Apa jadinya bila seorang gadis yang baru lulus SMA harus menjadi seorang ibu pada anak kembar 7 yang tidak sengaja ia temukan. mampukah gadis itu merawat anak kembar 7 itu sendirian? Atau malah di titipkan kepanti asuhan? temukan jawaban nya di novel ini. kalau penasaran baca yuk.
Cerita ini hanya lah fiktif semata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pembegal salah cari lawan.
.
.
.
Didepan si kembar Darmendra memasangkan cincin dijari manis Diva, Darmendra sangat senang ternyata orang yang selama ini ia cintai menerima lamarannya.
"Kalian sudah makan?" tanya Darmendra.
"Sudah sama Paman Agus." Ram.
"Dimana dia?" tanya Diva.
"Paman Agus menunggu di mobil," jawab Rakha.
"Ya sudah, kalian pulang bareng Daddy dan Mommy aja ya, nanti mobil Daddy biar Agus yang bawa." Darmendra.
"Baik Dad!" Raffa.
Akhirnya si kembar pulang bersama Daddy dan Mommy mereka, sedangkan Agus pulang sendiri. jam menunjukkan pukul 21: 00 WIB, tapi si kembar belum juga mengantuk.
"Besok hari Minggu kalian mau kemana?" tanya Diva.
"Gak tau nih, belum ada rencana." jawab Ram, dan diangguki oleh yang lain.
"Mommy mau ajak kita jalan jalan?" tanya Ren dengan mata berbinar.
"Mommy mau ke pantai, sepertinya asik." Diva.
"Sayang, kamu kok gak ngajak ngajak sih." Darmendra.
"Kami mau ikut, Mom." Rakha.
"Mommy memang ingin mengajak kalian berlibur." Diva.
"Hore....!" si kembar bersorak kegirangan.
"Sama Daddy juga kan Mom?" tanya Ram, Diva pun mengangguk.
"Daddy jangan merajut, Daddy juga diajak Mommy kok." ucap Ram, Darmendra pun tersenyum.
Tiba tiba mobil mereka dihadang oleh beberapa buah motor, yang mereka perkirakan adalah pembegal.
"Turun kalian, dan serahkan mobil dan uang kalian." ancam salah satu pembegal tersebut sambil menggedor-gedor pintu kaca mobil mereka. si kembar pun menjadi geram, apalagi Ray yang memang tidak suka kalau diganggu dengan cara seperti itu.
"Dimana mana selalu ada parasit." gumam Ray.
"Biar kami yang urus, Daddy dan Mommy duduk saja di dalam," ucap Roy, dan diangguki Daddy dan Mommy si kembar.
"Mari kita hajar mereka, mengganggu saja." kata Ray yang memang sudah geram sejak tadi.
"Hati hati mereka bawa golok," pesan Diva khawatir.
"Tenang Mom, anak anak Mommy bukan orang lemah, kami lelaki harus kuat." Rasya.
"Mommy tidak perlu khawatir dengan kami, satu markas mafia bisa kami hancurkan, apalagi cecunguk cecunguk seperti mereka." Rakha.
"Kalian jangan meremehkan lawan, ingat ada langit diatas langit. jadi jangan sombong." Diva.
"Sudahlah, putra kita pasti bisa atasi," Darmendra.
Para pembegal merasa diatas angin karena mengira mangsa mereka takut, pembegal itu terus saja menggedor-gedor kaca mobil. si kembar keluar dengan gagahnya, walaupun mereka masih kecil, tapi aura mereka sangat kuat sebagai sosok seorang pemimpin.
"Kenapa hanya anak kecil yang keluar? apa kalian pikir kita ngajak main petak umpet?" tanya pembegal itu.
"Kalian mau mobil kami? ambil aja kalau bisa?" Ren.
"Kalian enam orang, sedangkan kami tujuh orang kalian masih kalah jumlah." Roy.
"Kalian cuma anak kecil sok jago banget, apa yang bisa dilakukan anak kecil selain nangis?" ejek pembegal tersebut, mereka semua tertawa.
Ram mengeluarkan pistol biusnya tanpa sepengetahuan mereka lalu menembak salah satu dari pembegal itu.
Bruuk... satu pembegal jatuh keaspal dan tidak sadarkan diri. pembegal tersebut menghentikan tawanya seketika. mereka saling pandang dan menoleh kearah temannya yang sudah terkapar diaspal.
"Apa yang terjadi?" tanya salah satu dari mereka dengan heran, yang lain hanya geleng-geleng kepala.
"Majulah kalian bila ingin bernasib sama dengan dia," tunjuk si kembar pada orang yang sudah terkapar. Entah sejak kapan si kembar mengambil kunci motor mereka, tiba tiba saja kunci motor mereka sudah ada ditangan si kembar.
