Karena sebuah mimpi yang aneh, Yuki memutuskan untuk kembali ke dunia asalnya. Walaupun Dia tahu resikonya adalah tidak akan bisa kembali lagi ke dunianya yang sekarang. Namun, saat Yuki kembali. Dia menemukan kenyataan, adanya seorang wanita cantik yang jauh lebih dewasa dan matang, berada di sisi Pangeran Riana. Perasaan kecewa yang menyelimuti Yuki, membawanya pergi meninggalkan istana Pangeran Riana. Ketika perlariaannya itu, Dia bertemu dengan Para Prajurit kerajaan Argueda yang sedang menjalankan misi rahasia. Yuki akhirnya pergi ke negeri Argueda dan bertemu kembali dengan Pangeran Sera yang masih menantinya. Di Argueda, Yuki menemukan fakta bahwa mimpi buruk yang dialaminya sehingga membawanya kembali adalah nyata. Yuki tidak bisa menutup mata begitu saja. Tapi, ketika Dia ingin membantu, Pangeran Riana justru datang dan memaksa Yuki kembali padanya. Pertengkaran demi pertengkaran mewarnai hari Yuki dan Pangeran Riana. Semua di sebabkan oleh wanita yang merupakan bagian masa lalu Pangeran Riana. Wanita itu kembali, untuk menikah dengan Pangeran Riana. Ketika Yuki ingin menyerah, sesuatu yang tidak terduga terjadi. Namun, sesuatu yang seharusnya menggembirakan pada akhirnya berubah menjadi petaka, ketika munculnya kabar yang menyebar dengan cepat. Seperti hantu di malam hari. Ketidakpercayaan Pangeran Riana membuat Yuki terpuruk pada kesedihan yang dalam. Sehingga pada akhirnya, kebahagian berubah menjadi duka. Ketika semua menjadi tidak terkendali. Pangeran Sera kembali muncul dan menyelamatkan Yuki. Namun rupanya satu kesedihan tidak cukup untuk Yuki. Sebuah kesedihan lain datang dan menghancurkan Yuki semakin dalam. Pengkhianatan dari orang yang sangat di percayainya. Akankah kebahagiaan menjadi akhir Yuki Atau semua hanyalah angan semu ?. Ikutilah kisah Yuki selanjutnya dalan Morning Dew Series season 3 "Water Ripple" Untuk memahami alur cerita hendaknya baca dulu Morning Dew Series 1 dan 2 di profilku ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vidiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9
Mereka berjalan tanpa henti selama satu minggu. Berjalan dengan cepat, menuju Argueda. Sebelum Pangeran Riana menyadari bahwa Yuki bersama para prajurit Argueda.
Angin malam semakin menggigit, suhu udara semakin dingin seiring mereka semakin dalam memasuki hutan. Panglima Arden tetap memacu kudanya dengan kecepatan yang konsisten, tapi kali ini dengan kecemasan yang jelas terlihat di wajahnya. Yuki yang duduk di depannya mulai menunjukkan tanda-tanda kritis—napasnya tersengal, tubuhnya menggigil parah, dan kulitnya semakin pucat.
Panglima Arden berbisik cemas, sambil mengatur posisi Yuki di depannya. “Bertahanlah, Putri… Kita hampir sampai.”
Yuki bergumam lemah, suara kecilnya hampir tidak terdengar di tengah gemerisik pepohonan yang dilalui mereka.
Yuki dengan suara lemah, dan kesadarannya turun naik. “Di mana aku…”
Panglima Arden merasakan dahi Yuki dengan punggung tangannya. Panas tubuhnya semakin tinggi, dan kondisinya semakin lemah. Dia tahu mereka tidak punya banyak waktu.
Panglima Arden berbisik penuh tekad. “Kita akan segera sampai. Bertahanlah Putri, Pangeran Sera sudah menyiapkan jalur pelarian.”
Panglima Arden mengarahkan kudanya ke jalur sempit yang jarang dilalui, menembus celah-celah tersembunyi yang hanya dia dan pasukannya ketahui. Ini adalah jalur rahasia yang akan membawa mereka keluar dari wilayah Garduete tanpa diketahui oleh pasukan Pangeran Riana.
Yuki hanya bisa merespons dengan gerakan lemah, matanya setengah tertutup, kesadarannya semakin kabur. Hatinya terasa remuk, campuran antara rasa sakit fisik dan luka emosional yang belum sembuh. Pandangannya buram, namun bayangan Pangeran Riana bersama Putri Marsha berulang kali mengganggu pikirannya, membuat jantungnya semakin lemah.
Yuki berbisik dengan lirih “… Aku… tidak bisa…”
Panglima Arden mendengarnya dan merasakan betapa beratnya kondisi Yuki saat ini. Dia bertekad untuk segera sampai ke perbatasan di Argueda. Setiap hentakan kuda, setiap langkah menuju jalan rahasia, terasa seperti pertarungan dengan waktu.
