NovelToon NovelToon
Tuan Kuda Laut & Nona Ikan Guppy

Tuan Kuda Laut & Nona Ikan Guppy

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Cintamanis / Murid Genius / Angst
Popularitas:33.7k
Nilai: 5
Nama Author: yellowchipsz

Di sekolah, Dikta jatuh hati pada gadis pengagum rahasia yang sering mengirimkan surat cinta di bawah kolong mejanya. Gadis itu memiliki julukan Nona Ikan Guppy yang menjadi candunya Dikta setiap hari.

Akan tetapi, dunia Dikta menjadi semrawut dikarenakan pintu dimensi lain yang berada di perpustakaan rumahnya terbuka! Pintu itu membawanya kepada sosok gadis lain agar melupakan Nona Ikan Guppy.

Apakah Dikta akan bertahan dengan dunianya atau tergoda untuk memilih dimensi lain sebagai rumah barunya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yellowchipsz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Denyut Nadi Lingga Berhenti

...٩꒰。•‿•。꒱۶...

...𝙏𝙐𝘼𝙉 𝙆𝙐𝘿𝘼 𝙇𝘼𝙐𝙏 & 𝙉𝙊𝙉𝘼 𝙄𝙆𝘼𝙉 𝙂𝙐𝙋𝙋𝙔...

...© Yellowchipsz...

...—Cukup berada di sampingku membuat kegilaan, jangan pernah pergi karena ego.—...

...꒰˘̩̩̩⌣˘̩̩̩๑꒱♡...

"Kalian harus mati," murka Dikta dengan tatapan memangsa dan ingin menginjak kepala Arjuna dan Bruno.

Langit mengamuk dengan gemuruhnya hingga basah seluruh badan akibat tangisan kapas-kapas kelabu.

"Aaaaa!!!" Arjuna dan Bruno berdengking histeris melihat wujud di atas mereka seperti bukan penampilan Dikta biasanya, melainkan sosok gagah dengan mahkota berwarna gold yang menodongkan sebuah pedang pengancam jiwa. Entah itu hanya pandangan mereka yang terlalu takut, atau ilusi dari hujan.

"Diktaaa!!!" Teriakan Puri makin merana saat melihat Lingga sesak kesakitan.

Dikta kembali mengontrol diri, lalu air matanya berjatuhan banyak sekali. Yang utama bagi Dikta sekarang adalah Lingga, maka Dikta meninggalkan Arjuna dan Bruno yang kejerian pergi dari atap.

Arjuna merasakan sakit yang amat menyiksa di dekat lehernya sampai kesulitan bernapas. Dia sudah tak kuat bergerak hingga dibantu oleh Bruno yang tangannya terluka parah.

"Lingga!" sesak Dikta menghampiri tubuh Lingga yang ingin menggapainya.

"Sa-kit ...," adu Lingga tentang rasa di tubuhnya yang mengalami keretakan masal. Jemari Lingga masih sempat menghapus air mata Dikta yang membanjir.

Tangisan Puri diiringi tangisan Saila yang berlomba dengan hujan.

Dikta menangisi gips yang sudah tak terpasang rapi lagi di lengan kiri Lingga. "Maafin gue. Maafin Gue, Ga!" sesal Dikta, lalu membawa tubuh Lingga ke punggungnya dibantu oleh Saila dan Puri.

Mobil Lingga menjadi kendaraan bersama saat ini. Sementara Belly—motornya Dikta—ditinggalkan di sekolah.

Dikta berhasil membawa tubuh Lingga masuk ke dalam jok mobil bagian belakang, ditemani Puri. Dikta yang akan menyetir di jok depan pun ditemani oleh Saila yang ikut juga.

"Kita ke rumah sakit mamaku aja!" ajak Saila untuk membawa Lingga ke rumah sakit Permata Laut, jaraknya juga paling dekat dari sini.

Keadaan panik membuat mereka secepatnya menuju rumah sakit.

Sepanjang perjalanan, Puri sulit menjeda tangis sambil memeluk Lingga yang begitu parah. Maka, Saila membantu untuk menjelaskan beberapa hal kepada Dikta, termasuk tentang Saila yang tidak jadi dijemput mamanya dan malah mengekori Arjuna, Puri, dan Lingga ke atap gedung besar sekolah.

"KENAPA BISA BEGINI?!" sesal Dikta panik dan membawa mobil cukup ngebut.

