Arabella Brianna Catlin Hamilton saat ini tengah tersenyum sumringah dan perasaanya amat sangat bergembira.
Bagaimana tidak? Hari adalah hari anniversary kedelapan dari hubungannya dengan kekasih sekaligus teman masa kecilnya— Kenan Kelvin Narendra.
Namun, hatinya tiba-tiba hancur berkeping-keping ketika Kenan memutuskan hubungan dengannya tanpa alasan yang jelas. Kemudian, Bella mengetahui bahwa lelaki itu meninggalkannya demi wanita lain— seseorang dari keluarga kaya raya.
Karena tidak tahan dengan pengkhianatan itu, Bella menghilang tanpa jejak.
Dan enam tahun kemudian, Bella kembali sebagai seorang pengacara terkenal dan berusaha balas dendam kepada mereka yang berbuat salah padanya— keluarga si mantan.
**
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesta
Keesokan harinya adalah awal hari pekan dan juga hari pesta.
Bella bertemu dengan Galvin untuk pertama kalinya ketika lelaki itu datang untuk menjemput Bella di apartemennya dan berangkat ke acara pesta secara bersama-sama.
"Aku tidak percaya akhirnya kita bisa bertemu." Kata Bella, ketika mereka berdua berjalan mendekati mobil Galvin diparkiran apartemen.
Galvin tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Lelaki itu tampan dengan rambut pirang coklat dan mata gelap. Ya, setidaknya dia terlihat sama seperti apa yang terpasang di foto profilnya.
Galvin mengulurkan tangannya dan saat Bella membalas jabatan tangan lelaki itu, dia mengangkat tangan Bella dan mengecup punggung tangannya. "Aku hanya ingin mengatakan, aku benar. Kamu terlihat sangat cantik kalau dilihat secara langsung."
Pipi Bella memerah. Dia berdehem untuk menyembunyikan kegugupannya. "Bagaimana kalau kita—
"Apa malam ini aku tidak bertemu dengan putri mu?." Tanya Galvin menoleh kearah gedung apartemen Bella.
"Itu terlalu cepat." Jawab Bella. "Aku akan memperkenalkan kamu sebagai temanku dulu."
"Teman?." Sebelah alis Galvin terangkat..
Bella mengangguk kecil. "Ya, kita teman. Kita belum terlalu mengenal satu sama lain. Selain itu, aku tidak mau membuat putriku bingung kalau ternyata hubungan ini tidak berhasil."
Galvin tersenyum dan mulai membukakan pintu mobil untuk Bella. Setelah itu, mereka berangkat ke tempat pesta tersebut.
Sebelum sampai di tempat tujuan, Bella teringat sesuatu. Dia menoleh, memandang lelaki tampan yang duduk disampingnya itu. "Ngomong-ngomong siapa nama margamu? Aku baru sadar aku hanya tahu namamu saja."
Galvin menoleh dan tersenyum manis. " Addison. Namaku Galvin Reviano Addison."
"Oh." Bella mengangguk kecil.
Ketika Galvin menunggu Bella kembali bertanya dan ternyata wanita itu hanya diam saja. Galvin tersenyum dan meraih tangan Bella, lalu menggenggamnya erat, sesekali dia melepaskannya untuk mengatur gigi mobilnya.
Tak berapa lama, mereka akhirnya tiba di aula pesta. Setelah memarkirkan mobilnya dan turun. Begitu mereka masuk kedalam aula, kedatangan mereka rupanya menjadi pusat perhatian banyak tamu undangan.
Bella terlihat sangat cantik dengan dandanannya dan penampilannya yang elegan. Gaun hitamnya memiliki bagian punggung yang terbuka, desain tersebut dimaksudkan untuk menonjolkan lekuk tubuhnya yang begitu memeluk tubuhnya. Gaunnya yang sederhana, namun elegan, memberinya tampilan yang anggun dan berkelas.
