— Lanna Xevellyn, gadis berusia 17 tahun itu harus mengalami kecelakaan maut yang membuat nyawanya melayang ketika menolong seorang anak kecil di jalanan.
Tetapi apakah memang Lanna benar-benar sudah tewas atau ternyata gadis itu masih hidup? Atau bagaimana tentang dirinya yang ternyata menjalani kehidupan keduanya untuk menggantikan peran orang lain yang sudah mati?
Ya, itulah yang di rasakan oleh Lanna. Gadis itu terbangun di dalam tubuh milik orang lain di semesta lain. Di mulai dari tubuh barunya itu, Lanna menjalani babak baru kehidupan keduanya dengan alur kehidupan berbeda yang tidak pernah terpikirkan sekalipun olehnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NAYTHAN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 18 :
Itu bukan bola biasa melainkan sebuah kepala yang menyeramkan, memiliki rambut panjang serta menumpuk. Rambut itu kini melilit ke salah satu kakinya. Melihat itu Lanna langsung bereaksi menghentak-hentakan kakinya sambil tangannya berusaha melepaskan lilitan rambut. Di saat situasi panik tu, Lanna lupa akan sesuatu. Ya, senjata pisau yang dia bawa. Belum sempat Lanna mengambilnya, kepala itu menggelinding menjauhi dirinya. Dan Lanna pikir itu pertanda snomster tersebut akan pergi namun ternyata perkiraannya salah.
Snomster itu melilit satu kaki Lanna yang lainnya serta menariknya. Lanna berusaha menahan tubuhnya berpegangan pada kaki meja guru dengan sekuat tenaga agar tubuhnya tidak terseret. Sebab jika dia berhasil terseret besar kemungkinan tubuhnya akan terhempas ke arah kaca dan terlempar keluar, mendarat di tanah aspal yang keras.
Lalu selanjutnya? Dirinya harus mati begitu saja karena terlempar? Tentu saja Lanna tidak menginginkan hal itu. Dirinya bahkan tidak tahu snomster bisa bersembunyi dengan baik serta mengelabui terlebih untuk dirinya sang penyihir amatiran. Lagipula, anehnya snomster bentuknya cuma kepala serta rambut panjang itu tapi kenapa tenaganya begitu kuat?
Pertahanan cengkraman tangannya terlepas, tubuhnya terseret tetapi dengan cepat dia menarik salah satu meja siswa, melemparnya pada snomster tersebut dan berhasil mengenainya. Di saat snomster itu lengah kesempatan itu Lanna gunakan untuk memotong rambut snomster yang melilit kedua kakinya itu dengan pisau yang dia bawa kemudian bangkit, berlari ke arah pintu. Sesekali dia menolehkan kepalanya ke belakang saat berusaha membuka pintu dan berhasil.
Pintu berhasil terbuka dan Lanna berlari sangat kencang. Setelah di rasa sudah berlari menjauh dari kelas tadi sekaligus snomster yang sudah tidak terlihat lagi, Lanna berhenti sejenak untuk melepas kepenatannya.
"Oh!" Kata Lanna teringat akan sesuatu. Dia lantas meraba holsternya.
Lagi-lagi dengan kecerobohannya Lanna hanya bisa menepuk jidatnya sendiri.
"Ck, bodoh kau Lanna, bisa-bisanya kau malah meninggalkannya di sana tadi," celotehnya.
"IHIHIHIHI! IHIHIHIHI!!!"
Lanna menoleh ke sumber suara dengan tawanya yang cekikikan di sepanjang koridor sekaligus menyeramkan sampai bulu romanya berdiri.
"Apa? Mana mungkin? Kenapa tiba-tiba dia sudah ada di sini?!" Pekik Lanna.
Snomster itu berada di atas langit-langit koridor, menempel di sana dengan rambut panjangnya yang menggeliat seperti hidup.
Lanna berjalan memundur bersamaan dengan snomster itu yang berjalan melata menggunakan rambutnya sebagai kaki di atas kemudian dirinya jatuh duduk, mendadak pikirannya jadi kosong.
