Balas dendam seorang perempuan muda bernama Andini kepada mantan suaminya yang pergi karena selingkuh dengan janda muda kaya raya.
Tapi balas dendam itu tidak hanya kepada mantan suaminya, melainkan ke semua lelaki yang hanya memanfaatkan kecantikannya.
Dendam itu pun akhirnya terbalaskan setelah Andini membunuh dan memutilasi semua pria yang coba memanfaatkannya termasuk mantan suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tresna Agung Gumelar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Setelah menelfon ibunya, Andini kembali ke rumah makan dan terus mengelap air matanya. Matanya sedikit sembap dan mukanya sedikit memerah.
Ketika sampai di dalam Andini menjadi melamun. Dia duduk di tempat bangku pelanggan.
"Dini, Kamu habis nangis?"
Tanya bude Rini yang menghampiri sambil memegang pundak Andini.
"Iya, barusan aku habis menelfon ibu di kampung."
"Hmm, mereka baik-baik saja kan di sana?"
"Mereka Baik-baik saja ko Alhamdulillah, aku jadi kangen saja bude makanya sedikit sedih."
"Yasudah jangan nangis lagi ya, kamu istirahat dahulu saja tenangin diri kamu, masuk gih ke dalam jangan di sini."
"Enggak ah, justru kalau aku istrahat jadi kefikiran terus, nanti tambah sedih yang ada."
"Yaudah kalau gitu senyum lagi ya jangan nangis, nanti disangka orang bude sudah marahin kamu lagi."
"Iya nggak sedih lagi kok, aku senyum deh sekarang"
Ucap Andini sambil sedikit tersenyum.
"Hmmm dasar"
Singkat cerita malam pun tiba, sekitar pukul 20:00 Andini pulang dan sudah berada di rumah, ketika dia sedang beristirahat dan rebahan di dalam kamarnya, dia tiba-tiba mendapatkan telepon dari Jaka, ojek daring yang sudah dia suruh untuk selalu memantau kegiatan Sandy sehari-hari.
Andini pun langsung mengangkat telepon tersebut.
"Hallo!!."
"Iya Hallo mbak, aku punya kabar baru nih."
"Kabar apaan Jaka?"
"Ya tentang Sandy lah mbak, masa tentang aku haha"
Jaka yang mulai berani becanda.
"Yee kamu ini yaaa malah becanda, yaudah bilang ada kabar apa hari ini?"
"Em begini mbak, barusan kan aku habis antar customer, kebetulan jarak rumahnya nggak terlalu jauh dari rumah Sandy, yaudah aku sekalian mampir kan. Nah setelah sampai di sana aku melihat Sandy dan Lita sedang berantem sampai kedengeran ke luar rumah, aku sempet rekam sih tetapi suaranya nggak terlalu jelas nanti aku kirimin deh mbak."
"Waduh, terus terus?"
"Terus tak lama mereka berantem sampai keluar rumah, yang parah sih Lita sampai di dorong gitu sampai jatuh, kemudian dia menangis, tetapi Sandy nggak peduli sama sekali, dia malah langsung pergi membawa mobilnya, nggak tahu sih pergi kemana aku nggak sempet ngikutin mbak, aku nggak tega melihat Lita soalnya, aku langsung menolongnya soalnya takut dia kenapa-napa."
"Gila sih ya itu manusia memang gak tahu diuntung, padahal tanpa Lita dia cuma gembel bukan siapa-siapa. Terus kamu ngobrol dong dengan Lita?"
"Iya, tapi Lita nggak terlalu banyak bicara sih mbak, dia hanya bilang makasih dan aku membantunya sampai masuk ke dalam, kemudian aku langsung pulang dari situ juga. Tetapi tenang saja Lita baik-baik saja ko mbak."
"Hmmm syukur deh kalau dia baik-baik saja, yaudah Jaka makasih yah atas infonya, kamu pantau terus saja ya kalau kamu lagi ada waktu luang."
"Iya mbak Andin siap, tetapi aku juga gatal mbak ngeliat kelakuan lelaki seperti itu, rasanya ingin menghajar saja tadi juga."
"Ehh jangan dulu gegabah ya, dia itu orang licik, kalau kamu berani macam-macam dia bakal nuntut kamu yang enggak-enggak nanti, mau memang kamu nanti dilaporin ke polisi sama dia?"
"Ih amit-amit mbak, terus masa kita cuma mantau saja sih nggak ngelakuin apa-apa, hmmm."
"Ya sabar lah Jaka, itu nanti urusan saya, kamu tinggal turutin saja apa yang saya bilang."
"Hmmm oke deh, orang seperti itu harusnya mati mbak nggak boleh ada di dunia ini, istri cantik kaya begitu masih saja di sia-siakan, gila kali ya itu orang."