Bella mengeriting rambutnya menjadi updo dan mengenakan anting-anting berlian yang berkilau setiap kali lampu-lampu gantung menyinarinya. Lipstik berwarna merah menghiasi bibir ranumnya, memperlihatkan fitur wajahnya yang begitu cantik.
Sementara itu, di aula VIP. Seorang lelaki berambut cokelat tua memperhatikan keributan orang-orang yang menonton kedatangan dua orang di dekat pintu masuk dan lelaki itu menoleh untuk ikut melihat. Dia lalu menoleh kearah Kenan. "Bukankah itu Bella?."
Lelaki berambut cokelat tua itu tidak lain adalah Elmero Harvey Oswald, sahabat Kenan dari kecil. Dan lelaki yang duduk di kursi lain, seorang lelaki berambut pirang yang sedang meminum winski miliknya sembari dia juga ikut menoleh untuk melihat. Lelaki itu adalah Liam Emiliki Kyler, juga sahabat Kenan dari kecil.
"Astaga, dia cantik sekali! Tunggu, siapa pria itu?." Tanya Elmero, saat Kenan menoleh untuk melihat apa yang kedua sahabatnya itu lihat.
Kenan mengernyitkan dahinya ketika dia melihat lelaki yang berjalan berdampingan bersama dengan Bella. Perasaan cemburu merayapi dirinya, siap menyebar dan membakar ketika melihat mereka berdua.
Lelaki itu bahkan berani memegangi pinggang Bella.
'Hanya aku yang boleh menyentuh bella.' Batin Kenan. Perasaan cemburu yang mengancam dapat membuatnya hilang kendali.
"Sudah kubilang padamu untuk pergi dan mencari gadis lain." Kata Liam, satu-satunya playboy diantara kedua sahabatnya dan Kenan melayangkan tatapan tajamnya.
"Aku tidak sepertimu, aku hanya cukup dengan satu wanita." Balas Kenan. Pandangannya kembali mengarah pada Bella yang terlihat sedang tertawa riang dengan lelaki yang berdiri di sampingnya itu.
Kenan mengepalkan tangannya, melawan keinginan untuk bangkit dari tempat duduknya dan meninju lelaki itu hingga babak belur. Berani dia menyentuh wanitanya?.
"Kau cemburu, kawan?." Goda Elmero sembari menyenggol lengan Kenan. "Oh, Liam! Lihat bagaimana Kenan memandangi Bella. Menurutku diam benar-benar sedang jatuh cinta."
"Diam!." Kenan menggeram, suaranya terdengar rendah dan berbahaya.
'Apa dia bajiangan yang Bella bicarakan kemarin?.' Batin Kenan.
Kecemburuan yang luar biasa menggerogoti hatinya selama lima belas menit berikutnya saat Kenan melihat Bella berinteraksi dengan lelaki yang datang bersamanya.
Ketika mereka melangkah ke lantai dansa dan lelaki itu melingkarkan lengannya di pinggang Bella, Kenan sudah benar-benar muak.
Dia meneguk winski miliknya dan beranjak dari duduknya. "Aku sudah tidak bisa menahannya."
Sementara itu, disaat yang sama. Bella sedang bersenang-senang. Meski pada awalnya dia merasa tidak nyaman, tetapi setelah menghabiskan waktu bersama Galvin, Bella semakin menyadari bahwa lelaki itu adalah orang yang menyenangkan.
Galvin juga terlihat cukup berpengaruh saat memperkenalkan Bella pada beberapa orang penting di pesta tersebut. Namun, Galvin belum memberitahu Bella tentang pekerjaannya. Tetapi Bella menduga jika Galvin memiliki posisi yang tinggi di salah satu perusahaan besar sehingga lelaki itu diundang ke acara semacam ini.
