Ayu menggugat cerai suaminya karena tak ingin dimadu. Memiliki tiga orang anak membuat hidupnya kacau, apalagi mereka masih sangat kecil dan butuh kasih sayang yang lengkap, namun keadaan membuatnya harus tetap kuat.
Sampai pada suatu hari ia membanting setir menjadi penulis novel online, berawal dari hobi dan akhirnya menjadi miliarder berkat keterampilan yang dimiliki. Sebab, hanya itu yang Ayu bisa, selain bisa mengawasi anak-anaknya secara langsung, ia juga mencari wawasan.
Meskipun penuh rintangan tak membuat Ayu patah semangat. Demi anak-anaknya ia rela menghadapi kejam ya dunia sebagai single Mom
Bergulirnya waktu, nama Ayu dikenal di berbagai kalangan, disaat itu pula Ikram menyadari bahwa istrinya adalah wanita yang tangguh. Berbagai konflik pun kembali terjadi di antara mereka hingga masa lalu yang kelam kembali mencuat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadziroh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ulang tahun Hanan
Bisik-bisik tetangga mulai mencuat ditelinga Ayu. Kabar miring yang tak pernah dilakukannya itu menjadi bahan obrolan area kontrakan. Tak heran, sebagai pendatang baru bukan hal yang mudah membuat semua orang percaya padanya. Bahkan, sebagian dari mereka mencari kesempatan dalam kesempitan.
Ayu yang menyiram tanaman terpaksa menghentikan aktivitasnya, risih dengan beberapa orang yang mencibirnya saat melintas.
''Aku yakin dia diceraikan suaminya karena suka keluar dengan laki-laki lain.''
Suara salah seorang yang ada di depan rumah Ayu.
''Iya, aku kira baik, ternyata rubah berselimut domba,'' timpal yang lainnya.
Bisa saja Ayu menyumpal mulut mereka dengan keset yang diinjaknya. Namun, ia tak ingin menanggapi. Cukup mendengarkan ucapan yang menurutnya tak berfaedah tersebut.
Ninik datang ke rumah Ayu, jika yang lain langsung termakan dengan gambar yang beredar luas di sosmed, tidak dengan wanita itu yang tetap percaya.
''Yang sabar, Yu. Anggap saja mereka itu bagaikan anjing menggonggong. Di sini sudah biasa seperti itu. Sedikit saja ada masalah yang timbul, pasti akan dibesar-besarkan.'' Ninik merangkul pundak Ayu. Menenangkan.
''Makasih ya, Bu.'' Ayu memeluk Ninik, hanya wanita itu yang mengerti dengan keadaannya.
''Di mana anak-anak?'' tanya Ninik setelah melepaskan pelukannya.
''Ada di dalam,'' jawab Ayu sambil menunjuk ke arah ketiga anaknya.
Ternyata Hanan dan kedua adiknya sedang asyik bermain. Mereka terlihat rukun dan ceria dengan mainan sederhananya.
''Kamu gak kerja?'' Ninik membantu merapikan meja makan.
Ayu menggeleng tanpa suara. Mendekati Ninik. Melirik ke arah Hanan yang memunggungi nya.
''Hari ini ulang tahun Hanan, rencananya aku mau membeli kue. Tolong ibu jagain mereka,'' bisik Ayu pada Ninik yang langsung mendapat anggukan.
Ayu masuk ke kamarnya mengambil tas. Pamit pada Hanan dan yang lain.
''Sampai malam lagi, Ma?'' tanya Hanan lirih. Wajahnya ditekuk mengingat kedatangan Ayu yang terlalu malam.
''Gak, mama cuma mau belanja,'' ucap Ayu meyakinkan.
Mereka yang sudah terbiasa ditinggal pun hanya diam melihat Ayu keluar dari rumah.
Ayu datang ke toko kue terdekat. Memilih-milih kue yang terpajang di etalase. Jika dulu masih menjadi istrinya Ikram ia bisa membeli kue mahal, kali ini hanya membelikan kue ulang tahun yang sederhana untuk Hanan.
''Yang ini berapa, Mbak?'' Ayu menunjuk kue yang ada di bagian tepi.
''Ini harganya satu juta, Bu,'' jawab pelayan toko.
Ayu bergeser melihat kue yang ada di sampingnya. Memilih kue yang lebih kecil dari yang tadi.
''Kalau yang ini, Mbak?" tanya Ayu lagi, menunjuk kue berbentuk bulat dengan topping coklat.
''Kalau yang ini lima ratus ribu, Bu."
Alhamdulillah.
Ayu tersenyum. Akhirnya ia menemukan harga yang standar, menurutnya.
''Saya ambil yang ini, Mbak.''
Ayu membuka tas dan mengambil uang sesuai harga kue yang dibeli.
''Ternyata sekarang hanya bisa membeli kue sekecil itu,'' cetus seseorang yang baru saja datang.
Ayu menoleh ke arah sumber suara. Sedikitpun tak merasa curiga melihat calon istri mantan suaminya.