Panglima Arden dengan suara tegas dan fokus, namun lirih untuk menenangkan. “Kita akan segera sampai, Putri. Pangeran Sera telah mengatur semuanya. Tidak ada yang akan menemukanmu.”
Sementara itu, Pangeran Sera, dari tempat persembunyiannya, terus mendapatkan laporan dari para mata-matanya yang tersebar di istana Pangeran Riana. Dia tahu Riana pasti sedang menggila mencari Yuki, tapi Sera tidak akan membiarkan Riana mengambil Yuki begitu saja lagi. Jalur pelarian sudah dipersiapkan dengan rapi, dan dia siap menyambut Yuki di perbatasan.
...****************...
Yuki merasa tubuhnya semakin berat. Kesadarannya mulai pudar seiring tubuhnya terus menggigil hebat. Udara dingin menusuk tulang, sementara pergerakan kuda terasa seperti ombak yang terus mengguncang tubuhnya yang lemah. Matanya hanya setengah terbuka, tapi ia mulai merasakan kehadiran seseorang yang sangat familiar. Saat ia membuka matanya sedikit lebih lebar, sosok itu menjadi semakin jelas.
Yuki berbisik lemah, hampir tak terdengar “Pangeran…Sera…?”
Dari kejauhan, Pangeran Sera berlari mendekati Yuki. Wajahnya penuh kekhawatiran, langkahnya cepat dan mantap. Tanpa ragu, ia meraih Yuki dari pelukan Panglima Arden yang turun dari kudanya.
Dengan cepat tubuh Yuki berpindah, Yuki merasakan pelukan Pangeran Sera yang hangat di sekelilingnya, menenangkan tubuhnya yang menggigil hebat.
Pangeran Sera dengan suara lembut tapi tegas, penuh perhatian. “Aku di sini, Yuki. Kau aman sekarang.”
Yuki mencoba memfokuskan matanya, namun pandangannya semakin kabur. Hanya sosok Pangeran Sera yang terasa jelas di sekelilingnya, meskipun tubuhnya terasa berat dan kelelahan luar biasa. Ia merasakan detak jantung Pangeran Sera yang kuat saat tubuhnya dipeluk erat.
Pangeran Sera membawanya menuju kereta kuda yang telah disiapkan. Di dalam kereta, suasana hangat dan nyaman menyambut mereka, mengusir dingin yang menusuk tulang. Pangeran Sera dengan hati-hati meletakkan Yuki di tempat duduk empuk di dalam kereta, membungkus tubuhnya dengan selimut tebal. Wajahnya tetap serius, tapi ada kelegaan terlihat di matanya.
Pangeran Sera berbisik penuh perhatian. “Beristirahatlah. Kau akan segera pulih, aku akan menjagamu.”
Yuki mencoba membalas kata-katanya, namun kesadarannya semakin hilang. Mata Yuki perlahan menutup, suara Pangeran Sera menjadi semakin jauh. Tubuhnya menyerah pada kelelahan, namun dalam hatinya, dia merasa aman di dekat Pangeran Sera.
...****************...
Pangeran Riana berdiri tegak di hadapan para perompak hutan yang tersisa. Beberapa dari Mereka ditemukan tanpa nyawa didalam hutan. Wajah Pangeran Riana memancarkan kemarahan yang tak tertahankan. Para perompak itu telah diinterogasi dengan keras, dan mereka akhirnya mengakui bahwa mereka bertemu Yuki malam itu, namun tidak mengenali siapa dia. Mereka bahkan mengungkapkan niat busuk mereka untuk melecehkan Yuki sebelum menjualnya ke pasar gelap.
Mata Riana menyipit tajam saat mendengar pengakuan itu, tangannya mengepal keras hingga buku-buku jarinya memutih. Hanya bayangan dari apa yang hampir terjadi pada Yuki sudah cukup untuk membuat darahnya mendidih. Namun, kemarahan itu semakin memuncak saat mendengar perompak itu menyebutkan bahwa prajurit Argueda, dipimpin oleh Panglima Arden, datang dan menyelamatkan Yuki tepat waktu.
Riana menghela napas panjang, mencoba menenangkan gejolak di dadanya. “Kalau begitu, bisa dipastikan Yuki bersama mereka,” gumamnya dengan nada dingin dan tegas, lebih kepada dirinya sendiri.
“Mereka menelusuri setiap negara untuk mencari Ratu Isodele dan Putri Magitha yang dikabarkan menghilang bulan lalu,” kata Bangsawan Asry dengan tenang, “Tampaknya mereka tidak sengaja bertemu dengan Yuki didalam hutan dan mengubah rencana untuk membawanya ke Argueda. Aku mendengar laporan, Pangeran Sera beberapa hari yang lalu tiba-tiba memutuskan pergi ke perbatasan tanpa alasan yang jelas. Apakah itu untuk menjemput Putri Yuki?”