Sekarang, mereka berada dilantai dansa setelah Galvin mengajak dan sedikit memaksa Bella untuk berdansa. Bella sempat menolak ajakannya beberapa kali ketika dia merasakan bulu kuduknya berdiri dan ketika Bella menengok ke belakang, kedua matanya terbelalak lebar karena dia melihat Kenan yang sedang melayangkan tatapan tajam kearahnya.
Kenan memandangi mereka seolah ingin membunuh seseorang dengan tatapannya itu.
Dan karena itu, apa yang Kenan lakukan membuat Bella merasa kesal. Lelaki sudah bertunangan dengan Sofia, tetapi masih bertingkah seolah dia adalah kekasihnya. Hak apa yang Kenan miliki untuk menatapnya seolah dirinya telah berselingkuh?
Karena itu, Bella menyetujui ajakan Galvin untuk berdansa. Meskipun dirinya tidak terlalu bisa berdansa, Bella ingin melihat Kenan menyadari bahwa dirinya bukan milik dia lagi. Hubungan mereka sudah selesai. Seperti yang lelaki itu inginkan enam tahun yang lalu.
Galvin meletakkan tangannya dan pinggang Bella dan menariknya agar mendekat. Lelaki itu sedikit membungkukkan badannya untuk berbisik. "Tenang saja."
Bella menelan salivanya dan meletakan tangannya di bahu Galvin sebelum akhirnya mereka mulai bergoyang mengikuti alunan musik. Galvin menatap mata Bella dan bertanya. "Jadi, apakah aku sudah lulus ujian? Apa menurutmu kita pergi berdua lagi suatu hari?."
"Hmmm.." Bella menggigit bibir bawahnya, jantungnya berdebar kencang. Wanita muda itu hampir menyetujui ajakan Galvin, namun suara Kenan terdengar dan mengganggunya.
"Maaf aku mengganggu kalian berdansa, tapi aku ingin membahas sesuatu dengan direktur hukum ku." Tuntut Kenan dengan nada yang tegas.
Bella menatap Kenan dengan raut wajah tak percayanya. Apakah Kenan benar-benar melakukan tindakan memalukan ini? Bella hendak menjawab perkataan Kenan, tetapi Galvin telah lebih dulu buka suara.
Galvin mengambil langkah mundur dari Bella dan menoleh kearah Kenan. Dia tersenyum mengejek. "Maaf, tapi ini bukan berada di perusahaan mu dan Bella sedang tidak menjadi direktur hukum saat ini. Aku pikir kau tidak sopan karena telah mengganggu waktu kami."
"Ya, ini memang bukan di gedung perusahaanku, tapi aku adalah donatur terbesar untuk organisasi amal ini. Aku perlu membuat beberapa kontrak dengan pemiliknya. Jadi, karena Bella adalah direktur hukum ku bahkan sampai saat ini karena aku sedang bekerja dan aku juga atasannya." Jawab Kenan dingin, rahang tegasnya terkantup rapat.
Bella mengernyitkan dahinya, dia merasa marah karena sikap Kenan. Menatap Kenan dengan tatapan mata tajamnya, Bella kemudian buka suara. "Aku akan menangani masalah ini dari Senin besok."
"Ini urusan yang mendesak." Kata Kenan dan belum sempat Bella menjawabnya, Kenan telah lebih dulu menarik pergelangan tangan Bella dan mengajaknya pergi secara paksa.
"Kamu tidak sadar dengan apa yang kamu lakukan barusan? Orang-orang memperhatikan kita!." Kata Bella dengan suara rendahnya. Wanita itu tidak punya pilihan lain, selain mengikuti Kenan untuk menghindari keributan selama acara berlangsung..
"Aku tidak perduli." Kata Kenan.
"Kamu mungkin tidak perduli, tapi aku perduli! Lepaskan tangan ku!." Sergah Bella.
Tepat ketika Bella mengira Kenan akan mengajak ke tempat yang sepi, ternyata lelaki itu mengajak untuk duduk ke meja VIP, tempat dia duduk bersama dengan teman-temannya.
