............. Call Me Jade ..........
" Tetaplah seperti ini Jade, sebentar saja, ijinkan aku melepas rinduku." Lirih pria itu ditelingaku sambil melingkarkan tangannya di perutku.
Aku tahu ini salah, hatiku mengakuinya. Tapi kenapa tubuhku berkata lain, aku bahkan membalas perlakuannya.
Aku membalikkan tubuhku, hingga kami saling berhadap-hadapan. Aku menatap indah manik matanya mencoba mencari kebohongan di sana tetapi aku tidak menemukannya. Hanya pancaran kasih sayang dan ketulusan yang aku dapatkan.
Dia semakin mendekatkan wajahnya, kemudian mengecup keningku lama....
Penasaran kan dengan kisah lanjutnya?
Ikuti terus updatenya yuuukk 👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Esma_04, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Meeting antara Noor Silk dengan Qiao Grup berjalan lancar dan membuahkan MOU yang sempurna.
Sebenarnya ini adalah jalan yang sengaja disiapkan oleh orang tuanya Jade agar lebih leluasa dalam memantau sepak terjang Jade di Melbourne tanpa dicurigai.
Qiao Grup sebenarnya adalah perusahaan yang bergerak di bidang farmasi dimana Arta dan Suchen alias kakek dan nenek Jade yang menjadi pendirinya.
( Cukup sampai sini spill nya ya Readers..., yang kepo mampir aja di sequelnya: Ambillah Darahku, Mr.Ong )
Selesai meeting, Dandy menahan dr.Steven karna ada yang harus mereka bicarakan dan mereka berniat pulang ke mansion Dandy.
" Tuan..., tadi tuan besar menelepon dan meminta Tuan untuk menemani nona Shanum berbelanja kebutuhannya."
Shawn berusaha memberitahukan amanah dari Tuan Besarnya sebelum bossnya itu benar-benar pulang.
" Are you kidding ?"
Dandy membeo.
" Maaf Tuan saya tidak berani. Saya hanya menyampaikan pesan Tuan Besar katanya takut nona Shanum kenapa-napa."
Dandy hanya tersenyum smirk lalu merogoh saku celananya dan mengambil dompet, kemudian dia mengambil salah satu kartu platinumnya dan memberikan kepada Shawn.
" Kau temani dia, gunakan kartu itu untuk membayar belanjaannya. Pinnya sama seperti kartu yang biasa kau gunakan."
Dandy segera melanjutkan tujuannya kembali pulang sambil mengajak dr.Steven.
Tak butuh waktu lama, mobil yang dikendarai Dandy sudah memasuki halaman mansionnya. Dia mengajak dr.Steven langsung ke ruang kerjanya.
" Katakan ada apa, Boy.."
dr.Steven memulai percakapan.
" Aku merasa semakin hari, dadaku semakin sesak dan terkadang sangat sulit untuk sekedar menelan air putih."
Dandy mulai mengutarakan apa yang dia rasakan.
" Kau sudah tahu kan jika Jade sudah berusia 18 tahun?"
dr.Steven mencoba mencari jalan keluar yang terbaik.
" Ya..Jade sudah mengatakannya. Dan aku juga sudah mengatakan jika kami sudah menikah."
" Apa kalian tidur bersama?"
dr.Steven mengamati mimik wajah Dandy mencoba menelisiknya dengan teliti.
" Aku tidak berani."
Dandy berkata jujur.
Dr.Steven menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa. Dia sudah berusaha meracik obat untuk penawar racun Dandy tapi belum juga berhasil sampai sekarang.
" Boy...apa kau butuh bantuanku untuk meminta Jade melakukannya?"
" Tidak Paman aku tidak mau membuatnya tertekan. Tapi bisakah paman meresepkanku suatu obat atau semacamnya?"
" Tidak bisa boy...kecuali ibu kandungnya Jade masih hidup maka kita bisa meminta bantuannya."
Jawaban dr.Steven berhasil melahirkan sedikit kelakar diantara keduanya.
Mereka tidak tau saja jika author yang menyembunyikan keberadaan ibu kandungnya Jade. Xi...xi...xi....
" Tapi ada sedikit pereda rasa nyeri untuk rasa sesakmu."
dr.Steven menyeringai tipis.
" Jangan racuni aku dengan rencana mesummu, Paman."
" Ha....ha....ha...."
dr.Steven terbahak menyaksikan kepasrahan seorang CEO muda ini.
" Tapi saranku, lakukan pendekatan yang lebih intim jika kau benar-benar ingin segera sembuh. Ingatlah, waktumu hanya 3 bulan dan sekarang sudah berjalan hampir 3 minggu sejak insiden itu."
" Tapi aku takut Jade akan salah paham, Paman."
" Dandy...dengarkan Paman. Lebih baik kau jujur saja dan katakan semuanya pada Jade dengan lembut."
" Tapi bagaimana caranya aku membuat Jade terangsang jika dia sama sekali tidak memiliki perasaan kepadaku, Paman. Sementara yang kita butuhkan adalah penyatuan secara alami."
dr.Steven tampak menyugar rambutnya kasar. Dia tidak tau bagaimana caranya untuk membuat Jade mau melayani Dandy dalam posisi "tinggi" secara alami.
Tanpa mereka sadari, jika di bawah meja kerja ada Jade yang sedang bersembunyi dan mendengarkan semua perkataan mereka dari awal.
Jade tahu jika dalam dirinya ada racun alami sejenis bisa ular seperti yang dikatakan ibunya dalam surat wasiat itu.
Tapi perihal Dandy yang membutuhkan penyatuan dengannya untuk kesembuhan penyakitnya, dia justru baru tahu.