"Ah kamu udah jangan dahulu kebawa emosi. Tenang dulu yaa, Jangan gegabah sekali lagi saya ingetin. Awas!"
"Hmmm iya deh. Sabar sabar."
Jawab Jaka sambil mengelus dada
"Kamu sekarang di mana?"
"Aku lagi ngopi mbak di starling pinggir jalan, apa aku ikutin Sandy saja mbak malam ini?"
"Nggak usah. Ini udah malam, nanti saya pantau saja di GPS, lagian kalau kamu ikutin dia nggak akan bener kalau sudah jam segini, bahaya ah."
"Hmm oke deh, yasudah mbak, itu saja sih yang mau saya sampein untuk hari ini."
"Yaudah, makasih ya Jaka, kamu pulang istirahat saja, ini kan sudah malam nanti istri kamu nyariin lagi."
"Ah aku ini masih bujangan mbak, jadi bebas mau pulang jam berapa juga, hehe."
"Ohhh kirain sudah menikah, sorry sorry aku nggak tahu."
"Iya nggak papa, mbaknya sendiri sudah menikah?"
"Belum saya juga,"
"Ohh sama dong ya berarti. Kiw kiw."
Jaka yang sedikit genit.
"Tetapi saya sudah punya pacar ya gausah genit kamu."
"Haha.. Iya enggak lah mbak, saya juga sadar diri mbaknya kan cantik begitu."
"Yee udah ah nggak usah dibahas."
"Em.. Yaudah deh mbak, nanti aku kabarin lagi ya, mbak juga istirahat ya, selamat malam mbak."
"Iya Jaka makasih, kamu hati-hati ya, selamat malam juga."
"Oke mbak siap sama-sama."
Setelah selesai menelfon, Andini langsung mengecek GPS di mobilnya Sandy, ternyata dia menuju sebuah apartemen di daerah kota.
"Hmmm sepertinya dia menuju tempat tinggal selingkuhannya, sejak kapan dia punya apartemen. Biadab sekali memang kamu mas, kali ini kamu memang benar-benar nggak bisa dibiarkan, harusnya cukup aku saja yang kamu khianati jangan sampai wanita lain pun menjadi korbannya. Sepertinya aku harus bergerak cepat agar tidak banyak lagi korban selanjutnya setelah aku dan Lita"
Andini berbicara sambil memegang pisau yang dia selalu taruh di bawah bantalnya.
Saat itu juga, Andini langsung chat Jaka agar besok dia menuju apartemen yang saat ini Sandy ada di sana, biar dia memantau kegiatan Sandy selama di sana.
Setelah itu Andini langsung beristirahat dan tidur, sebenernya dia ingin sekali menelfon Indra tetapi dia nggak mau mengganggunya dulu, Andini juga takut Indra ke rumahnya karena dia pasti dalam masa ketagihan ingin terus berduaan dengan Andini.
Keesokan harinya
Pukul enam pagi Andini sempat ke belakang rumah, saat ini kuburan Badrun dan Dena di halaman belakang rumahnya sudah mulai ditumbuhi rumput liar, sehingga sudah tidak mungkin orang bisa mengetahui tentang hal ini, bahkan dia memfokuskan pandangannya ke arah tanah yang masih kosong di sebelah kuburan mereka berdua.
"Hmmm sebentar lagi di sebelah sini adalah tempat peristirahatan terakhir kamu mas, kamu harus mati di tanganku, kemudian aku bakalan hidup tenang setelah ini bersama Indra laki-laki yang benar-benar tulus mencintaiku, tak seperti dirimu yang hanya ingin memanfaatkan tubuhku saja."
Amarah Andini sedikit memuncak pagi itu.
Setelah itu Andini sarapan di tengah rumah sambil ditemani telepon dari kekasihnya yaitu Indra.
"Andini, nanti aku samper ke rumah ya, kita berangkat bersama-sama."
"Boleh sayang, kamu ko nggak sarapan sih?"
"Nanti saja deh aku di sekolah sarapannya, mendengar suara kamu pagi ini saja sudah membuatku sedikit kenyang dan semangat."
"Ah kamu gombal, mana ada kenyang karena itu."
"Beneran, kamu itu semangat aku saat ini, apalagi kalau sudah bertemu, bahagia sekali rasanya."
"Iya deh aku percaya, tetapi kamu tumben semalem nggak chat atau telepon aku? kamu nggak bosan kan sama aku?"
"Mana bisa aku bosan sama kamu. Aku takut ganggu kamu bukannya nggak mau kabarin, nanti yang ada aku ingin ke sana lagi seperti waktu itu, dan pasti kejadian lagi."
