Apa jadinya seorang desainer bernama Elania, dan pria barista yang bernama Shin tersebut, sama - sama memiliki rahasia besar didalam hidup mereka.
Dipersatukan oleh Shin yang ternyata mencintai Elania secara diam - diam, lalu bagaimana perjalanan kisah ujian cinta mereka, dan kehidupan rahasia keduanya.
Akankah berjalan sesuai kehidupan cinta pada umumnya ataukah sebaliknya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Piitaloka_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
05
Dalam keterdiaman Miura, tiba - tiba pintu cafe pun terbuka disitulah Takashi terkejut melihat ada Elania yang datang dengan langkah terburu - buru mendekati meja Miura.
"Maaf atas keterlambatanku kak"
"Ah... Elania!!" dengan riang Miura berdiri dan menyambut Elania sebari saling berpelukan
Disitu Takashi merasa keheranan dengan interaksi keduanya, seperti saling mengenal tapi anehnya kenapa Elania tidak begitu mengenali Shin sama sekali.
"Astaga tidak aku sangka aku bisa kembali bertemu dengan mu lagi, dari sekian lama yah"
"Iya kak" tersenyum canggung
"Kamu masih sama saja seperti dulu, sama - sama masih cantiknya"
"Tidak juga kak, kakak yang yang jauh lebih cantik"
"Haha... Bisa saja kamu ini memuji ku, oh ya gimana - gimana?"
"Begini kak, apa kau mau membantuku diacara event tahunan nanti"
"Kenapa lagi - kenapa lagi, apa mereka mencari gara - gara kepadamu lagi"
"Huft... Aku tidak begitu yakin, tapi firasatku mengatakan kalau mereka akan membuat rencana menghancurkan desainku nantinya"
"Yasudah aku akan membantumu, sekaligus membuat rencana sesuai apa yang kita sepakati diawal bagaimana?"
"Dengan membawa mereka"
"Ya tentu saja kenapa tidak, karena kalian lah semua desain bisa menjadi satu hati dan jiwa, bukankah begitu nona Elania"
"Apaan sih kak, jangan begitu... panggilan nona itu seharusnya untuk dirimu bukan aku"
"Jangan begitu nanti kesan nya aku jauh lebih tua dari mu lagi, tapi emang aku lebih tua yah darimu haha...."
Seketika keduanya pun tertawa terbahak - bahak bersama, sedangkan Takashi menyadari kalau Shin belum sama sekali keluar dari kamar mandi.
....
Sedangkan disebuah kamar mandi, Shin yang masih terdiam sebari meremat wastafel marmer tersebut, sebari dia memejamkan mata.
"Shin! SHIN!!!"
Suara panggilan sampai dengan suara amarah yang cukup keras, membuat suara itu terus menggema ditelinganya, sampai - sampai Shin merasa amat frustasi, dan pusing.
"Tidak mau - tidak mau, aku mohon jangan paksa aku tidak - tidak" gumam Shin
Disaat Takashi memasuki kamar mandi alangkah terkejutnya dia melihat Shin yang sudah berjongkok sebari tangan yang masih meremat wastafel.
"Astaga, ada apa denganmu Shin!"
Disitu Shin masih terus memejamkan mata sebari bergumam, dan menangis. Masih tidak sadarkan dengan keras Takashi menepuk punggung nya.
"SHIN SADARLAH!"
Shin yang membuka mata dari yang dia lihat bukanlah Takashi melainkan seorang pria bermuka full gelap, seketika dirinya terkejut sekaligus menjerit.
"PERGI!!! TOLONG!!! AHHH!!"
"HEI ADA APA DENGANMU SHIN, HEI INI AKU TAKASHI!"
"PERGI!!"
Mendengar panggilan nama sepupunya dengan cepat Miura berlari kearah kamar mandi, disusul dengan Elania yang merasa khawatir.
"ASTAGA SHIN ADA APA DENGANMU" teriakan Miura
Dimana Shin sudah berada disudut sebari, berteriak "PERGI... JAUH - JAUH DARI SAYA, JANGAN BUNUH AKU!! BUNUH LAH PRIA TUA ITU JANGAN DIRIKU"
"SHIN SADARLAH!! INI AKU MIURA" dengan tetesan air mata yang prihatin "Kenapa dia bisa begini" melihat kearah Takashi yang mana kondisinya kepalanya berdarah akibat benturan keras dari dorongan Shin
"Saya juga tidak tau, saya tadi hanya berniat menjemput nya kenapa lama berada dikamar mandi setelah bertengkar dengan anda, waktu saya kesini dia sudah seperti itu nona" jawab Takashi yang masih kebingungan "SHIN SADARLAH!! INI ADA KAKAK MU!!"
"TIDAK!! KALIAN SEORANG PENJAHAT!!"
"Ya tuhan Shin hiks..."
Elania yang masih kebingungan situasi seperti itu dengan cepat dia langsung memundurkan tubuh Miura.
"Kak jangan dekat - dekat, nanti kamu terluka. oh ya kak, apa dia menggalami gangguan mental sebelumnya" bertanya pada Miura dengan tegas wanita itu menganggukkan kepala
"Hiks... Ya tuhan Shin sadarlah hiks" terus menangis
Entah hati Elania merasa terketuk dengan ucapan Miura, sambil memberanikan diri Elania melangkah kan kaki untuk mendekati Shin, disitu Takashi melihat itu dia berusaha menghentikan aksi nekat nya.
