Rafael Graziano Frederick, seorang dokter spesialis bedah, tak menyangka bahwa ia bisa kembali bertemu dengan seorang gadis yang dulu selalu menempel dan menginginkan perhatiannya.
Namun, pertemuannya kali ini sangatlah berbeda karena gadis manja itu telah berubah mandiri, bahkan tak membutuhkan perhatiannya lagi.
Mirelle Kyler, gadis manja yang sejak kecil selalu ingin berada di dekat Rafael, kini telah berubah menjadi gadis mandiri yang luar biasa. Ia tergabung dalam pasukan khusus dan menjadi seorang sniper.
Pertemuan keduanya dalam sebuah medan pertempuran guna misi perdamaian, membuat Rafael terus mencoba mendekati gadis yang bahkan tak mempedulikan keselamatan dirinya lagi. Akankah Mirelle kembali meminta perhatian dari Rafael?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PimCherry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ALASAN KAMU PULANG
Mirelle akhirnya pergi bersama Marco. Ia sangat senang sekali. Mood nya yang awalnya hancur, kini berubah. Ia bahagia, benar benar bahagia.
“Kita makan di sana saja, Elle,” ucap Marco.
“Hmm … ayo!” Mirelle sangat bersemangat. Berada di dekat Marco, ia seperti kembali menjadi dirinya yang dulu. Sukap manjanya kembali karena saat ini ia bergelayut di lengan Marco.
Keduanya duduk berhadapan di sebuah restoran cepat saji. Sudah lama Mirelle tak makan makanan seperti inj dan ia sangat merindukannya.
“Kamu tak ingin pulang, Elle?” tanya Marco.
Mirelle menatap Marco kemudian menghela nafasnya pelan. Ia tampak berpikir dan berpikir.
“Apa Dad dan Mom akan marah padaku karena aku tak pernah pulang, Kak?” tanya Mirelle.
Marco tersenyum kemudian memegang tangan Mirelle, “Kami sangat menyayangimu, Elle. Kamu kembali, mereka akan merasa sangat senang.”
“Akan kupikirkan.”
“Pikirkanlah selama tiga hari ini. Jika kamu ingin kembali, kamu bisa pulang bersama kakak.”
Mirelle menganggukkan kepalanya. Ia tersenyum dan merasa lebih tenang saat ini.
Sementara itu di markas tentara, Rafael dan ketiga rekannya yang telah selesai memeriksa kesehatan para tentara, kembali ke ruangan mereka. Rafael akan membuat rekap tentang daftar nama nama yang boleh pergi dan nama nama yang tidak diizinkan pergi.
Rafael melihat daftar nama nama itu dan tersenyum penuh kemenangan. Ia telah berhasil membuat Mirelle tak akan mengikuti pelatihan, yang artinya Mirelle akan tetap di sana dan beristirahat. Gadis itu tak akan berada dalam bahaya.
“Lihatlah apa yang bisa kulakukan, Elle. Aku akan membuat aktivitasmu perlahan berkurang. Aku akan menjauhkanmu dari ketentaraan ini dan semua misi misi berbahaya. Aku akan membuatmu kembali ke Munich dan berada dekat denganku,” ucap Alex bermonolog sendiri.
*****
Para tentara yang diizinkan untuk berangkat ke tempat pelatihan kini sudah berkumpul di lapangan. Mobil truk besar juga sudah disiapkan.
Komandan memberikan kata sambutan sebelum keberangkatan mereka. Tuga orang dokter termasuk Rafael turut serta. Rafael merasa telah menang karena ia telah berhasil membuat Mirelle tak berangkat.
“Ia akan aman jika tetap di sini. Ia tak akan terluka.” batin Rafael.
Rafael ikut naik ke dalam sebuah bis kecil. Di dalam bis tersebut duduk staf khusus dan juga pasukan khusus, serta beberapa orang yang ditugaskan untuk mengawal mereka. Sementara komandan mereka akan menggunakan jeep tersendiri yang juga memiliki pengawalan ketat.
Rafael melihat ke arah kamar tidur Mirelle yang tertutup rapat, “Aku akan segera kembali kemudian aku akan membawamu pulang, Elle.”
Bus tersebut pun akhirnya berangkat. Pasukan khusus yang kini hanya ada Xena, Lion, dan Snake, duduk berderet, bersebelahan dengan barang mereka masing masing.
Namun tiba tiba Lion berdiri dan memanggil Xena untuk bertanya, “Di mana Elle? Aku tak melihat keberadaannya sejak tadi pagi.”
“Hmm … Elle tidak ikut, Lion,” jawab Xena.
