Juliet Laferriere, gadis muda asal Prancis yang berakhir menjadi tawanan seorang mafia asal Italia.
Bermula saat Matteo Baldovino Dicaprio, pria dari keluarga mafia dengan kekuasaan terbesar di Italia, berlibur ke kota Paris, Prancis.
Pria dengan marga 'Dicaprio' itu mengalami kecelakaan mobil saat berada di kota Lyon. Kota beribu momentum dan lampu yang menghalangi cahaya bintang. Tepat saat kecelakaan terjadi, Juliet muncul seperti malaikat dan membantu pria berdarah dingin itu keluar dari mobil yang berasap.
Namun, kebaikan yang dia lakukan untuk menyelamatkan hidup seseorang, malah berakhir menghancurkan hidupnya sendiri.
"Rantai ini untuk mengingatkanmu, bahwa kau adalah milikku."
Bagaimana cara Juliet melarikan diri dari seorang Predator gila? Lalu, apa pria itu akan luluh dan membebaskannya dari ancaman? Yuk ikuti kisah mereka, dan jangan lupa beri dukungan kalian!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elsa safitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keseharian biasa
Di tengah-tengah pengobatan, Juliet tiba-tiba membuka matanya. Saat Matteo melihat mata Juliet yang terbuka, dia menjauhkan tangannya dari kaki gadis itu.
"Apa kau akan memotongnya?"
Juliet tiba-tiba bertanya. Itu tepat saat Matteo beranjak dari kasur untuk pergi menyimpan kotak P3K. Pria itu menunjukan senyuman gelap seolah menyetujui apa yang Juliet pikirkan.
Setelah pria itu pergi, Juliet dengan cepat mengangkat tubuh bagian atasnya, lalu memeriksa kedua kakinya. Tentu saja itu masih terpasang dengan sempurna. Di sana hanya terdapat perban kecil yang melingkar di jari jempol.
Dia menghela nafas lega. Sebagai tanggapan atas rasa syukur melihat kakinya yang masih utuh, dia beranjak lalu membuka jendela untuk menghirup udara. Saat jendela di buka, angin yang tertiup beserta salju terasa meruyup masuk mencapai tulang.
"Grr... Apa salju disini memang abadi? Sampai kapan mereka akan turun?"
Dia melihat jauh ke depan untuk mencari ujung hutan. Tepat saat dia melihat ke samping, terdengar gemuruh ombak yang cukup dekat. Di sana memang tidak terlihat adanya air karena berada di perbukitan. Namun, jika Juliet menuruni bukit sepertinya di sana terdapat pesisir pantai?
Dia melihat sebuah harapan saat pemikiran itu memenuhi kepalanya. Namun, bagaimana cara dia melepaskan diri dari rantai ini?
"Sampai kapan aku harus tinggal disini? Aku ingin melihat ibu.."
Dia menutup kembali jendela lalu pergi untuk mandi. Dia tidak menggunakan pemandian air panas karena jaraknya cukup jauh dari kamar. Dia hanya menggunakan kamar mandi yang tersedia di kamar Matteo.
Gadis itu menghabiskan waktu lebih dari 30 menit hanya untuk membersihkan tubuhnya. Sementara itu, Matteo yang dari tadi duduk di ruang tamu tak kunjung melihat Juliet keluar dari kamar. Dia mulai curiga tentang apa yang sebenarnya sedang gadis itu lakukan saat ini.
Tanpa pikir panjang, Matteo beranjak lalu pergi ke kamarnya. Saat pintu di buka, dia tidak melihat Juliet di manapun. Karena semakin takut gadis itu mencoba melarikan diri lagi, dia menjelajah seisi kamar yang luas.
"Sial, gadis itu benar-benar..!"
Saat dia berdiri sambil memijat dahi, dia sadar dengan rantai yang tergeletak di lantai. Dia mengikuti kemana rantai itu mengarah sampai tiba di depan pintu kamar mandi. Pintu itu tidak sepenuhnya tertutup karena terhalang rantai. Tanpa pikir panjang, Matteo membuka pintu tersebut.
Brakk
Juliet yang baru saja menyelesaikan mandinya, dan kini sedang berusaha memakai handuk membola terkejut melihat Matteo. Sama halnya dengan pria itu yang tiba-tiba membuka pintu dan melihat tubuh Juliet.
"B-Brengsek!"
Juliet dengan cepat menutup tubuhnya dan menendang pintu untuk menghentikan pandangan Matteo yang tengah menjelajah.
Brukk
Pintu itu tertutup kembali dan menyadarkan Matteo. Dia menghela nafas lega lalu pergi dari sana. Di setiap langkahnya, dia terus memikirkan tubuh juliet yang tidak sengaja dia lihat.
"... Tubuhnya seperti air terjun di tengah hutan. Sangat indah."
Dia keluar dari kamar dan kembali turun ke lantai satu. Saat dia duduk, isi kepalanya masih tetap memperlihatkan tubuh juliet. Dia menikmati bagaimana pikiran itu dengan sendirinya muncul. Sambil meminum teh hangat, dia memejam untuk membayangkan lebih jauh.
