaca buku. Disana banyak buku dongeng anak anak. Dan setelah lama tidak membaca buku, membaca buku ringan seperti itu membuat perasannya bersemangat sampai sampai dia tertidur di sofa.
"Dia membaca banyak buku dongeng." Ucap Yohan dari kursinya.
Kalau saja adiknya penurut dan suka membaca buku seperti Viona. Sayangnya adik Yohan sama bandelnya. Dia bahkan baru baru ini tergabung dalam geng motor jalanan. Adiknya berandalan dan susah diatur.
"Apa aku harus menyeretnya kesini dan membuatnya jadi asistenku?" Yohan sedang mempertimbangkannya.
di tunggu kelanjutannya ya 😊
semangat 💪🏼👏🏼