Tapi yang ada dalam pikiran Jade adalah: bukankah mereka sudah pernah melakukan one night stand ? Lalu jika memang tujuan Dandy saat itu adalah demi kesembuhannya, kenapa dia masih tetap sakit.
Lalu dengan dr.Steven, kenapa dia seolah tahu banyak tentang kehidupannya.
Siapa sebenarnya dia.
" Baiklah Boy..sepertinya aku harus pulang sekarang, ini sudah sore."
dr.Steven berpamitan pada Dandy dan Dandy segera menelepon supir pribadinya di mansion untuk mengantarkannya pulang ke apartemennya.
Setelah kepergian dr.Steven, Dandy membuka rekaman CCTV berniat mencari tahu dimana keberadaan Jade sekarang.
Dandy mengakses CCTV kamar Jade tapi tak terlihat ada tanda-tanda gadis itu di sana.
Hingga dia mengecek ke CCTV ruangan di sekitar kamar Jade tetapi tetap saja nihil.
Dandy memutar otak, mencoba mengamati rekaman CCTV di kamar Jade dengan memundurkan waktu sejak 2 jam yang lalu.
Dia melakukan fast preview hingga mendapatkan Jade yang sedang berjalan keluar dari kamar kemudian menuju dapur dan berbincang dengan Bik Anne setelah itu mereka berdua nampak memasuki ruang kerjanya.
Bik Anne keluar dari ruang kerja dan membiarkan Jade menyelesaikan tugas sekolahnya hingga nampaklah selembar kertas yang terjatuh dan Jade mengambilnya.
Belum sempat Jade terlihat berdiri, tiba-tiba muncullah rekaman dirinya dan dr.Steven yang memasuki ruang kerja.
Dandy kemudian mematikan rekaman CCTV dan meletakan ponselnya di atas meja kaca di samping sofa.
Dia berjalan mendekati meja kerjanya dan menyingkirkan kursi kebesarannya.
Dandy berjongkok dan melihat Jade sedang menelungkupkan wajahnya di antara kedua lututnya.
" Apa kakimu tidak kram ?"
Dandy mengulurkan tangannya untuk membantu Jade keluar tetapi Jade justru meluruskan kakinya dan merapatkan kepalanya ke sisi kaki meja.
Jade memejamkan matanya erat berniat pura-pura pingsan karna malu kepergok menguping pembicaraan mereka.
" Jade..... Ong Kah Suan. Keluarlah.."
Dandy yang rupanya memahami kekalutan Jade segera beranjak dari ruangan itu dan menuju kamarnya.
Dandy baru saja ingat, jika dia baru saja membahas hal-hal yang tabu diantara keduanya.
Setelah merasa Dandy sudah keluar, Jade mulai bergerak perlahan kemudian mengemasi makalahnya yang sudah selesai di print.
Dia berjalan gontai menuju kamarnya dan terus saja memikirkan percakapan antara Dandy dan dr.Steven.
Jade meletakkan makalahnya di atas meja nakas lalu ke kamar mandi untuk membasuh mukanya.
Dia mengamati tampilan wajahnya di cermin dan kembali memikirkan apa yang harus dia lakukan sekarang.
Dia benar-benar tidak tau apq yang sebenarnya terjadi hingga dia mencoba memantapkan hatinya dan melangkah ke kamar Dandy lewat jalur taman mawar.
Jade melihat Dandy yang sedang duduk di kursi balcony sambil berkutat dengan laptopnya.
" Mas...boleh aku duduk?"
Jade memberanikan diri mendekati Dandy.
" Hm"
Hanya deheman yang keluar dari bibir Dandy.
" Mas...aku tadi mendengar semuanya."
Dandy menghentikan aktifitasnya lalu menatap Jade intens.
" Lalu...?"
" Apa yang sebenarnya terjadi ?"
Jade mencoba membuka hati untuk mempercayai apapun jawaban Dandy nantinya.
" Apa kau sudah makan ? Mau dinner di luar malam ini ?"
Dandy justru mengalihkan atensi Jade yang kini membuat jantungnya semakin berdetak tak karuan.
Dandy sengaja pergi menjauhi Jade, tapi sekarang justru Jade yang menghampirinya dan kembali mengungkit hal tabu itu.
Jade menatap manik mata Dandy tajam. Tak ada lagi rasa canggung di sana. Jade hanya menginginkan jawaban perihal penyakit Dandy yang kata dr.Steven hanya bisa disembuhkan jika mereka melakukan penyatuan.
" Apa kau percaya padaku? "
Dandy memegang erat kedua bahu Jade.
" Apa mas pikir aku sedang mengadu nasib saat mengikuti mas ke sini hingga mas mempertanyakan hal itu ?"
Dandy menghela napasnya panjang.
" Apa kau mencintaiku seperti aku yang menginginkanmu selama sepuluh tahun lebih?"
" Sepuluh tahun...?" Jade terbengong mendengar pernyataan Dandy.
" Apa kau ingat jika kau pernah menyelamatkan seorang pria yang digigit ular sekitar 10 tahun yang lalu? "
Dandy mendekatkan kursinya hingga kini mereka berhadap-hadapan.
" Digigit Ular ?"
Jade mencoba mencari kepingan-kepingan masa lalu itu dalam ingatannya tetapi dia justru mengingat mimpinya yang melihat Dandy memuntahkan darah saat dikerumuni ular-ular berwarna ungu saat insiden One Night Stand itu.
" Ular Ungu.....aku hanya mengingat mimpi itu." Jade menggelengkan kepalanya dan memastikan jika dia tidak mengingat hal lain apapun selain mimpi-mimpinya bersama Dandy.
______________ TBC ______________