Menunggu adalah cinta yang paling tulus, tapi apakah yang ditunggu juga mencintai dengan tulus? Sudah tiga tahun lamanya Anaya Feroza Mardani menunggu sang kekasih pulang dari Indonesia. Kabar kematian sang kekasih tak akan membuat Naya begitu saja percaya sebelum dirinya bertemu dengan jasad sang kekasih.
Penantian tiga tahun itu, membuat kedua orang tua Naya harus menjodohkan Naya dengan seorang Dokter tampan bernama Naufal Putra Abikara anak dari Abikara Grup, yang tak lain adalah musuhnya saat SMA dulu.
Apakah kekasih yang Naya tunggu akan datang? Dan apakah dia masih hidup atau sudah meninggal? Bagaimanakah hubungan Naya dengan Naufal?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aniec.NM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 35 Airin and Raka!!!!!!!!!
Naufal melihat Diva keluar dari rumah sakit dengan tergesa-gesa, Naufal semakin curiga ketika Naya masuk kedalam mobil dengan memakai masker. Hal ini membuat Naufal semakin curiga dan diam-diam mengikutinya. Naufal tetap fokus pandangannya selalu berpusar pada mobil Diva yang ada dihadapannya itu.
“Naya tenang, aku bakal temuin kamu sayang,” ucap Naufal penuh keyakinan.
Perjalanan mengikuti Diva itu lumayan menempuh jarak jauh, Naufal bersuha fokus agar dia tidak kehilangan jejak Diva. Hingga mobil berwarna putih itu berhenti di sebuah rumah sederhana bercat biru yang sedikit memudar. Diva turun dari mobil dengan tangan kanan membawa paper bag itu apa isinya, Naufal masih mengintai di sebrang jalan dari dalam mobil, dia masih melihat gragrik wanita itu hingga Diva masuk kedalam ruang itu.
Naufal segerah turun dari mobil dan tak lupa memakai topi hitam dan masker agar tidak ada yang mengenali, ketampanannya semakin meningkat. Naufal mengendap-ngendap, langkahnya pun dia pelankan agar tidak ketahuan. Dia mengintip di jendela, masih tidak melihat apapun karena jendela itu terhalang gorden. Naufal mencoba melihat di belakang rumah itu, terdapat perkebunan buah dan rerumputan hijau, dia tidak menemukan apa-apa. Naufal tidak mungkin masuk kedalam tanpa dia melihat apapun di dalam, dia juga tidak tau sedang apa Diva di dalam sana.
“Ck, sial apa yang harus gue lakukan?” Naufal berdecak kesal.
Dia kembali kedalam mobil, lalu pergi dari rumah itu. Sebenarnya dia tidak pergi, namun dia menjaga jarak sedikit agar Diva tidak tau keberadaannya. Tanpa Naufal sadari.
Tanpa Naufal sadari sebenarnya Diva sudah mengetahui kalau Naufal mengikutinya, jadi Diva bersembunyi di balik pintu dengan tangan menutupi mulutnya, barulah dia bernafas lega setelah Naufal pergi dari sini.
“Hufh, untung dia pergi.”
**
Sebuah bangunan kosong yang cukup luas, terlihat seorang wanita dia terlihat lemas, dia duduk di kursi dengan kaki dan tangannya diikat tali, mulutnya disumpal dengan kain sehingga dia tidak bisa berbicara bahkan berteriak.
“Aku dimana?” tanyanya dalam hati.
Naya melihat sekelilingnya, hanya ada kursi dan tangki minyak yang sudah tidak layak dan berdebu. Bangun ini cukup luas, terlihat tidak ada orang Naya tidak ingin apa yang terjadi.
“Naufal, kamu dimana tolong aku,” ucapnya dalam hati.
Naya tidak tau ada yang terjadi, dia tidak ingat, dia pun tidak tahu sudah berapa lama dia pingsan. Yang jelas dia tau kalau saat ini Naya sedang di culik.
Tap!tap!
Langkah kaki seseorang mencuri perhatian Naya, Naya melihat siapa dia yang akan menghampirinya. Seorang wanita dengan pakaian rapi dan kacamata hitam yang menutupi setengah wajahnya. Perlahan dia mendekati Naya, dengan senyum sinisnya.
“Naya!”
Naya membulatkan kedua matanya, dengan jelas dia melihat siapa wanita itu.
“Gimana tidurnya? Enak? Jelas enak dong.” Wanita melepas kacamatanya, lalu berjongkok di depan Naya.
“Udah lama ya kita nggak ketemu, bentar lagi aku bakal jadi aunty. Tapi aku nggak suka, gimana dong, ohh apa aku bunuh aja ya anak kamu supaya kamu menderita,” katanya tertawa puas.
Wanita itu memegang dagu Naya, menatap kanan dan kiri pipi Naya mengamatinya beberapa detik.
“Pipi kamu halus juga ya, aku iri deh. Aku nggak sempet perawatan kaya kamu.”
‘Plak!’ Tamparan kasar tepat mengenai pipi kanan Naya meninggalkan bekas kemerahan.
