Bukan area bocil, harap minggir💃🏻
Divya hanya seorang wanita rumah tangga biasa, berbakti pada suami yang memintanya menjadi ibu rumah tangga yang baik dengan hanya mengurusi perihal pekerjaan di rumah dan mengurusinya sebagai suami. Meskipun Divya lulusan S-1, namun wanita itu menurut pada lelaki yang sudah sah menjadi suaminya itu dengan tidak menjadi wanita karir.
Namun, seketika rumah tangga mereka yang baru saja menginjak usia 2 tahun hancur karena orang ketiga. Bahkan orang ketiga itu sudah mempunyai seorang suami.
"Kau tega mengkhianati ku dengan wanita murah4n ini, Bang!" Divya menjambak selingkuhan suaminya itu dengan emosi.
Dughh!!!
Tubuh Divya tersentak, bagian belakang kepalanya dipukul dengan benda keras. Tak lama tubuh Divya terjatuh ke lantai, meregang nyawa dengan dendam yang ia bawa mati.
Namun, tiba-tiba Divya terbangun kembali. Dalam tubuh seorang gadis SMA berusia 18 tahun lalu dengan memakai tubuh gadis yang bernama Ellia itu, Divya membalas dendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32. Tentang Misi Balas Dendam.
Malam hari Emilio meminta ijin untuk tidur bersama Divya di kamar wanita itu, namun dengan tegas Divya menolak pasalnya dia takut Emilio terpancing nafsunya lalu mereka berhubungan intim.
Di kejadian pertama dia berhubungan badan dengan Emilio dia bahkan lupa meminum pil pencegah kehamilan tapi untung saja beberapa hari lalu dia datang bulan dan sudah selesai tapi belum bersih benar. Itu artinya di saat pembuahan pertama, kecebong milik Emilio tidak membuahi sel telurnya. Jadi aman.
"Ayo lah, sayang. Om janji nggak bakal macem-macem, suer." Emilio mengangkat kedua jari ke atas.
"Ogah, nggak macem-macem tapi satu macem ya itu mesumin aku."
"Enggak, beneran sayang. Om cuma pengen peluk kamu aja," kekeuh si Om.
"Om, aku besok ujian jadi aku butuh tidur yang cukup. Kalau Om tidur sama aku yang ada sepanjang malem Om gangguin terus. Sana Om, bobok di kamar Om." Usir Divya.
"Jangan pelit sayang, lagian sejak kamu kabur tidur Om gelisah terus. Semalem Om tidur disini malah bisa mimpi indah, Om mau bobok disini sama kamu ya." Si Om merajuk sudah kayak bocah lima tahun.
'Ck! Bucin sih bucin, tapi nggak gini juga kali ah' Divya menghela nafas sabar.
"Ya udah, Om tidur disini terus El yang tidur dikamar Om. Gimana?"
"Kok gitu!" cemberut bibir si Om.
"Om, dengerin baik-baik ya. Buka tuh kuping Om lebar-lebar biar El nggak ngomong dua kali. Gini Om yang gantengnya nggak ketulungan, sebelum kita berdua mempunyai ikatan halal jangan berpikir hal mesuum mulu. Aku nggak mau hamil duluan sebelum nikah, paham. Lagian aku aja belum putus dari Max, aku pusing bikin alasan putusnya. Max kan cowok baik, nggak ada alasan buat putusin dia."
"Nggak usah pikirin Max, Om tau cara Max mau putusin kamu lebih dulu. Ya udah, biar kita cepet nikah kamu harus lulus dulu jadi besok ujiannya harus berhasil. Jadi sampai kita nikah, Om janji nggak bakal nyentuh kamu."
Divya akhirnya tersenyum lega, namun ucapan Emilio selanjutnya membuatnya memutar bola mata kesal. "Tapi sayang... Om cuma janji nggak masukin buyung Om ke goa kamu, loh. Tapi hal lainnya, jangan harap kamu bisa selamat dari terkaman Om!"
Sebelum Divya membalas ucapan si Om, Emilio sudah menerkam bibir Divya. Namun kali ini penuh kelembutan, dengan sabar lidah si Om menjelajah di dalam mulut Divya. Saat nafas mereka berdua semakin memburu, Emilio melepas pagutannya.
Sewaktu Divya ingin protes, lelaki itu sudah berbalik badan pergi dari kamar Divya seraya tertawa puas.
Pagi tiba suasana di meja makan terasa menyebalkan bagi Fayyana yang juga ikut sarapan. Itu karena salah satu aturan yang diberikan Emilio padanya jika dia masih ingin tinggal di Mansion itu, dia harus ikut makan di setiap jadwal makan.
Tentu saja Emilio sengaja, dia ingin Fayyana merasakan tekanan batin melihatnya bermesraan dengan Divya.
Tubuh Divya yang berseragam putih abu-abu sedang duduk di pangkuan Emilio, mereka berdua saling menyuapi.
"Ih Om, kok malah gigit jari aku." Suara Divya terdengar manja.
"Abisnya, semua anggota tubuh kamu udah jadi candu Om." Emilio mengerling nakal.
"Ih, awas loh nanti buyung besarnya Om bangun lagi. Entar Om kesakitan," masih dengan suara manja Divya berucap.
"Apa?!" Fayyana yang sejak awal hanya diam dengan sarapan nya berteriak kaget. "Apa maksudmu, milik Mas Emilio bangun?"