"Dih, aku sudah tebak sih pasti kamu takut kejadian lagi."
"Iya lah, apalagi kan kamu suka menggodaku."
"Ah kamu saja yang gampang kegoda sekarang."
"Lelaki mana sih yang gak tergoda sama kamu, aku saja yang sudah berusaha menahannya nggak bisa."
"Hmm, tetapi kamu senang kan?"
"Senang lah, senang sekali."
"Terus mau lagi?"
"Nggak tahu kalau itu hehe."
Jawab Indra yang sedikit malu-malu.
"Ye malu-malu ya.. Aku nggak mau ajak kamu duluan, mulai saat ini harus kamu duluan yang minta."
"Ah mana aku berani hmm."
"Ya sudah, lihat saja nanti seberapa kuat sih kamu aku ingin tahu."
"Hmmm udah ah masih pagi udah bahas itu."
"Bilang saja takut kegoda, iya kan?"
"Ngeselin ya, awas nanti kalau kita ketemu."
"Awas apa?ayo mau apain aku?"
"Mau aku colek-colek."
"Oh berawal dari colek-colek nihh?"
"Hmmm udah ah udah."
"Haha lucu ya kamu ini, padahal nggak papa sebenernya."
"Jangan terlalu sering ah, kita kan belum menikah, selain itu aku takut ada orang yang curiga."
"Hmm, yaudah deh terserah kamu sayang. Nanti siang makan di warung makan lagi ya, aku senang kalau kamu ada di sana."
"Iya siap, tetapi lauknya jangan itu saja."
"Ya terus apa?, cuma itu kan yang aku tahu makanan kesukaan kamu."
"Aku lagi ingin telur dadar tetapi di masaknya dadakan begitu, terus ada cabai rawitnya bisa gak kira-kira?"
"Bisaa dong, itu saja?"
"Iya itu saja, yang lainnya gampang deh nanti aku pilih langsung saja di sana."
"Hmm. Oke deh siap."
Setelah selesai sarapan, pukul 07:45 Andini keluar dari rumahnya, tanpa Andini sadari ternyata Indra sudah menunggunya di depan rumah.
"Hai"
"Indra. Kamu ngagetin saja, hmmm"
Andini kaget karena tiba-tiba Indra ada di belakangnya saat ia sedang mengunci gerbang.
"Maaf sayang, sini sini aku saja yang kunci gerbangnya!"
"Hmm yaudah nih, pantesan chat aku nggak dibales ternyata kamu udah ada di sini."
"Tadinya aku mau chat dulu waktu mau berangkat tetapi gak jadi udah kangen nggak kuat."
"Yee, tapi kan kita cuma berangkat bareng saja Dra sebentar ketemunya juga."
"Ya nggak papa, melihat kamu senyum pagi ini saja aku sudah puas ko."
"Hmmm yang bener?"
"Iya beneran sayang. Lagian nanti siang juga kita bakal bertemu lagi."
"Kamu ini memang beda ya, jadi makin sayang aku sama kamu."
"Syukur deh kalau makin sayang. Ayo ah kita berangkat, nih kuncinya!"
sambil memberikan kunci rumah.
"Hmm yaudah ayo."
Mereka pun berjalan sambil mengobrol.
"Din, kamu nggak papa kan aku antar hanya jalan kaki begini tiap hari?"
"Ya memangnya kenapa?, aku nggak pernah permasalahkan itu loh."
"Sebenernya aku ada tabungan tadinya buat beli sepeda motor, tetapi setelah aku pikir-pikir mending buat nambahin biaya pernikahan kita nanti, maafin aku ya sayang."
"Aku kan sudah bilang, aku nggak pernah permasalahkan tu sayang. Lagian tempat kerjaku juga dekat masih bisa dijangkau dengan jalan kaki, sudah uangnya tabung saja ya, lagian kan setelah menikah juga rencananya kita nggak akan tinggal di sini lagi."
"Hmm. Aku takut saja kamu lama-lama capek di ajak jalan kaki terus."
"Apaan sih Dra. sudah ah jangan bilang begitu aku nggak suka, aku jatuh cinta sama kamu karena selama ini kamu baik sekali kepadaku, aku nggak akan menilai kamu dari segi apa pun, yang jelas aku nyaman sama kamu."
"Hmm, makasih ya Din, ternyata masih ada ya wanita tulus seperti kamu. Memang bodoh laki-laki yang dahulu sudah menyia-nyiakan wanita setulus dan secantik kamu ini."
"Ah kamu ini, udah ya kita fokus sama hubungan kita saja nggak usah bahas yang lain."
"Iya sayang. Boleh aku cium gak sih?"