Riana terdiam sejenak, kemarahan yang terpendam bercampur dengan kekhawatiran yang semakin menumpuk. Tentu saja, Sera selalu berada di posisi yang tepat ketika Yuki membutuhkan bantuan. Seolah takdir telah membentuk garis antara mereka. Tapi pikiran itu membuat amarah Riana semakin membara.
Pangeran Riana mengangkat kepalanya, matanya tajam menatap Bangsawan Asry. “Aku tak akan membiarkan mereka membawa Yuki begitu saja. Siapkan pasukan tambahan. Kita akan bergerak malam ini dan memblokade setiap jalur yang menuju Argueda. Kita harus menghentikan mereka sebelum mencapai istana Sera.”
“Asry,” lanjut Riana dengan suara lebih rendah namun penuh ancaman, “jika perlu, kirim mata-mata kita untuk memastikan kita tahu setiap langkah mereka. Yuki adalah milikku, dan aku akan membawanya kembali, tak peduli apa yang terjadi.”
“Riana mungkin Kau perlu menjelaskan kesalahpahaman pada Yuki jika Kalian bertemu. Aku tidak yakin, sekarang Yuki mau bekerja sama ingin kembali ke Garduete. Dan itu akan menghambat semua rencana Kita membawanya” kata Bangsawan Voldermon yang sembari tadi terdiam.
Pangeran Riana berdiri di depan jendela, menatap ke luar dengan tatapan kosong, mendengar kata-kata itu. Sebuah senyum tipis, hampir pahit, tersungging di bibirnya. Dia tahu betul kesalahpahaman yang telah terjadi. Pertemuan di taman dengan Putri Marsha—yang seolah mengukuhkan pada Yuki bahwa dia hanyalah salah satu dari banyak wanita dalam hidupnya—adalah sesuatu yang tak pernah diinginkannya. Dan, Yuki tidak kembali dalam kemarahannya, memilih masuk ke dalam hutan daripada kembali untuk bertemu dengannya.
“Apa yang dia lihat hanyalah sekilas, potongan kecil dari sesuatu yang tidak berarti apa-apa.” Kata Pangeran Riana dingin.
“Tapi Yuki… dia merasa berbeda. Wanita memang melihat hal-hal dengan cara yang berbeda,” suara Bangsawan Voldermon menjadi lebih lembut seiring dengan pernyataan itu, tetapi ada ketegasan yang tak terbantahkan dalam nada bicaranya. “Apa Kau akan membiarkan kesalahpahaman ini bertahan lebih lama. Yuki harus tahu kebenarannya atau Kau akan kehilangan Dia, Jika Yuki benar bersama dengan para prajurit Argueda, sudah pasti, cepat atau lambat Sera akan menemukannya.”
Riana berjalan menuju meja, menunduk sebentar sebelum melanjutkan, “Jika Sera berpikir dia bisa menggunakan kesempatan ini untuk mendapatkan Yuki, dia salah besar. Aku tidak akan menyerah begitu saja.” Ada nada ancaman dalam suaranya, cerminan dari sifat keras kepala dan determinasi yang mendefinisikan dirinya.
Dia kembali menatap peta yang terbentang di depannya. “Aku akan menemukan Yuki dan menjelaskan semuanya. Sera mungkin mencoba menahannya di Argueda, tapi aku tidak akan tinggal diam. Yuki adalah milikku.”
“Tapi, Sedikitnya Kau bisa senang. Jika Yuki memiliki rasa cemburu padamu. Bukankah artinya Dia memiliki rasa untukmu ?” Kata Bangsawan Voldermon.
Pangeran Riana berhenti sejenak, wajahnya berubah sedikit lebih lembut saat mendengar ucapan Bangsawan Voldermon. “Cemburu, ya?” gumamnya dengan suara rendah, hampir seolah berbicara pada dirinya sendiri.
Dia menatap jauh ke depan, pikirannya berputar, merenungkan perasaan Yuki. “Jika Yuki benar-benar cemburu, itu berarti dia peduli…,” lanjut Riana pelan, matanya yang tajam seolah-olah mencoba memahami sesuatu yang baru.
Tapi kemudian, ekspresi tegasnya kembali. “Aku tidak bisa hanya bergantung pada perasaan itu. Aku harus memastikan Yuki tahu siapa yang sebenarnya di hatiku. Dia harus mengerti bahwa tidak ada wanita lain yang bisa menggantikannya.”
Bangsawan Voldermon tersenyum tipis, merasa bahwa kata-katanya mungkin sedikit membantu melunakkan hati Pangeran Riana, meski hanya sedikit. “Yuki mungkin belum sepenuhnya menyadari perasaannya sendiri,” kata Voldermon lagi. “Tapi itu artinya kau masih punya kesempatan. Hanya saja, jangan biarkan kebingungannya semakin dalam. Kau harus bertindak sekarang sebelum semuanya semakin sulit. Riana. Ingat ini, Setiap hari yang berlalu, Yuki semakin jauh darimu, dan semakin dekat pada Sera.”