Saat asik menikmati pemandangan dalam pikiran, ponselnya tiba-tiba berdering. Dia meraihnya lalu mengangkat telepon.
"Ada apa, Carlotta?"
"Aku akan berkunjung malam ini. Siapkan wine terbaik yang kau punya di rumahmu~"
"Begitu tiba-tiba? Apa yang terjadi?"
"Kau jarang terlihat di wilayahmu. Aku hanya penasaran apa yang kau sembunyikan di pulau pribadimu itu."
Matteo beranjak dari sofa lalu pergi ke arah jendela. Dia menikmati pembicaraan dengan wanita dalam panggilan telepon itu.
Bahkan dia tidak sadar saat Juliet turun ke lantai satu untuk memarahinya yang tadi tiba-tiba menerobos masuk ke kamar mandi. Saat dia turun, dia mendengar tawa kecil pria itu. Dengan naluriah dia menoleh untuk mencari sumber suara.
Pria itu terdengar sangat lembut seolah sedang berbicara dengan kekasihnya. Karena penasaran, Juliet mendekat untuk menguping. Jika benar Matteo mempunyai kekasih tersembunyi, lalu kenapa dia harus menculik Juliet dan mengurung gadis itu di rumahnya?
Saat Juliet mencoba memahami apa yang Matteo ucapkan, pria itu tiba-tiba menoleh dan sadar tentang Juliet yang tengah mendengarkan pembicaraannya dalam diam. Senyuman gelap kembali terlihat di mulutnya. Dia tampak semakin menikmati obrolan dengan lawan bicaranya dalam telepon. Sebelumnya dia berbicara dalam bahasa Italia. Oleh karena itu, Juliet tidak dapat memahaminya.
Namun, kini dia mengubahnya dalam bahasa Inggris. Sambil melirik Juliet, dia sengaja mengubah topik pembicaraan.
"Apa kau bilang? Apa aku benar-benar harus mengurungnya di sebuah gudang untuk membuat dia menjadi lebih penurut?"
"Apa? Apa maksudmu? Kita tidak sedang membicarakan itu."
"Haha.. Baiklah, aku akan mencobanya. Jika dia memang mencoba melarikan diri lagi, aku akan menyimpannya di gudang gelap selama sebulan."
"Hei. Tidak, tunggu Matteo. Kita sedang membicarakan wilayah Dulce bukan? Kenapa tiba-tiba sebuah gudang?"
"Baik, madam. Terimakasih atas saranmu, sampai jumpa."
"Matteo--"
Panggilan di akhiri oleh Matteo. Setelah dia menyelesaikan pembicaraannya lewat telepon, dia mendekat ke arah Juliet dengan langkah yang keras. Juliet mulai panik dan pergi ke dapur dengan cepat.
Mau bagaimanapun, kemanapun gadis itu melangkah, dia akan meninggalkan jejak dengan rantainya.
"Lucu sekali. Kau mulai penasaran tentangku, hm?"
Sambil bergumam pelan, dia menghampiri gadis itu. Dari kejauhan Juliet terlihat sibuk mencuci tangan padahal tidak melakukan sesuatu yang kotor dengan tangannya.
Saat jarak mereka semakin dekat, Juliet menoleh dan mata mereka bertemu. Dia tampak gugup untuk menatap mata pekat itu dalam waktu yang cukup lama.
"Apa kau lapar?"
Saat Matteo bertanya, Juliet tidak punya pilihan lain selain mengangguk. Dari pada di curigai dan di hukum di gudang gelap, lebih baik membuat malu diri sendiri.
"Baiklah, tunggu di meja. Aku akan membuatkanmu nasi goreng."
Saat pria itu berniat memakai apron, Juliet menghentikannya. Matteo merengut bingung, sementara Juliet mulai memakai apron tersebut.
"... Sangat di sayangkan melihat banyak nasi yang terbuang karena seseorang."
"Heh.. Tadi pagi aku tidak sengaja meninggalkannya karena harus mengangkat telepon."
"Sepertinya tuan mafia memang terbiasa duduk di kursi dan menunggu makanan datang."
Mendengar ucapan Juliet yang menggemaskan, bibir Matteo membentuk senyuman miring. Dia lalu pergi dari dapur dan duduk di meja makan.
Saat Juliet membuka kulkas, dia tidak melihat apapun selain daging ayam. Dia menghela nafas berat sekali lagi. Di rumah sebesar ini kau hanya melihat sebungkus daging, bukankah itu sangat memalukan?
"Sepertinya uangmu hanya di pakai untuk memasang emas di plafon."
Juliet meledek secara terbuka. Matteo mendengarkannya tanpa pembelaan. Dia hanya menunjukkan sedikit senyuman sambil sibuk bermain ponsel.
Setelah memasak satu-satunya menu, dia menyimpannya di meja makan. Dia ikut duduk dan makan siang. Selain sibuk dengan sendok dan garpu, dia tidak memperdulikan Matteo sedikitpun.
"Aku akan pergi besok pagi. Jika kau tidak mau sendirian di rumah, aku akan meminta bibi Ilda untuk menemanimu sampai aku kembali."
tar lanjut lagi sa kalo dokter nya udah pergi