"Andai aku mempunyai kesempatan kedua, aku ingin menjadi orang baik. Aku ingin meminta maaf, dan aku ingin melindungi Vittoria," batin Paolo sebelum jantungnya berhenti berdetak.
Paolo Sorgia adalah ketua mafia yang paling ditakuti di Italia. Diakhir hidupnya dia memohon pengampunan kepada Tuhan agar diberikan kesempatan hidup lagi untuk memperbaiki semua kesalahannya. Siapa sangka permohonannya terkabul, namun dia bertransmigrasi ke tubuh pemuda gendut.
"Kenapa tubuhku penuh lemak? Dimana perut sixpack-ku?" Paolo meraba perutnya yang dipenuhi lemak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lena linol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Ibu Isa sedang merangkai bunga dengan penuh kesabaran. Toko bunganya lebih besar dari yang sebelumnya, bahkan dia mempunyai dua karyawan yang membantunya. Semua ini berkat Douglass yang membantu perekonomian keluarganya. Awalnya Ibu Isa sangat curiga pada Douglass karena pria itu hanyalah seorang tukang kebun tapi mempunyai banyak uang. Namun rasa curiga Ibu Isa perlahan pudar ketika Douglass menjelaskan jati dirinya yang sebenarnya adalah seorang pengusaha--mempunyai perusahaan di beberapa Negara, menyamar sebagai tukang kebun hanya untuk mengisi waktu luangnya di saat bosan menjadi pengusaha.
Tanpa diketahui Ibu Isa jika perusahaan yang di sebutkan Douglass adalah milik Daniel--putranya.
"Ibu, aku datang." Paolo memasuki toko bunga sambil menggandeng tangan Vitt.
Ibu Isa menghentikan gerakan tangannya, menatap pada putranya yang datang tidak sendirin.
"Dan, akhirnya kau datang membawa Nona Vitt." Ibu Isa tersenyum lalu beranjak berdiri menyambut kedatangan Daniel dan Vittoria.
"Iya, cukup sulit membawanya ke sini, Bu, karena aku harus meyakinkan dua pengawalnya," jawab Paolo sambil menoleh ke arah depan toko bunga di mana dua pengawal Vitt menunggu di sana, berdiri seperti robot dengan pandangan waspada menatap sekitar.
"Nyonya Isa, apa kabar?" Vitt menyapa ramah dan sopan kepada wanita paruh baya itu.
"Seperti yang kau lihat, Nona, aku sangat sehat," jawab Ibu Isa sambil memperhatikan gadis cantik itu dari atas sampai bawah, "Kau membuatku pangling. Kau semakin cantik dan menawan." Ibu Isa memuji kecantikan Vitt dan ikut senang melihat gadis cantik itu bisa berjalan.
Vitt tersipu malu mendengar pujian yang dilontarkan Ibu Isa.
Ibu Isa mengambil sebuket bunga lily putih lalu menyerahkan kepada gadis cantik itu. "Bunga lily putih yang cantik sangat cocok untuk gadis cantik sepertimu," ucap Ibu Isa menyodorkan buket bunga tersebut kepada Vitt.
Vitt menerima buket bunga itu dengan perasaan bahagia, "terima kasih banyak, Nyonya Isa." Vitt memeluk buket bunga tersebut. Ternyata Nyonya Isa masih mengingat bunga kesukaannya, bunga lily putih melambangkan kesetiaan, dan kesucian, sangat cocok dengan karakter Vitt.
Kemudian Ibu Isa mengajak Vitt ke rumah untuk makan siang bersama.
Vitt menghargai undangan Ibu Isa, tapi dengan syarat dua pengawalnya juga harus ikut. Tentu Ibu Isa tidak keberatan, dan mempersilahkan dua pengawal itu makan siang bersama mereka. Jarak antara toko bunga ke rumah di tempuh dengan jalan kaki selama 15 menit.
Dan di sinilah mereka saat ini, duduk melingkar di meja makan di hadapan mereka sudah tersaji makanan khas Italia yang begitu menggunggah selera membuat perut mereka semakin keroncongan.
"Silahkan di makan, jangan malu-malu Pak Pengawal." Ibu Isa menatap dua pengawal Vitt yang duduk kaku sambil memandang menu makanan yang sudah tersaji di hadapan mereka.
"Iya, terima kasih banyak, Bu." Dua pengawal itu bergantian mengambil makanan mereka, dan menyantapnya dengan nikmat. Keduanya merasa canggung karena satu meja makan dengan Nona Vitt.
"Masakan Anda sangat lezat, Nyonya." Vitt memuji karena masakan Nyonya Isa sangat lezat.
"Maka dari itu dulu badanku seperti gajah bengkak karena ibuku selalu menyediakan masakan yang super lezat setiap harinya," sahut Paolo sambil tersenyum bangga.
"Sudah aku tebak!" jawab Vitt meledek Daniel.
Selesai makan siang bersama, dua pengawal kembali berjaga di halaman rumah tersebut, sementara Ibu Isa kembali ke toko bunga karena di sana sedang ramai pembeli. Sedangkan Paolo dan Vitt saat ini sedang berada di dalam kamar.
"Aku ingin melihat hasil lukisanmu," ucap Paolo kepada Vitt yang duduk di tepian tempat tidurnya.
"Belum selesai. Aku akan menunjukkannya kepadamu nanti kalau sudah siap," jawab Vitt sembari memperhatikan setiap sudut kamar bernuansa abu itu dan beraroma maskulin.
"Okay, aku akan sabar menunggu."
"Dan, katanya kau ingin menjelaskan sesuatu kepadaku?" Vitt menatap Daniel yang duduk di depan meja belajar.
"Apa kau sudah siap mendengarnya?" Paolo beranjak berdiri mengampiri Vitt lalu duduk di samping gadis cantik itu, mengikis jarak diantara mereka berdua. Paolo memperhatikan wajah cantik Vitt dengan jarak sangat dekat. Tatapannya beralih ke bibir mungil Vitt yang begitu menggoda imannya.
"Sabar ... Sabar ... dia masih kecil, jangan melakukannya sekarang."
Reinkarnasi, bukan transmigrasi.
Berubah 180 derajat, bukan 360 derajat