Puri yang sesak berusaha menjelaskan, "T-tadi saat pulang, gue sama Lingga bertemu Arjuna di dekat gerbang. Dia katanya mau ngajak kami ngobrol dan membahas masa lalu. Katanya, lo udah di atas gedung besar, Ta."

"Kenapa percaya gitu aja?! Itulah gunanya hp, bisa nelepon gue dulu, pastiin keadaan gue di mana!" kesal Dikta tak berhenti sesak melihat keadaan Lingga yang hancur. "Dia bukan lagi Arjuna anak SMP yang kita kenal, Puri!"

"Kami nggak kepikiran kalau Arjuna berubah separah ini, Ta!" isak Puri. "Ini juga gara-gara Saila yang pindah ke kelas kita! Coba kalau Saila tetap di IPA Satu, pasti nggak akan begini!"

Saila yang ikut sesak pun meminta maaf kepada mereka semua atas kelakuan Arjuna.

"Maafin aku. Aku nggak tahu apa permasalahan kalian sedari SMP. Tapi aku benar-benar minta maaf," isak Saila merasa sangat bersalah.

Dikta hampir tak sengaja menabrak kendaraan lain gara-gara konsentrasinya hampir buyar, untungnya mengelak dengan cepat.

"Mau gimana kita sekarang?" lirih Dikta merasa buntu pikiran.

Saila menyarankan, "Kita telepon keluarganya Lingga!"

Smartphone Puri dan Lingga hancur total, sedangkan smartphone Saila disita Arjuna. Dikta merogoh saku celana kirinya untuk mengambil smartphone dan berniat menelepon mamanya Lingga.

"Jangan," cegah Lingga menahan sakit. "Mama la-gi sidang untuk gelar doktornya. Jangan bi-kin hari bahagia mama han-cur."

Puri sesak dan memeluk Lingga yang tidak ingin mamanya tahu soal ini.

"Tapi mama lo tetap harus tahu, Ga!" bingung Dikta menanggapi suasana mencekam ini.

Saila tetap meminjam smartphone Dikta untuk menghubungi nomor mamanya. Saat panggilan diangkat, Saila menangis dan mengadukan semua kepanikan mereka tentang keadaan teman sekolah yang babak belur. Mamanya Saila begitu cemas di rumah sakit dan berharap Saila segera tiba.

"Ta, ma-afin gue," suara Lingga parau dan lemah. "Gue udah ja-hat ngatain bang Dirham."

"NGGAK USAH BANYAK NGOMONG DULU!" marah Dikta yang berusaha fokus menyetir meski air mata dan air hujan di luar menghalangi penglihatannya.

"Di kehidupan ini," ucap Lingga gemetar, "gue nggak bisa jadi sahabat yang baik buat lo. Di buku Bukan Ma-laik-at Hujan milik bang Dirham pun ... gue nggak berguna."

Tubuh Saila merinding usai mendengar itu.

"Kenapa malah ngebahas buku yang lo anggap terkutuk itu?!" sengguk Dikta. "Pur-ikan, suruh Linggis diem!" mohon Dikta tidak kuat.

Puri mengusap lembut kepala Lingga yang berdarah banyak. "Lingga nggak mau diem, Ta," isak Puri pilu.

Dikta memuji di kala rasa rapuhnya, "Lo sahabat gue, Ga! Cukup lo ada di samping gue, bikin gue ngamuk, bikin gue gila, bikin gue berarti kayak dulu!"

"Mereka ... terasa nyata, Dikta," ungkap Lingga dengan darah yang keluar dari mulut sampai membuat Puri yang menangis kencang berusaha menahan darah itu dengan tangannya. "G-gue mau gabung sama geng HUMAS, Ta. Tapi gue terlalu jahat," tangis Lingga pedih.

Tubuh Dikta merinding hebat mendengar Lingga membahas geng HUMAS dari dalam buku itu. Ditambah Lingga yang malah menyebutkan nama-nama anggota geng tersebut.

"Dikta, Lavina, Zayan, Lanara, Badroel, Ross," ucap Lingga dengan pandangan yang perlahan kosong.

"Stop, Lingga!!!" tangis Puri takut. "Kenapa kalian beneran gila gara-gara buku bang Dirham?! Biar gue buang buku itu!"

"Mungkin karma ...," ucap Lingga parau, "g-gue pernah maksa Lavina buat nyium kaki gue. Dan sekarang Arjuna yang ngelakuin itu ke gue. G-ue nolak, beginilah akhirnya."