Naya hanya bisa menangis, menghapus air matanya pun dia tidak bisa. Dia tidak bisa berteriak, bahkan melawan.
“Ya Allah tolong aku, Naufal tolong aku,” ucapnya dalam hati. Naya hanya bisa berharap Naufal menyelamatkannya.
“Kamu berharap Naufal nolong kamu ya, Hahaha. Ngga ada terjadi Nay, nggak akan bisa.”
“Aku kasian deh sama kamu, aku lepaskan kain ini ya.” Wanita itu melepas kasar kain itu dari mulut Naya.
Naya akhirnya bisa bernafas lega, walaupun dia tidak bisa apapun.
“Airin!” panggil seseorang lelaki.
Naya sontak menoleh siapa lelaki yang memanggil Airin. Lagi-lagi Naya membulatkan kedua matanya, dia benar-benar terkejut kali ini, dan benar-benar tidak menyangka.
“Raka!”
Raka mendekati mereka berdua, dia merangkul Airin, kemudian keduanya mengamati Naya dengan tatapan yang tak bisa diartikan.
“Jadi kalian kerja sama?” tanya Naya.
Keduanya saling melepas pandang, kemudian tertawa bersama. “ Naya … Naya lo nggak tau apa emang bego!” bentak Airin.
“Apa motif kamu nyulik aku Airin?” tanya Naya, mulai memberanikan diri.
“Yang jelas ada dong, nggak mungkin dong gue capek-capek bersikap baik sama Lo kalau nggak ada maksudnya.”
“Ya apa motif nya Airin!” bentak Naya.
“Hahahahaha… santai aja Nay, gue cuma mau Lo hancur,” bisik Airin tepat di telinga Naya.
Airin duduk di depan Naya, dengan kedua tangannya memegang sebuah pistol, ia bermain dengan tangannya, memutar-mutarkan pistol itu. Naya cukup terkejut Airin senekat itu, Airin yang dia kenal selama ini bukan Airin yang ada di hadapannya ini.
“Sejak SMA gue cinta sama Naufal, gue sayang sama dia, saat malam itu gue mau ngungkapin perasaan gue ke Naufal, tapi lo bilang lo akan menikah sama dia,” jelas Airin.
“Bukannya kamu udah nikah Airin?” tanya Naya.
“Gue nikah? Nggak guna pernikahan itu Nay! Gue Ira sama lo, gue mau Naufal tapi kenapa gue nikah sama orang lain, sama orang yang nggak gue cinta, kenapa Nay!” bentak Airin.
“Airin, kamu nggak boleh iri sama kebahagian orang lain, setiap manusia memiliki kebahagiaannya masing-masing, pasti aku akan bahagiain Airin, aku bakal selalu jadi teman kamu Airin,” sahut Naya.
“Temen? Apa temen? Gue nggak nganggep lo temen gue, bahkan sahabat gue. Gue benci sama lo, benci sama lo Nay!” bentak Airin.
‘Plak!’ Airin menampar untuk kedua kalinya.
“Naufal tolong aku,” ucap Naya berharap.
“Nggak akan Nay, dia nggak akan datang. Naufal di pengecut itu nggak datang!” Kali ini Raka yang membuka suara.
“Sayang, apa kamu nggak kangen sama aku, aku sekarang udah kembali loh, tapi kamu malah sama dokter itu,” ujar Raka, mendekati wajahnya, dia mengelus lembut pipi Naya, Naya malah menepisnya.
“Singkirkan tangan kotor lo dari wajah istri gue!” bentak seseorang.
Airin, Raka dan Naya sontak menoleh ke sumber suara itu, suara yang Naya harapkan, seseorang yang Naya rindukan, Naufal.
“Naufal!” ucap Raka dan Airin serentak terkejut.
Naufal berjalan mendekat, tatapan yang berhenti pada Raka dan Airin, lelaki bertubuh tinggi itu mengenakan Hoodie hitam serta topi hitam aura karismatik nya bertambah, Naufal mengepalkan kedua tangannya, dia sudah gatal ingin menghajar lelaki yang tengah menyentuh istrinya.
Bugh
Bugh
Bugh
Tinjuan melayang pas mengenai rahang Raka, tanpa aba-aba Naufal menghajar habis-habisan pria itu tanpa ampun. Emosinya sudah tak bisa terkendali. Hingga Raka tersungkur tak berdaya di lantai. Belum selesai urusannya dengan Raka, Naufal harus menghadapi orang-orang suruhan Raka yang jumlahnya banyak tiba-tiba muncul, menghajar Naufal. Naufal berani menghindar tinjuan dari mereka, dia berkelahi satu bersatu oleh mereka.
Bugh
Bugh
Bugh
Bugh
“Naya, tutup mata kamu, tutup mata kamu Naya!” teriak Naufal.
Dengan terpaksa Naya harus menutup matanya, walaupun sebenarnya dia sangat ketakutan. Naufal tidak ingin Naya melihat perkelahian ini, dia tidak mau Naya melihat dia terluka.
Naufal melawan mereka, menangkis setiap serangan dari mereka satu persatu, dia berusaha melawan agar sebenarnya energinya sudah mulai habis, mereka terus-terusan menyerang.