"Ya gitu deh, tiap deket sama aku milik Om suka bangun. Nggak kayak pas sama Tante, buyung nya si Om tidur mulu... mungkin itu buyung tau kalau goa milik Tante udah terkontaminasi! Ya kan, Om..." Divya mengelus rambut Emilio lalu mengecup pipi lelaki itu.
Terdengar suara sendok dibanting, Emilio langsung melotot pada Fayyana. "Beraninya berbuat keributan! Mulai hari ini, kamarmu pindah di kamar paling ujung!"
"Jangan gila Mas, aku hanya nggak sengaja menjatuhkan sendok karena kaget ternyata kamu sudah sembuh!" Fayyana tidak terima.
"Tante bohong, wong tadi Tante banting sendoknya kok." Divya berwajah tanpa dosa seperti biasa.
"El! Kau!" Namun Fayyana tidak bisa membalas ucapan Divya.
"Aku sudah berkata padamu dengan jelas, patuhi aturan yang aku berikan Fay!"
"Iya Tan, hanya boleh aku aja yang bebas di rumah ini dan bebas berbuat apa saja dengan Om." Timpal Divya yang semakin membuat Fayyana dongkol.
"Mulai saat ini karena kamu belum bisa merubah sikapmu, nggak akan ada fasilitas bagus di rumah ini. Kamarmu di ujung sana, hanya ruangan kecil tanpa kamar mandi dan AC. Kau bisa menggunakan kamar mandi yang diluar kamar, juga minta kipas angin dipasang disana."
"Mas!!!" Fayyana semakin tak terima.
"Tante sih, suruh siapa bikin marah si Om. Jadinya kan kena hukuman," Divya terus meledek memanasi Fayyana.
"Kalau kamu terus protes dan tidak tau diri. Sebaiknya kamu kemasi barangmu dan segera pergi dari sini. Lagipula, selama iddah... kamu nggak mungkin hamil karena 7 bulan aku nggak bisa meniduri mu. Bahkan yang terakhir kali di hotel pun, ujung milikku nggak bisa masuk karena tertidur lagi." Saat mengatakan nya Emilio menatap Divya bukan Fayyana, seolah lelaki itu ingin memberitahukan jika kejadian di hotel saat Divya marah padanya dan kabur, tidak terjadi apapun padanya dan Fayyana.
Ya, Emilio mengetahui dari rekaman Cctv tentang Divya yang marah-marah padanya di ruang kerja miliknya di malam saat ia berada di hotel bersama Fayyana. Saat itu Divya masuk ke dalam ruang kerjanya untuk mengambil ponsel dan berteriak marah.
"Om." Divya belum mengerti.
"Bukankah malam itu kamu kabur karena selain marah pada Om yang mengurung mu, kamu juga marah karena Om menginap di hotel dengan Tantemu?"
"Ah, pasti Om denger dari rekaman Cctv di ruang kerja Om." Divya mengangguk mengerti.
"Om juga pasang Cctv di kamar kamu," jujur Emilo."
"Aku tau, emangnya Om pikir aku bodoh sampai nggak tau. Cuma aku pura-pura aja nggak liat tuh Cctv, bahkan pas buka baju itu aku sengaja loh Om." Bisik Divya di telinga Emilio.
"Dasar gadis licik tapi Om suka." Emilio lalu mengecup bibir Divya, seolah dunia milik mereka berdua tanpa ada siapapun. Padahal sejak tadi Fayyana memandangi mereka dengan wajah mendedam.
"El, saat kamu mengancam Sisil malam itu jika Sisil nggak buka pintu kamar kamu... dan kamu bilang pada Sisil jika dia hanya akan menemukan mayat mu di kamar, saat itu jantung Om serasa berhenti berdetak. Jangan katakan itu lagi, ngerti!" Emilio lalu menciumi wajah Divya dari kening, mata, hidung, pipi lalu kembali ke bibir. Lelaki itu sungguh takut kehilangan Divya.
"Om nggak marah waktu itu denger aku mengumpat beberapa kali sama Om, bahkan di malam itu saat aku kabur."
Emilio malah tersenyum. "Oh yang kamu bilang gini.... 'Dia bisa bersenang-senang, aku pun bisa! Dan jangan harap sebelum dia merubah sikapnya padaku yang plin-plan itu aku mau kembali kesini! Misiku untuk balas dendam berasa kacau sekarang! Kemarin dia ingin menikahi ku, tapi sampai sekarang nggak ada pembahasan lagi. Dan kini... lelaki itu malah sibuk bersenang-senang dengan wanita bin4l itu! Bangsaattt!"
Seketika wajah Divya pucat, ia sempat melupakan perkataan apa saja malam itu yang keluar dari mulutnya. Kini Emilio malah mengatakan setiap kata per kata, bahkan tentang balas dendam nya juga.
"Misi balas dendam apa maksudmu, Ellia? Dan apa tadi, wanita yang kau bilang bin4l itu aku, kan?" Fayyana yang bertanya, pertanyaan yang harusnya ditanyakan oleh Emilio.
Emilio sebenarnya tidak perduli, bahkan beberapa kali dia sudah mendengar ucapan Divya yang masih teka-teki sampai sekarang. Misalnya perkataan Divya yang mengatakan jika wanita itu harus mengikuti ujian untuk kelulusan dua kali. Padahal ujian saja belum, kok bisa mau lulus kedua kalinya.
Banyak hal yang masih menjadi misteri bagi Emilio, sempat lelaki itu berpikir jika sikap aneh Divya adalah efek dari kecelakaan namun semua tidak sesimpel itu ketika terakhir kali dia mendengar dengan jelas Divya berteriak tentang misi balas dendam.