"Ehh jangan, banyak orang juga di sini. Tuh kan udah mulai nafsuan ya sekarang kamu."
"Kok nafsuan sih, aku ingin cium juga karena aku sayang bukan nafsu hmmm."
"Haha. Udah ah nggak usah cium dulu. Sabar yaa, nanti aku kasih lagi deh lebih dari cium tetapi nggak sekarang."
"Hmmm tuh kan kamu yang ngajak terus."
"Oh iya ya aku lupa hehe"
"Hmmm dasar."
Setelah berpisah dengan Indra karena mereka berbeda arah. Andini sempat membuka handphone dan Andini menerima chat dari Lita.
"Pagi kak. Aku boleh minta tolong?"
Andini langsung membalas.
"Iyaa. kenapa ya?"
"Semalam aku berantem besar dengan mas Sandy, aku menanyakan siapa perempuan yang selama ini dia temui. Tetapi dia tetap tidak mau mengakuinya, dia hanya terus bilang kalau itu adalah rekan bisnisnya, malah dia marah bahkan aku sampai di cekik dan di dorong jatuh ke lantai."
"Ya ampun, saya sudah bilang kan Lita, kamu sabar dulu. Kita itu belum cukup bukti, manusia seperti dia mana mudah untuk mengakuinya."
"Aku sudah tak tahan Kak dengan kelakuannya, selama ini aku bela-belain berkorban segalanya untuk dia, tetapi balasannya malah seperti ini. Padahal belum juga satu bulan kami menikah."
"Iya saya mengerti. Yasudah maunya kamu sekarang apa?"
"Aku ingin dia dapat pelajaran yang setimpal Kak, aku sudah sama sekali tidak mencintainya lagi. Aku sangat sudah kecewa. Kakak boleh lakuin apa saja terhadapnya aku rela. Asal dia dapat balasan yang setimpal, aku nggak mau dia bahagia dengan hasil dari memeras hartaku. Aku bakal bayar berapa saja bila kakak bisa melakukannya."
"Baiklah, saya akan lakukan itu, apa perlu dia harus mati?"
"Hmmm. Sebenarnya kakak ini siapa sih, sebegitu dendam kah kakak juga kepadanya?"
"Nanti juga kamu tahu sendiri Lita aku ini siapa."
"Kakak selalu saja jawab seperti itu. Terserah kakak mau lakuin apa saja, asal semuanya aman dan kita berdua tidak terlibat sama sekali di dalamnya nanti."
"Itu bisa saya atur, kamu nggak perlu khawatir. Tetapi saya butuh waktu, karena saya juga ingin menyiksanya dahulu sebelum dia mati di tanganku."
"Hmmm. Yasudah, sekarang saya kirim biayanya ya Kak buat transportasi, anggap saja ini DP, bila berhasil kakak boleh minta berapa saja kepadaku."
"Baiklah, kamu nggak perlu khawatir. Sandy pasti akan hancur di tanganku."
"Hmmm iya Kak aku percaya."
Andini sebegitu yakinnya bahwa dia bisa membunuh Sandy. Dia sudah merencanakannya dari semenjak Sandy menceraikan dan mengusirnya dari rumah.
Wajah Andini menjadi memerah dan sudah tidak sabar ingin membalas semua kejahatan Sandy terhadapnya juga kejahatannya kepada Lita. Kini Andini mengepalkan tangannya dengan wajah yang sangat kesal dan marah.
Tak lama Andini juga dikirimkan uang oleh Lita yang lumayan besar yaitu sebesar 30 juta. Andini kaget ternyata Lita bisa segampang dan sepercaya itu kepada Andini.
Mungkin tanpa Andini, Lita tidak akan tahu tentang sifat asli Sandy yang sangat busuk. Makanya Lita menganggap Andini orang yang sudah berjasa kini dalam hidupnya.
"Padahal aku gak butuh uang sebanyak ini untuk rencanaku Hmmm.
Tetapi uang ini bisa aku gunakan untuk membelikan indra motor. Kasian juga dia selalu ngeluh bila mengantar ku dengan berjalan kaki, mungkin ini sudah rezekinya kamu Dra, Sabar ya sayang, pasti kamu senang bila aku kasih kejutan nanti
Ucap Andini dalam hatinya sambil tersenyum.
bisa saja. semangat./CoolGuy/
padahal di simpan disitu terus.
selama saya di perantauan, sakit di paksain sehat, lapar di paksain kenyang, ngantuk di paksain semangat,ada masalah di pendam, uang yang gak cukup di cukupin, dan berbagai hal lain./Frown/
tapi walaupun begitu saya mendukung Andini bijak, dan jujur tapi tidak terkejut juga karena alasan nya sama dengan saya.