Namanya adalah Ryan Clifford. Dia adalah seorang Pangeran yang akan mewarisi tahta kerajaan Utara. Wajahnya tampan, polos dan sangat sederhana. namun, siapa sangka dibalik kepolosannya itu, tersembunyi kekuatan yang maha dahsyat. dia terlahir membawa takdirnya sendiri. ayahnya yang seorang Raja telah menorehkan sejarahnya sendiri. oleh karena itu, dia juga ingin mencatat sejarahnya sendiri.
walaupun seorang pangeran, tidak sekalipun dia memamerkan identitasnya. dan perjalanannya yang seru di mulai disini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Edane Sintink, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
...Bab 13...
Pasangan yang seperti pinang dibelah dua dengan parang tumpul tersebut meninggalkan restoran sambil bergandengan tangan menuju lobby restoran.
Beberapa staf dan Manajer ingin membungkuk hormat ketika melihat Ryan ada melewati mereka. Namun Ryan segera memberi isyarat agar mereka tidak melakukannya. Bagaimanapun dia sekarang adalah seorang pacar sewaan. Dia khawatir setelah mengetahui identitasnya, gadis itu akan merasa kecil diri.
"Nona Violet, di mana anda memarkir mobil anda?"
"Bisakah jangan memanggilku dengan sebutan nona? Kau harus berakting dengan totalitas tanpa batas. Panggil saja aku dengan nama ku. Violet Salazar!"
"Apakah kau dari keluarga Salazar?" Tanya Ryan. Dia pernah mendengar tentang keluarga Salazar ini.
Tidak dapat dipungkiri, setelah dua puluh tahun paska peperangan, perlahan-lahan Wilayah Utara merangkak dari keterpurukan ekonomi menjadi salah satu kerajaan yang stabil dalam perekonomian. Bahkan Wilayah Utara adalah penyumbang terbesar dalam menyokong kekaisaran Erosia. Hanya lima belas persen yang diberikan kepada Erosia, tapi itu malah mengalahkan wilayah lainnya sebagai penyumbang terbesar.
Walaupun sepenuhnya berdiri di kerajaan sendiri, Rey, sebagai Raja Utara tau darimana dia berasal dan siapa yang memberikan posisi ini untuk pertama kalinya. Jadi, dia tetap tidak memutuskan hubungan dengan Erosia dan tetap membayar upeti kepada kekaisaran tersebut sehingga hubungan mereka tetap baik sampai saat ini. Terlebih lagi Kaisar agung Erosia adalah sahabatnya sekaligus ayah angkat Ryan.
Dalam dua puluh tahun belakangan ini, seiring dengan kestabilan wilayah Utara, ada beberapa keluarga yang berhasil bangkit. Dan salah satunya adalah keluarga Salazar ini. Keluarga ini bisa dikatakan sebagai pengganti bagi keluarga Wilmar yang telah terdegradasi menjadi keluarga ke empat karena pengkhianatan mereka terhadap Raja Utara. Beruntung keluarga Wilmar ini mempunyai hubungan dengan permaisuri Utara. Jika tidak, mungkin keluarga ini sudah direduksi menjadi gembel.
Violet mengangguk. "Hanya keluarga kelas dua yang memiliki aset sekitar lima puluh miliar dolar?" Jawabannya tanpa bermaksud untuk sombong.
Aset lima puluh miliar dolar ini memang terlalu sedikit jika dibandingkan dengan keluarga Brownson yang memiliki total aset sebesar lima ratus miliar dolar Erosia.
Bip bip bip...
Violet memencet tombol remote dan terdengar suara pada salah satu mobil yang terparkir di area parkir.
Ryan memperhatikan mobil SUV berwarna merah.
"Kau yang mengemudi!" Kata Violet sembari melemparkan kunci kepada Ryan.
Pemuda itu menyambar kunci tersebut dan membukakan pintu untuk gadis itu.
Setelah keduanya berada di dalam mobil, dia pun bertanya. "Kita akan kemana?"
"Shelter road!"
"Baik," kata Ryan. Kemudian dengan sangat terampil dia pun mengemudikan mobil SUV itu dengan kecepatan tinggi namun sangat stabil. Kencang tanpa ugal-ugalan.
Satu jam kemudian akhirnya mereka pun sampai juga di Shelter road dan sesuai dengan petunjuk dari Violet, akhirnya mereka pun tiba di depan sebuah Villa tiga lantai.
"Ini rumah mu?" Tanya Ryan.
Violet mengangguk. "Villa ini dihadiahkan kepadaku ketika aku berhasil memenangkan tender proyek dekorasi kota baru yang dikembangkan oleh Brownson group senilai sepuluh miliar,"
"Ha? Hanya proyek dekorasi saja sampai bernilai sepuluh miliar?" Tanya Ryan heran. Dia tidak tau tentang proyek tersebut karena memang dia masih baru di sini.
"Apa tidak pernah mendengar tentang Mega proyek kota baru yang menghubungkan antara Shelter City dan kota Arden?"
Ryan menggelengkan kepalanya.