"Duduk di sini. Aku akan menunggumu sampai kamu siap untuk kembali padaku. Tapi kamu harus ingat bahwa kamu adalah milikku." Kata Kenan dengan suara rendahnya dan mendapatkan tatapan tajam dari Bella.
Bella hendak membalas, tetapi Elmero telah lebih dulu mendahuluinya.
"Bella, lama kita tidak bertemu. Bagaimana kabarmu?."
"Ya, Kenan benar. Duduklah disini dan ayo kita mengobrol seperti dulu." Kata Liam menyela. "Atau jangan katakan kamu tidak bisa berkumpul bersama kita karena kamu bukan milik Kenan lagi?."
Bella menghela napas. Sama seperti Kenan, dia telah berteman dengan Elmero dan Liam sejak kecil. Mereka berdua tidak pernah menyakitinya atau melakukan apa pun padanya sehingga Bella tidak bisa bersikap kasar pada mereka. "Aku sangat ingin mengobrol bersama dengan kalian berdua. Tapi aku ke sini bersama dengan seseorang, tidak sopan kalau aku meninggalkan nya sendirian."
Kenan mengernyitkan dahinya, mengapa Bella malah memikirkan lelaki itu? Apakah Bella tidak mengerti jika dia hanya milik Kenan?.
Elmero berdehem. "Pesta ini sudah selesai. Bagaimana kalau kita mengadakan pesta sendiri di klub black? Kamu bisa mengundang teman laki-laki itu, Bella."
Bella tersenyum mendengar saran dari Elmero. Dia mengangguk, setuju. "Aku akan memberitahu dia sekarang."
Saat Bella langsung pergi begitu saja, Kenan melayangkan tatapan tajamnya ke arah Elmero. "Kenapa kamu membolehkan dia mengundang bajingan itu?."
Elmero terkekeh gugup sembari meneguk winski miliknya. "Ayolah, kawan. Bella membencimu. Apa dia akan mau datang ke klub ketika kamu juga ada di sana? Aku menyuruhnya datang untuk mengajak temannya agar dia tidak menyangka kalau aku sengaja membuat kalian berdua bertemu."
"Ya, menurutku itu ide bagus. Dengan cara ini, kamu bisa mengenal lelaki itu dan tau apa niat dia mendekati Bella. Kamu bisa mengerti, kan? Berteman dengan musuh." Kata Liam.
Kenan merenungkan apa yang dikatakan oleh teman-temannya itu dan mengangguk pelan. "Kalian benar. Aku memang belum mengenal orang itu, tapi sepertinya dia dikenal beberapa orang di sini. Menurutku, dia mencurigakan."
Sementara itu, setelah Bella kembali bersama Galvin, dia menyetujui ajakan Bella dan setelah pesta benar-benar selesai, Bella bersama Galvin menuju Klub Black. Sedangkan, Elmero, Liam dan Kenan menuju kesana dengan mobil terpisah.
Ya— seperti yang kalian tahu. Gedung Black adalah klub kelas atas yang berada dibawah Narendra Corporation.
*
Setibanya disana, mereka memesan ruangan VIP.
Kenan mengabaikan Galvin, sementara Liam dan Elmero asyik mengobrol kesana kemari, mencoba mendapatkan informasi mengenai siapa sebenarnya Galvin.
Tak hanya mengobrol untuk mendapatkan informasi, mereka juga memesan alkohol dan mulai bermain poker, sementara Elena hanya diam melihat juga mengawasi.
Beberapa saat kemudian, Kenan mengamati Galvin dan bertanya. "Aku belum pernah melihatmu. Siapa kau sebenarnya?."
Galvin menoleh dan sepertinya ada kebencian yang tak terucap diantara keduanya. Wajah mereka tidak menunjukkan emosi apapun, tetapi ketegangan yang terasa begitu kental hingga mencekik.