Bagaimana tentang inti sihirnya? Lanna menatap telapak tangannya lalu mengarahkannya pada snomster berharap itu akan bekerja secara ajaib padanya namun nihil. Tidak ada apapun yang terjadi. Lalu bagaimana tentang penyeimbang sihirnya? Itu pun sama, tidak ada reaksi apapun seperti contohnya snomster itu yang terlempar.
Kini Lanna tidak tahu harus melakukan apalagi, jadi dia melepaskan salah satu sepatunya dan melemparkannya pada snomster. Tetapi yang terjadi snomster itu dengan mudahnya dapat menangkap sepatunya menggunakan rambutnya. Malahan snomster itu balik melempar sepatu Lanna dan beruntungnya itu tidak mengenainya. Jika mengenainya sudah pasti separuh tubuhnya hancur, itu terlihat dari dinding yang terkena lemparan sepatu itu retak.
Pada akhirnya tidak ada pilihan lain selain Lanna yang memutuskan untuk berlari, berlari dan berlari. Dan snomster itu malah makin mengejarnya di sertai serangan dari rambutnya yang memanjang lebih panjang daripada sebelumnya membentuk seperti bor kerucut, yang runcing dan tajam. Dia mengharapkan Xavier datang tetapi itu tidak mungkin karena dia bilang bahwa di lantai dua tidak ada snomster, Xavier tidak mungkin datang.
...----------------...
Seperti yang di katakan sebelumnya, asisten Rosie masih di dalam mobil menunggu Lanna dan Xavier tengah menyelesaikan misinya. Namun ketika asisten Rosie menegakkan kepalanya, dia melihat bayangan seorang anak lelaki di ujung sana di bawah pohon rindang yang gelap. Berdiri cukup jauh dari mobilnya. Untuk memastikan apa yang di lihatnya itu benar atau tidak, asisten Rosie memutuskan untuk keluar dari mobil.
"Ttheo Tinson, kaukah itu?" Panggil asisten Rosie berjalan mendekati.
Meskipun begitu asisten Rosie selalu menjaga kewaspadaannya. Entah itu Ttheo Tinson atau bukan, dia harus selalu berhati-hati dan tidak lengah. Tetapi melihat dari punggung belakangnya pun asisten Rosie tahu itu adalah Ttheo Tinson sedang berdiri membelakanginya tidak bergerak sekalipun.
"Oh, hai asiten Rosie? Apa kabarmu?" Sapa Ttheo sambil memutar tubuhnya menghadap asisten Rosie tidak lupa dengan senyuman cerianya.
"Sedang apa kau di sini?" Tanya asisten Rosie, matanya sempat melirik ke sebelah kanan dan kirinya merasakan sesuatu yang janggal.
Ttheo berjalan mendekati asisten Rosie. "Tidak, aku hanya sedang... "
Perlahan tubuh Ttheo melumer seperti seperti es yang sedang mencair lalu lenyap begitu saja bak di telan bumi. Bersamaan dengan itu, tiba-tiba muncul dua snomster di kedua sisinya yang entah darimana. Mereka hendak menyerang asisten Rosie. Asisten Rosie bergerak menghindari serangan snomster dan berhasil.
"Ternyata tipuan," ucap asisten Rosie geram.
Snomster di hadapannya mulai menyatukan diri mereka membentuk snomster yang ukurannya lebih besar lalu bergerak ke arah asisten Rosie untuk menyerang dan asisten Rosie melepaskan tusuk sanggulnya, wanita itu juga bersiap untuk menyerang snomster.
"Baiklah," katanya.
...----------------...
Lanna menghentikan larinya, ada sesuatu aneh yang di rasakannya. Matanya bergerak memperhatikan keseliling, dirinya baru menyadari bahwa koridor di lantai dua itu seperti tidak berujung.
"Apa ini? Apa aku terjebak?"