"Huh. Padahal proyek tersebut adalah salah satu proyek milik kerajaan Utara. Sudah ada sejak dua puluh tahun yang lalu dan sudah selesai sekitar delapan puluh persen. Ketika perang terjadi, kata ayahku, proyek itu sempat terhenti selama dua tahun. Dan setelah Utara menang dalam perang serta mendapatkan kompensasi, atas perintah dari raja Utara, semua bangunan dibongkar dan dibangun ulang. Proyek tersebut di jangka selesai dalam dua puluh lima tahun. Ya, bisa dikatakan keluarga Salazar kecipratan rejeki karena berhasil memenangkan proyek dekorasi,"
"Gila sekali. menurut mu, seberapa nilai proyek tersebut?"
"Satu," jawab Violet seperti sedang berteka-teki.
"Satu apa?"
"Satu triliun dollar," jawab Violet.
Walaupun tidak terlalu mengerti tentang uang, tapi Ryan dapat menebak bahwa uang satu triliun itu pasti sangat banyak.
"Apakah itu banyak?"
"Menurut mu?" Violet membelalakkan matanya. Kemudian dia melanjutkan. "Kalau dipakai jadi kayu bakar, lebih dari cukup untuk menjadikanmu arang gosong," katanya lagi sambil tertawa cekikikan.
"Sialan," kata Ryan dalam hati.
"Ayo masuk!" Ajak Violet.
Ryan mengikuti gadis itu memasuki villa.
Bisa dikatakan Villa ini bukan yang paling bagus. Tidak juga bisa dikatakan mewah. Tapi suasananya cukup nyaman dan Violet sangat pandai mendekorasi villa tersebut. Mungkin karena inilah profesinya.
"Nah. Aku telah menceritakan tentang diriku. Juga tentang keluarga ku. Sekarang, apakah kau tidak ingin menceritakan tentang dirimu kepadaku?"
"Aku?" Ryan menunjuk ke hidungnya sendiri.
Violet memainkan alis matanya.
Bingung juga Rey untuk mengungkapkan identitasnya. Dia tidak ingin menyombongkan diri. Karena, kalau sampai gadis didepannya ini mengetahui bahwa dia adalah seorang Pangeran, dikhawatirkan gadis ini akan pingsan sambil berdiri. Karena, betapa lancang nya dia menggandeng tangan seorang pangeran yang identitasnya terlalu menakutkan.
"Kalau keberatan tidak apa-apa juga. Mungkin ada hal yang tidak nyaman bagimu," kata Violet. Dia cukup pengertian dan tidak terlalu ingin mengetahui tentang seseorang.
"Ayo aku tunjukkan kamar mu," katanya sambil membawa Ryan menuju lantai dua dan menyuruhnya untuk memilih kamarnya sendiri.
Ryan memilih sebuah kamar paling ujung di mana dia bisa memperhatikan bagian depan Villa dengan leluasa dari atas.
Violet tersenyum. Kemudian dia berkata. "Nanti aku akan membawamu untuk membeli pakaian. Pakaian yang kau kenakan ini, maaf sebelumnya, tapi di era sekarang ini, dimana setiap orang terlalu materialistis, dengan pakaian yang tidak sampai lima puluh Dollar ini, kau hanya akan jadi bahan olok-olokan orang lain,"
Ryan memperhatikan pakaiannya. Baginya, tidak ada yang salah dengan pakaiannya. Dasar Violet tidak bisa melihat saja pakaian yang dia kenakan ini adalah produk dari kemiliteran. Punya uang pun belum tentu bisa membelinya. Ada lapisan logam lentur pada tengah-tengah baju yang dia kenakan ini. Andai terkena peluru nyasar pun, tidak akan berdampak pada keselamatannya. Tapi karena niat baik dari gadis ini, dan untuk menghormatinya, Ryan pun mengangguk saja.
"Ryan. Apakah kau pernah menjalani program wajib militer?" Tanya Violet sambil duduk.
"Ya. Sebenarnya bukan wajib militer, tapi lebih ke sebagai instruktur bagi prajurit yang baru lulus. Atau sederhananya, pelatih bagi pasukan cadangan," jawab Ryan apa adanya.
"Wow. Berarti kau bisa bela diri dong? Apa basis beladiri mu? Taekwondo, karate, atau kungfu?"
"Semuanya. Aku menguasai Jiu Jitsu, Sanda, Sambo, juga beberapa aliran silat lainnya. Cukup lah untuk membela diri sendiri,"
"Membelaku?"
"Ya kalau ada yang berniat untuk mencelakai mu, tentunya aku tidak akan tinggal diam,"
"Bagus. Kalau begitu, gaji mu naik dua ribu dollar lebih tinggi. Selain jadi pacar pura-pura, sekalian kau menjadi bodyguard untuk ku. Bagaimana?"
"Violet. Apakah aku harus dia puluh empat jam berada di sisimu?" Dengan gadis bawel seperti Violet ini berada di sisinya, dapat dipastikan kupingnya akan bernanah setiap hari.
"Tidak juga. Kau bebas melakukan apa saja. Hanya saja ketika aku memerlukan mu, kau harus lebih memprioritaskan diriku dibandingkan dengan yang lainnya,"
Ryan merasa lega atas jawaban dari gadis ini.
"Hmmm. Anggap saja aku sedang berbuat kebajikan," pikirnya dalam hati.
padahal ceritanya Sangat Bagus
kereen banget .
lope lope utk mu Thor..
suka banget dgn sifat Ryan..