"Jangan bodoh dia terlalu berbahaya" ucap Takashi yang kepalanya masih penuh luka
"Aku tidak apa percayalah, sekarang obati dulu luka abang, kak Miura bisakah kakak mengobati abang ini, aku takut terjadi apa - apa. Biar dia menjadi urusan ku, kalian tenang saja aku pernah menangani orang semacam ini" jawaban Elania membuat keduanya begitu yakin akan ucapannya
Setelah keduanya keluar, Elania dengan berlahan mendekati Shin yang sudah berjongkok, sambil tangan yang menutupi telinga serta memejamkan mata. Dengan helaan nafas perlahan, Elania berjongkok menyamakan tubuh Shin yang masih ketakutan.
"Shin" kata lembut Elania, sambil perlahan melepaskan tangan nya "Tenang ya, aku ada disini untukmu jangan takut mereka sudah pergi, sekarang ayo coba perlahan kamu hirup udara lalu keluarkan perlahan lewat mulut" menatap matanya yang masih memejamkan mata
Dengan penuh ketenangan, perlahan Shin membuka mata alangkah indahnya bagi nya karena baru kali ini dia secara dekat dapat melihat wajah dari dekat seorang Elania secara detail.
"Bagaimana apa sudah merasa sedikit tenang?"
Masih terdiam, dan bingung apa yang terjadi. Perlahan Elania berdiri lalu mengulurkan tangannya kearahnya.
"Ayo kita keluar, jangan terlalu lama disini"
Dengan ragu ia menerima uluran tangan dari Elania, akhirnya keduanya pun saling berjalan keluar dari kamar mandi tersebut, disitu Shin hanya menatap tangannya yang masih digandeng oleh Elania, ia merasa tak percaya.
Lalu ditengah mereka keluar Miura yang melihat kondisi Shin, ia langsung memeluknya.
"Hiks... Hiks... Maafkan aku Shin, kakak berjanji tidak akan lagi memaksa mu" tangisan Miura
Disitu Takashi melihat keterdiaman Shin yang masih bingung sebari menatap tangan nya yang masih digandeng tersebut membuat nya menyadarinya.
Lalu ditengah itu Elania yang menyadari menggandeng tangan Shin, dengan cepat dia melepas kan tangannya dari genggam nya.
Shin langsung melihat kearah Elania yang masih tersenyum kearahnya, disitu dia juga melihat Takashi yang dahinya diperban.
"Bang kamu kenapa? Apa luka itu karenaku?" tanya Shin dengan ragu
"Ah... Apa boleh dia pulang?" sela Elania
"Oh tidak apa, dia bisa pulang kok. Kau jangan cemas okay aku baik - baik saja kok saudaraku. Sekarang jagalah kondisi mu dulu okay" ucap Takashi sebari tersenyum kearahnya
"Tapi bang"
"Kau jangan cemas, dia sudah diobati oleh kakakmu, jadi kak Miura bisakah kau membawa nya untuk beristirahat"
Disitu awalannya Shin tak mau, namun atas bujukkan Elania membuatnya dengan terpaksa mau diajak pulang.
"Kalau begitu aku pamit pergi dulu ya El, bang" pamit Miura sebari mengandeng tangan Shin
Setelah melihat kepergian Shin dan Miura, disitu Takashi masih penasaran dengan Elania, dengan ragu dia mencegah kepergiannya.
"Boleh aku bertanya padamu?"
"Ya?"
"Entah ini perasaan ku atau bagaimana aku merasa kalau waktu bernekat mendekati Shin, kau seperti tau dan bagaimana mengatasi nya dengan mudah"
"Hehe... Iya kau benar, karena dikalah itu aku harus kembali teringat akan kondisi adikku dulunya"
"Begitu ya" menganggukkan kepala
"Hm.. Kalau begitu bolehkah aku ijin pergi dulu, ada urusan yang harus aku selesaikan"
"Oh tentu saja silahkan"
Setelah kepergian Elania, sebenarnya Takashi begitu sangat penasaran akan Elania selama ini. Sedangkan didalam mobil itu sendiri Miura yang menatap iba melihat kondisi Shin, yang mana dulu pernah dia dapat kabar kalau mental fisik yang dialami sepupunya ini begitu parah. Semenjak itu dia tak pernah lagi mendengar kabar tentang dirinya, ternyata ketika dia bertemu dengan Shin dibenak Miura adalah pernyataan bahwa dia sudah sembuh atas trauma dalam yang dialaminya.
Tetapi semua itu salah besar, malah sekarang jauh dirinya merasa iba sekaligus bersalah. Setelah melihat kondisinya yang begitu memprihatinkan.
"Bawa aku ke apartement" ucap Shin dengan nada dingin nan datar
"Tapi kamu kan masih..."
"Aku minta ke apartement ku saja" tegas Shin
"Yasudah, kalau itu maumu. Pak, putar kearah yang ditunjuk Shin ya"
Miura merasa bingung, sekaligus ketakutan dengan kondisinya kalau dia berada diapartement sendirian. Namun keraguan nya membuat dirinya merasa lega karena Elania memberikan dia sebuah pesan :
^^^"Kak Miura turuti apa kemauan nya, jangan pernah menolak atau membantahnya karena dia butuh ketenangan. Yang kuminta kau hanya menghubungi pihak orang tua untuk mengonsultasikan nya pihak psikiater, kuharap dari situ dia dapat penanganan. Kalau sekarang kakak hanya cuma awasi, sampai dia tertidur saja itu sudah sekedar cukup untuk menenangkan mental otak nya" ^^^
Bersambung....
"