"Aku juga seorang pengusaha. Tapi aku tidak setenar dirimu. Dan aku terkejut setelah mengetahui ternyata kau adalah atasan Bella." Jawab Galvin setelah beberapa detik kemudian.
"Mantan." Koreksi Kenan.
"Apa?."
"Aku mantan pacarnya! Bos terdengar terlalu formal." Kata Kenan dingin.
"Oh kalau begitu, kurasa akulah calon suaminya. "Kata Galvin, membuat Kenan mengepalkan tangannya dan merusak kartu yang berada digenggaman nya.
"Itu tidak akan terjadi." Desis Kenan dengan nada bicaranya yang keras, rahang tegasnya terkantup rapat. "Kau tidak akan menjadi masa depannya apapun yang terjadi."
Elmero dan Liam saling berbagi pandangan ketika segala sesuatunya tampak seperti lepas kendali.
"Hmm.. ayo kita lanjutkan permainan." Ajak Liam, mencoba untuk menghentikan perkelahian yang akan segera terjadi.
Disaat yang sama, Bella mengabaikan mereka dan menenggak botol bir. Dia telah memperhatikan mereka yang saling melemparkan tatapan tajam, tetapi dia tidak punya waktu untuk berurusan dengan lelaki yang memiliki ego seluas samudra itu.
Baru setelah Galvin pergi untuk menerima panggilan dari seseorang, Bella merasa jika dirinya telah mabuk. Wanita itu bangkit berdiri dengan terhuyung-huyung, tetapi ketika dia akan terjatuh, sebuah lengan kekar melingkar di pinggangnya dan menariknya mendekat.
Aroma musky yang memikat memenuhi hidungnya dan jantungnya berdebar kencang. Dia tidak perlu melihat ke atas untuk mengetahui siapa yang menggendongnya.
"Hati-hati." Suara serak Kenan terdengar di telinganya. "Kamu bisa saja melukai dirimu sendiri."
Sebuah desiran aneh merambat di punggung Bella ketika mendengar Kenan berbicara. Dia sedikit menggeliat didalam pelukan lelaki itu. "Sepertinya kamu sangat peduli! Entah aku akan melukai diriku sendiri atau tidak, itu bukan urusanmu." Kata Bella yang saat itu masih sedikit sadar.
"Astaga, Bella masih sama seperti dulu, dia tidak bisa menahan alkohol." Kata Elmero dan terkekeh kecil.
"Kalian bisa lanjut bermain, aku akan membawa Bella pulang." Kata Kenan, membawa Bella keluar dari klub dengan menggendong ala bridal style. Namun, ketika masih melewati lorong, Bella mulai meronta seolah dia kembali sadar sepenuhnya dan menolak untuk di gedong oleh Kenan.
"Kenan, apa yang kamu lakukan? Aku sudah bilang kalau aku membencimu! Menjauh dariku dan turunkan aku sekarang." Kata Bella memukul dada bidang Kenan.
Degh!
Kenam merasa seperti ada yang meremas hatinya. Sungguh menyakitkan mengetahui bahwa bahkan ketika berada di tengah kesadarannya, Bella tetap saja ingin menghindarinya.
"Kamu mabuk, aku akan mengantarmu pulang." Jawab Kenan, dahinya tertekuk ketika melihat Bella yang tetap meronta dan minta untuk di turunkan.
"Aku tidak akan pergi kemanapun bersamamu! Aku ingin bersama Galvin! Aku mau dia yang mengantarku pulang."
Kenan menghela napasnya, tidak ada gunanya berdebat dengan orang sedang mabuk. Kenan mengencangkan cengkraman tangan dan melanjutkan langkahnya. "Aku tidak akan membiarkan lelaki lain berada didekatmu, apa lagi dalam kondisimu yang seperti ini." Kata Kenan dengan suara lembut dan rendah.