Kehidupan Brian yang menjadi pemuda begajulan dan merupakan anggota geng motor, tiba-tiba berubah total saat sang ayah mengusirnya dari rumah. Dia terpaksa belajar mandiri dengan menjadi kurir pengantar makanan untuk menyambung hidup.
Sialnya, malam itu dia terjebak dengan seorang perempuan mandiri bernama Naomi yang mendapat fitnah dari tetangganya. Mau tak mau Brian dan Naomi harus menikah karena fitnah itu.
Namun, baik Brian maupun Naomi tak ada yang mau mengumumkan pernikahan mereka dan merahasikannya sampai waktu berpisah tiba. Akankah mereka sanggup merahasiakan pernikahan itu sampai akhir?
cek visual di ig @ittaharuka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itta Haruka07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bad Boy | Bab 24
Naomi terus memperhatikan Brian dan gadis berambut pirang di seberang jalan. Keduanya terlihat sangat akrab sampai-sampai Brian memakaikan langsung helm di kepala gadis itu.
Sepertinya, itu pacar Brian!
Naomi hanya fokus pada Brian sampai-sampai telinganya tak mendengarkan perdebatan dua laki-laki di sampingnya.
“Naomi pulang sama saya saja, Pak. Sekalian antar yang lainnya juga.” Rio terus berusaha agar bisa mengantarkan Naomi pulang. Laki-laki itu tentu tidak mau mengalah begitu saja. Walaupun, itu adalah bosnya sendiri.
Pak Jefri memunculkan senyum paksa di wajahnya yang masih sangat awet muda. Bahkan, orang-orang yang tidak tahu umur aslinya pasti akan mengira bahwa laki-laki itu masih di usia kepala tiga. Padahal, sekarang usianya sudah menginjak empat puluh tiga tahun.
“Kamu antar yang lain, pasti lama. Kasihan kalau pulang terlalu malam. Lebih baik kita bagi tugas saja. Saya yang akan antar Naomi dan temannya si Alma. Kamu antar yang lain saja!”
Alma dan yang lainnya tampak tegang menunggu perdebatan Pak Jefri dan Rio usai. Sementara itu, Naomi masih memperhatikan Brian sampai motornya menghilang dari sana.
“Al, voucher diskon Drive-Car kamu masih ada, kan? Pulang yuk!” Naomi menarik tangan Alma yang masih bengong melihat perdebatan Pak Jefri dan Rio.
Rio menoleh pada Naomi, begitu juga dengan Pak Jefri. Mereka berdua sudah meributkan hal yang salah karena ternyata, Naomi lebih ingin pulang naik taksi online.
“Em, itu ... apa nggak sebaiknya kita ....”
Alma pikir, mereka bisa sedikit menghemat pengeluaran kalau diantar Rio atau pun Pak Jefri. Untuk pegawai seperti mereka tanggal tua seperti saat ini tentu harus menekan banyak pengeluaran. Kalau bisa gratis, kenapa harus keluar uang, kan?
“Naomi, pulang sama aku aja. Kita pergi sama-sama, nggak baik kalau pulangnya sendiri-sendiri,” bujuk Rio terus berusaha.
“Kita harus hemat, Naomi. Gajian masih seminggu. Itu masih lama!” bisik Alma yang tak ingin pulang dengan taksi.
“Em, iya juga sih. Pak Jefri maaf, kami pulang sama Pak Rio saja. Mungkin yang lain mau ikut sama Bapak,” putus Naomi pada akhirnya.
Mana ada karyawan yang berani menumpang atasannya. Tidak ada satu pun dari mereka yang bersuara, sampai akhirnya Pak Jefri terpaksa harus berbesar hati.
Naomi dan yang lain ikut pulang bersama Rio. Saat berhenti di lampu merah, mobil mereka berdampingan dengan motor besar dan keren. Para wanita di mobil Rio pun sontak memperhatikan pasangan sejoli di atas motor keren itu.
“Wah, motornya keren banget. Beruntung banget ceweknya punya cowok keren gitu!” kata Mila sembari menatap iri gadis yang dibonceng di atas motor keren itu.
Naomi yang duduk di depan di samping Rio pun ikut menoleh. Dia sangat mengenal sosok pemotor yang mencuri perhatian teman-temannya itu. Itu adalah Brian, suaminya.
“Wah, gila! Seumur-umur aku belum pernah dibonceng motor keren gitu, kira-kira gimana ya rasanya?” sahut Alma yang juga merasa iri.
Naomi merasa ada yang aneh dengan dirinya. Di depan matanya, Brian dipeluk mesra oleh wanita berambut pirang yang dia yakini adalah Rebecca, kekasih suaminya. Dia menatap sinis Brian dan kekasihnya, lalu berkata, “Nggak enak! Sakit pinggang jadinya. Nggak usah mau dibonceng pakai motor begitu!”
Alma menoyor kepala Naomi yang tiba-tiba menyahut seolah dia pernah merasakannya. “Emang kamu pernah dibonceng motor begitu? Dih, sotoy!”
Naomi mencebik. Jelas dia pernah dibonceng Brian dengan motor itu. Namun, tentu saja dia tak bisa menjelaskannya pada Alma dan yang lainnya mengenai sosok laki-laki dengan helm tertutup itu.
Mobil terus berjalan. Satu per satu dari karyawati itu sudah diantar ke rumah masing-masing. Sampai giliran Naomi yang paling terakhir.
“Makasih ya, Rio. Udah diantar pulang!” ucap Naomi setelah sampai di depan kosnya.
“Nggak masalah, Naomi. Besok aku jemput ya!”
Motor Brian sampai di dekat mereka sebelum Naomi menjawab niat baik Rio padanya.
Laki-laki itu hanya melirik Naomi dan Rio dari balik helm dan memarkirkan motornya.
“Nggak usah deh! Aku masuk dulu ya!”
Naomi menyadari bahwa dia harus menjaga jarak dengan Rio. Walau bagaimanapun, Brian adalah suaminya.
Setelah mobil Rio pergi, wanita itu memasuki halaman rumah kos dan berhadapan dengan Brian yang ternyata menunggunya masuk.
“Itu bukan pacar kamu kan, Mbak?” tanya Brian yang kini telah melepas helmya. Matanya menatap tajam Naomi seolah menuntut kejujuran dari istrinya itu.
“Mungkin calon pacar. Tapi, yang tadi kamu bonceng terus peluk-peluk itu jelas pacar kamu, kan?”
***
Jangan berantem di situ gess ntar Mbak Lilis lihat, berabe 🥱🥱 mintain vote dulu sama readers🤣🤣