Untuk memastikan, Lanna kembali berlari sekencang-kencangnya dan ternyata benar. Dia terjebak. Sejak tadi dia hanya berputar-putar dan kembali sampai di depan kelas yang sama. Sekali lagi untuk memastikannya, Lanna berinisiatif untuk menyentuh jendela koridor yang mengarah keluar dan tiba-tiba saja tubuhnya terhempas membentur dinding kencang. Lanna merasakan bagaimana sekujur tubuhnya yang terasa sakit terkapar di lantai.
Lalu dia teringat akan ponselnya, untung saja dia menyimpannya dengan baik di dalam saku seragamnya. Dengan susah payah Lanna menggerakkan tubuhnya, duduk bersandar pada dinding dan mulai bergelut dengan ponselnya Lanna berusaha menghubungi Xavier, menelpon anak lelaki itu tetapi anehnya tidak ada sinyal sama sekali. Bahkan pesan yang dia kirimkan belum juga Xavier baca.
Sebenarnya apa yang sudah terjadi? Batin lanna.
Telepati? Lanna juga baru ingat. Telepati itu adalah hal yang umum untuk seorang penyihir. Dia mulai memfokuskan pikirannya dalam beberapa saat berusaha menghubungi Xavier tetapi sialnya adalah pikirannya tidak bisa fokus. Tidak menyerah begitu saja, Lanna kembali memfokuskan pikirannya lalu gagal dan terus mengulanginya hingga dia berjongkok merasa frustasi mengusap wajahnya kasar. Usahanya terus-terusan gagal sekaligus tidak tahu lagi apa yang harus dia lakukan sekarang.
"Bodoh, bodoh! Dasar kau bodoh!" Lanna merutuki dirinya sendiri seraya memukuli kepalanya. "Seharusnya kau tidak usah ngeyel dan tetap berdiam diri saja. Kau jadi malah terlihat lebih tidak berguna kalau begini Lanna!"
Di kesempatan itu snomster yang tadi mengejarnya sudah berada terlihat di kejauhan dengan tawanya menyeramkan siap untuk membunuh Lanna.
Tidak ada waktu untuk melamun Lanna langsung bangkit berdiri dan kembali berlari sangat kencang sesekali kepalanya menoleh ke belakang melihat snomster itu masih mengejar. Tepat saat Lanna kembali menatap ke arah depan tiba-tiba snomster itu sudah berada di hadapannya. Lanna memekik terkejut, berjongkok menutupi seluruh wajahnya.
"XAVIER!!!" Teriak Lanna.
Dan,
"GROAAAAAAAKHHHH!!! AAAAAAKH!!! SAKIT!!!"
PRANG!
Xavier datang menggunakan teleportasinya dan seolah-olah sudah memecahkan sebuah kaca Bersamaan dengan itu, snomster yang berada di hadapan Lanna menggeliat kesakitan karena serangan yang di berikan Xavier, rantai raksasa dengan kobaran api birunya muncul dari dasar lantai kemudian menahan tubuh snomster tersebut.
Lanna menoleh ke belakang. "Xavier?" Kemudian berlari, berlindung di belakang punggung Xavier.
Sementara rantai raksasa itu mulai membakar snomster tersebut dalam hitungan detik dan betapa ngerinya ketika Lanna mendengar snomster itu berteriak kesakitan. Setelah snomster itu lenyap Xavier menetralkan jejaknya dan ajaibnya koridor pun berubah menjadi kelas. Kelas yang tadi terdapat snomster dan dirinya, melihat itu Lanna terheran, tercengang sekaligus terkejut bukan main. Dia baru saja merasakan suatu fenomena yang tidak masuk akal bagi dirinya sendiri.
"Kau tidak apa-apa, kan?" Tanya Xavier.
"Ah, i-iya, aku tidak apa-apa," jawabnya terbata-bata.
Tetapi itu artinya saat dia berhasil keluar dari kelas bukan berarti benar-benar memang sudah keluar dari kelas. Koridor tempatnya berlari tadi? Jadi dia hanya berputar-putar di dalam kelas saja? Apa itu yang di sebut ilusi? Ya, apapun itu pada akhirnya Lanna mengurungkan niatnya untuk membicarakan hal yang barusan terjadi kepada Xavier. Yang paling penting sekarang dia dan juga Xavier selamat.