Ayu menerima kue yang sudah terbungkus rapi lalu membalikkan badan.
''Miskin aja belagu.''
Ayu yang hampir mengayunkan kakinya itu mengurungkan niat. Setelah tadi pagi telinganya terasa panas saat mendengar gosip murahan, kini ia tak bisa tinggal diam.
''Aku belagu karena mampu. Tidak seperti kamu yang ingin menjadi istri Ikram Affandi demi bisa pansos dan dikenal semua orang.'' Ayu mengucap dengan tegas.
''Tapi kebanyakan orang pansos tanpa prestasi itu hanya sekedip mata. Sebentar lagi akan tenggelam dan ditumpu batu bata. Dia akan hancur berkeping-keping tanpa sisa. Itulah dirimu. Sekarang kamu memang menang sudah merebut mas Ikram dariku, tapi aku tidak yakin kalau dia akan setia padamu.'' Menunjuk wajah Rani yang membuat sang empu kesal.
Akan tetapi, tetap percaya diri dan tidak menganggap Ikram akan setia padanya.
Menghela nafas panjang lalu pergi. Namun, lagi-lagi langkahnya harus berhenti saat Rani menariknya dari belakang.
Tubuh Ayu yang tak seimmbang akhirnya terhuyung. Bersamaan dengan itu sebuah tangan kekar dari belakang menangkap punggungnya hingga ia terselamatkan.
Ayu bergegas menegakkan tubuh lalu merapikan hijabnya yang sedikit melenceng. Mengucapkan terimakasih pada pria yang sudah menolongnya.
''Kamu Ryan, kan?'' tanya Ayu ragu, takut salah menyebut nama pria itu.
''Benar sekali, namaku Ryan. Kamu ngapain di sini?'' Melirik kresek yang menggantung di tangan Ayu.
''Beli kue untuk Hanan.''
Rani yang masih mematung di tempat hanya bisa mendengar obrolan ringan antara Ayu dan juga Ryan.
''Aku beliin, ya?'' tawar Ryan serius setelah mendengar bahwa Hanan ulang tahun.
''Gak usah.'' Ayu berdiri di samping Ryan, pura-pura terlihat dekat dengan pria tersebut.
''Aku bukan wanita murahan dan gampang menerima sesuatu dari laki-laki yang bukan suamiku. Pantang bagiku untuk merendahkan diri hanya demi uang,'' ucap Ayu menohok.
Bahkan, kata itu seakan menembus jantung Rani. Ia merasa tersindir dengan ucapan Ayu yang seolah mencemoohnya.
Melihat ekspresi datar Rani membuat Ayu tersenyum puas dan menghampiri wanita itu.
''Kamu salah target. Aku bukan wanita lemah yang gampang ditindas, jadi pakailah strategi yang kuat untuk mempermalukanku.'' Ayu melambaikan tangannya lalu pergi. Membayangkan kepala Rani saat ini, pasti sudah keluar tanduk.
Ini pertama kali Ayu merayakan ulang tahun Hanan secara sederhana. Dalam hati sedikit tak tega, namun keadaan memaksanya harus melakukan itu.
Kue sederhana sebagai simbol pun sudah siap di meja makan. Ada dua buah kotak kado yang juga dibeli untuk si sulung. Ninik pun ikut hadir dan membawa kado.
Ayu masuk ke kamar Hanan dan membangunkan sang putra yang nampak terlelap.
''Hanan bangun, Nak. Sudah waktunya makan siang.'' Ayu mengusap lembut pipi Hanan lalu beralih ke tangan dan kakinya.
Dalam hitungan detik Hanan membuka mata, menatap sang mama yang berdiri di samping ranjang.
''Mama punya sesuatu untuk kamu,'' ucapnya saat melihat Hanan yang sedikit malas.
''Apa, Ma?" tanya Hanan dengan suara serak. Berusaha membuka mata lebar-lebar.
Nyanyian ulang tahun dari arah pintu menggema. Ninik masuk membawa kue di tangannya.
Ayu pun ikut menyanyikan lagu ulang tahun disertai tepuk tangan. Meskipun hanya keluarga, namun terdengar meriah. Terlebih suara Alifa dan Adiba yang menggemaskan memecahkan kedataran.
Hanan mulai tersadar, bahwa hari ini adalah hari yang ditunggu.
''Ini ulang tahunku yang ke sepuluh, Ma?'' Mata Hanan berbinar. Seolah ia mendapatkan kejutan yang luar biasa.
Ayu mengangguk, ''Iya, Sayang.''
Ninik merogoh ponsel dari saku kemeja. Melihat status WA dari beberapa tetangga. Ternyata semua orang masih menggunjingkan perihal semalam. Tidak hanya foto semalam, tapi ada beberapa gambar saat kejadian di toko kue. Di mana saat Ryan menyangga punggung Ayu yang hampir jatuh.
kueh buat orang susah ga harus yg 500rb
servis sepedah 500rb
di luar nalar terlalu di buat2