Jiwa Puri makin kusut menanggapinya, "LAVINA! LAVINA! LAVINA!!! STOP, LINGGA! ITU HANYA TULISAN KONYOL BANG DIRHAM! LAVINA ITU NGGAK ADA DAN NGGAK NYATA!"

"Puri ...," pesan Lingga memohon, "jangan baca bu-ku itu, ya. Biar lo nggak ngerasain apa yang gue dan Dikta rasa-in."

Hening. 🌧

Puri menghampa ketika tekanan jemarinya tak merasakan denyutan lagi di pergelangan tangan Lingga.

"LINGGA! BERTAHAN DEMI GUE!" tangis Dikta yang berhasil menyetir sampai ke rumah sakit.

📍Rumah Sakit Permata Laut.

Mamanya Saila segera memerintahkan tim rumah sakit untuk membantu mengatasi keadaan teman sekolah putrinya.

Tubuh Lingga sudah dibaringkan di atas brankar untuk segera ditangani oleh dokter dan perawat yang mengiringi setiap geseran roda pembaringan itu.

Saila sesenggukan melihat mamanya berlari panik mengikuti ke mana brankar Lingga didorong.

Setelah Lingga dibawa masuk ke ruang ICU, Puri yang hampir pingsan pun tubuhnya ditahan oleh Dikta dan Saila.

"Puri! Jangan lemah! Yakin Lingga baik-baik aja!" bujuk Dikta mencoba tenang meski dirinya juga hancur.

"L-lingga," sesak Puri ingin memberitahukan sesuatu yang begitu menyayat hatinya.

"Kenapa, Puri???" tanya Saila sesak menghapus air mata Puri. "Mamaku pasti akan mengatasi keadaan Lingga dengan baik."

Puri meluapkan hal yang dia pendam sedari tadi, "Saat kita baru tiba di rumah sakit, n-nadinya Lingga udah berhenti. Dokter cuma ingin menghibur kita dengan perjuangan mereka."

Bersambung ... 👑

1
dibavara ☔💧🌧️
LANJUT MOMZ SAYANG 😖😖😖😭😭🫂🫂🫂🫂🫂
dibavara ☔💧🌧️
yg ada makin stres saila diajak jalan2 sama lo Juna kalo kayak gini 😖😖😢😢😢
dibavara ☔💧🌧️
Junaaaaaa istigparrrrr 😤😤😤😤😤😤😤😭😭😭😭
dibavara ☔💧🌧️
udah cape banget ya saila 😔😔
dibavara ☔💧🌧️
PELUK BUAT BANG UUL 😍😍😍🥺🥺🫂🫂🫂🫂
dibavara ☔💧🌧️
percuma juga kalo saila gamau sama juna, dipaksa juga Juna yg bakal kesiksa sendiri 🙄🙄
dibavara ☔💧🌧️
coba aku bilang "Juna itu brandal!!!" 😄😄😄 pasti lebih mengamuk mama nyla
dibavara ☔💧🌧️
Tuh Jun 😊😊😊 akibat bang uul udah kecewa sama lo
dibavara ☔💧🌧️
Jun, gausah maksa ya 😇😇
dibavara ☔💧🌧️
yg saila mimpi itu, beneran dikta ngalamin, berarti batin mereka memang terhubung 😭😭😭😭🤎💛🤎💛
dibavara ☔💧🌧️
seru banget baca chat mereka 🥰🥰🥰🥰😍
dibavara ☔💧🌧️
mereka heboh malem2 ta di grup 😭😭😭
dibavara ☔💧🌧️
udah deh lilac, daripada kamu dicincang di pasar ikan 😫😫😫
dibavara ☔💧🌧️
DIKTA, ASAL KAMU TAU, SAILA MIMPIIN KAMU🥺🥺🥺😔😔😔😭
dibavara ☔💧🌧️
beneran smpet mati 😢😢🥲🥲😭
dibavara ☔💧🌧️
jadi ngeri masuk ke pintu ungu lagi kalo serem begini 😔😔
dibavara ☔💧🌧️
udah nangisin dikta mati 😢🥲 untung bisa kembali lg ke perpus
dibavara ☔💧🌧️
lakukan dgn lembut juga 🥰🥰🥰
dibavara ☔💧🌧️
judulnyaaa🥲🥲🥲🥲
MiPark
SAILA MENDING JAUH-JAUH AJA DEH HABIS INI DARI JUNA 😭😭😭😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!