"Terimakasih ya, Xavier. Pada akhirnya aku cuma bisa merepotkanmu," ucap Lanna merasa tidak enak hati.
"Ya," jawab Xavier singkat. "Lebih baik kita turun ke bawah sekarang, misi kita sudah selesai,"
"Iya," jawab Lanna mengangguk-anggukkan kepala.
Mereka keluar kelas dan berjalan beriringan tanpa adanya sebuah percakapan sedikit pun. Xavier menatap rambut Lanna yang sudah berantakan dia juga baru menyadari Lanna yang berjalan dengan salah satu kakinya tanpa alas kaki. Dia juga merasa cukup kagum dengan Lanna yang tidak menangis sedikitpun walaupun pasti semua hal tadi yang terjadi itu membuatnya sangat takut.
"Bukannya..."
"Kau mau... "
Ucap mereka bersamaan.
"Kau dulu," kata Lanna.
"Tidak, kau dulu," jawab Xavier.
Kemudian mereka sama-sama terdiam.
"Bukannya kau belum membaca pesanku?" Lanna mencoba membuka percakapan lebih dulu.
Ya, walaupun isi pesannya bukan tentang adanya snomster di lantai dua tetapi tetap saja.
"Oh, itu?" Xavier merogoh saku celananya untuk memeriksa pesan dari Lanna dan memang benar. "Aku membuat ponselku menjadi mode senyap namun meksipun begitu sebenarnya aku sudah tahu snomster itu adanya di lantai dua. Agak sulit untuk masuk ke dalam ilusi buatannya yang membuatmu hampir saja terperangkap selamanya. Syukurnya kau baik-baik saja," jawabnya memasukkan ponselnya kembali ke saku celana.
"Oh, begitu," timpal Lanna.
"Ayo," Xavier tiba-tiba berjongkok di hadapan Lanna.
Lanna tentu saja agak terkejut tetapi dia langsung paham dan melirik kakinya sendiri.
"Aku ini berat, lho," ujar Lanna.
"Aku sudah pernah membopongmu. Ayo cepat!" Sahut Xavier. "Kalau tidak aku akan menarik lagi tawarkanku—"
"Iya, baiklah," potong Lanna.
Pada akhirnya dia naik ke punggung Xavier dan lelaki itu mulai melangkahkan kakinya kembali.
"Jalan kaki biasa atau teleportasi?" Tawar Xavier.
Mendengar itu Lanna mendadak jadi bersemangat. Dia lebih mendekatkan wajahnya ke dekat wajah samping Xavier.
"Aku mau teleportasi! Teleportasi!"
"Baiklah,"
Dan mereka berdua menghilang dari tempat dalam sekejap.
...----------------...
Mereka sudah sampai di depan gerbang berdiri di dekat mobil masih dalam keadaan Xavier yang menggendong Lanna.
"Asisten Rosie kemana, ya? Dia tidak ada di mobil," kata Lanna kepalanya melongok-longok melihat ke dalam mobil.
"Benar," sahut Xavier ikut melihat ke dalam mobil.
"Apa kita cari saja?" Usul Lanna.
"Tidak perlu, asisten Rosie tidak lama pasti kembali. Kita tunggu saja di sini," tolak Xavier.
"Kalian sudah selesai? "
Itu asisten Rosie. Wanita itu berjalan dari kegelapan seraya memakai kembali tusuk sanggulnya.
"Asisten Rosie, kau darimana?" Tanya Lanna.
Melihat asisten Rosie yang memakai kembali tusuk sanggulnya Xavier paham akan sesuatu. Wanita itu sudah pasti telah menumbangkan snomster.
"Maaf ya, membuat kalian yang jadi menungguku pada akhirnya. Ada sesuatu yang ku bereskan dulu. Para makhluk-makhluk itu sungguh menjengkelkan," ucap asisten Rosie tetapi dia tidak berbicara mengenai bagaimana tadi bayangan Ttheo Tinson yang melumer seperti es kepada kedua anak di hadapannya itu.
"Kalau begitu kita pulang sekarang," ajak Xavier.
...****************...