"Ram telpon polisi sekarang!" perintah Ray, Ram pun mengangguk.
"Kalian hanya parasit yang meresahkan masyarakat," ucap Ray dengan nada tegas.
"Kalian pikir kami takut dengan gertakan kalian? kalian itu hanya anak kecil yang...."
Bruuk.... belum sempat orang itu menyelesaikan kata katanya, orang itu sudah tumbang jatuh tidak sadarkan diri.
"Kini tinggal empat orang dari kalian, sudah pasti kalian kalah jumlah," Raffa.
"Menyerah atau kami hajar kalian?" Ray.
"Ah banyak bacot," pembegal itu menyerang si kembar, tapi dengan gesit si kembar menangkis saat pembegal itu meninju si kembar, ternyata pembegal tersebut juga punya sedikit ilmu bela diri. Namun masih dibawah si kembar.
Pembegal itu menyerang dengan membabi buta, tapi si kembar begitu santainya menghadapi mereka. Ram bersalto menendang tepat didada pembegal itu dan terpental beberapa meter, hingga pembegal itu langsung pingsan.
Lalu si kembar kompak menyerang tiga lagi yang tersisa, tentu saja mereka kualahan menghadapi bocah monster berwajah tampan dan imut itu. akhirnya mereka semua terkapar diaspal, sedangkan polisi masih belum datang. Si kembar kembali ke mobil.
"Gimana sudah selesai?" tanya Darmendra.
"Sudah Dad, yuk jalan!" jawab Roy.
Darmendra pun menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang, selang beberapa menit setelah kepergian mereka, mobil polisi pun datang ketempat kejadian dan menangkap semua pembegal tersebut.
Sedangkan si kembar sudah tiba di mansion bersama Daddy dan Mommy nya, ternyata Oma dan Opanya masih belum tidur karena menunggu si kembar, kedua paruh baya itu belum bisa tidur kalau si kembar belum datang. sedangkan Agus sudah kembali sejak tadi.
"Kenapa kalian lama sekali?" tanya Vera khawatir.
"Tadi dijalan ada parasit, Oma." jawab Ray jujur.
"Kalian tidak apa-apa kan?" tanya Jordan.
"Tidak apa-apa Opa, kami bisa jaga diri kok, tidak ada yang bisa menindas kami." Ren.
"Ya sudah, kalian istirahat sana," Vera.
Kemudian si kembar pun berlari masuk kekamar mereka masing-masing. Vera hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah si kembar. sejak kehadiran si kembar, Vera dan juga Jordan lebih sering berolahraga demi menjaga kesehatan mereka. Mereka ingin tetap sehat dan selalu bersama si kembar.
Diva juga pamit dan langsung masuk ke kamarnya. hanya Darmendra yang masih disitu, Vera melihat ada binar bahagia dimata putranya itu, binar yang belum pernah Vera lihat sebelumnya, dulu disaat ada Monalisa putranya tidak sebahagia saat ini.
"Ada yang ingin kamu sampaikan sayang," Vera mengelus rahang putra semata wayangnya itu.
"Aku diterima Mom, Diva mau menikah denganku," jawab Darmendra penuh semangat.
"Syukurlah, Mommy dan Daddy turut bahagia," Jordan.
"Kapan kalian akan menikah?" Vera.
"Soal itu belum dibicarakan lagi, aku cuma melamarnya saja." Darmendra.
"Ya sudah istirahat dulu, soal menikah kita bicarakan nanti bersama Diva." ucap Vera, Darmendra pun mengangguk pertanda iya.
Darmendra pun berjalan menuju kamarnya, kali ini perasaannya sedang diliputi rasa bahagia. Darmendra masuk dan duduk ditepi ranjang. ia mengelus ranjang tersebut sambil tersenyum.
"Sebentar lagi aku tidak tidur sendirian lagi," gumam Darmendra, lalu ia bangkit dan berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, seperti biasa Darmendra akan mandi sebelum tidur walau tengah malam sekalipun.
"Besok aku harus bangun awal, untuk membawa si kembar jalan jalan ke pantai." gumam Darmendra.
.
Alhamdulillah novel ini masuk rangking author baru. walaupun rangking paling belakang, hehe.
Dukung terus ya, jangan lupa like komentarnya dan vote kalau ada, gratis kok.
.
.
.
Banyak pelajaran yang bisa kita ambil bersama, Dari sisi kemanusiaan toleransi terhadap sesama dan dari sisi ke Genius si Penulis Cerita aku suka banget,Tank you Author 👍👍👍💪💪💪🥇🥇🥇
wellcome😘😘
tapi gakpapa sih
aku se7 tunggu mereka dewasa barulah diberitahu