“Whattt?!! Tidak ikut? Bagaimana bisa?” Lion tak percaya dengan apa yang ia dengar.
“Ya, ia tidak lolos skreening kesehatan. Kamu bisa menanyakannya pada Dokter Rafael di sana,” ujar Xena.
Rafael hanya diam sambil menatap ke arah jendela. Ia mendengar pembicaraan para pasukan khusus itu, apalagi pembicaraan tersebut tentang Mirelle.
“Tapi ia akan kesal sekali jika tak ikut pelatihan ini, Tiger,” ujar Lion.
“Memang awalnya Elle merasa kesal, tapi ku rasa sekarang tidak lagi. Aku yakin saat ini ia sedang bersenang senang,” ujar Xena sambil tertawa.
“Apa maksudmu?”
“Semalam ada yang datang menjemputnya. Wajah Elle terlihat sangat bahagia. Ia bahkan ikut pergi dengannya dan aku tak tahu kapan mereka akan kembali,” ucap Xena.
Hal itu sontak membuat Rafael penasaran dan rasa ingin tahunya menjadi sangat tinggi.
“Maaf, apa Elle pergi? Ke mana dan dengan siapa? Kaki an tangannya belum sembuh benar,” Rafael kembali merasa kecolongan dengan kepergian Mirelle tanpa sepengetahuan dirinya.
“Ya, Dok. Elle pergi dengan seorang pria semalam. Tapi tenang saja, komandan sudah memberinya izin, bahkan untuk sebulan ke depan ia akan bebas.”
“Seorang pria?” Tangan Rafael mengepal. Apa ia ketinggalan berita yang lain.
“Apa Elle sudah memiliki kekasih? Apa karena itu juga ia menjauhiku? Apa karena itu ia tak peduli lagi denganku?” batin Rafael seakan bergejolak dan ia menjadi tidak tenang.
“Ya, seorang pria. Ia sangat tampan dan terlihat sangat baik. Mereka pergi semalam dan ntah kapan akan kembali,” ucap Xena.
Ingin rasanya Rafael turun dari bus dan kembali ke markas tentara. Ia ingin mencari tahu dengan siapa Mirelle pergi. Hatinya benar benar tak tenang, tapi ia juga tetap harus menjalankan tugasnya.
“Seharusnya aku mengizinkannya ikut saja, agar ia terus berada di dekatku sehingga aku biaa mengawasinya. Dasar bodoh … bodoh … bodoh … kamu Rafael!” batin Rafael.
Sementara itu, Mirelle pergi bersama Marco menuju ke sebuah resort di pinggir pantai. Mereka menghabiskan waktu untuk berenang dan menikmati sinar matahari.
“Kamu senang, Elle?” tanya Marco.
“Sangat kak, aku senang sekali,” Mirelle berenang di pinggir pantai, “foto aku, Kak. Tapi jangan diposting, biar aku saja yang melakukannya.”
Marco tersenyum dan ia tahu maksud Mirelle mengatakan hal itu. Ia hanya menganggukkan kepalanya, lalu kembali bermain air bersama Mirelle.
“Tertangkap!!” teriak Marco saatn menangkap tubuh Mirelle.
Marco sangat senang sekali saat melihat senyum san tawa di wajah Mirelle. Ia merasa meninggalkan pekerjaannya untuk menemui Mirelle adalah keputusan yang tepat. Ya, ia memilih keluarganya dibanding pekerjaannya, tapi bukan berarti ia tak bertanggung jawab. Ia juga pasti akan menyelesaikan pekerjaannya.
Setelah bermain air di pantai, Marco dan Mirelle menikmati makan siang mereka. Namun saat Mirelle ingin turun dari balkon kamar mereka yang berbatasan dengan pantai, Marco melihat cara berjalan Mirelle yang sedikit berbeda.
“Elle, kakimu kenapa?” tanya Marco.
“Ooo … aku sempat mengalami patah tulang, Kak. Tapi tenang saja, aku sudah pulih.”
“Tapi dari caramu berjalan, kakak merasa kamu belum pulih benar, Elle. Ikut dengan kakak ke Munich, di sana ada seirang dokter yang akan membantumu.”
“Apa dokter itu hebat?” tanya Mirelle.
“Sangat. Ia dokter ahli tulang. Ia pasti akan membantumu.”
Mirelle ingin bisa kembali seperti dulu, bisa berlari dan menembak. Ia ingin ikut kembali menjalankan misi bersama rekan rekannya. Mirelle menatap ke arah Marco kemudian menganggukkan kepalanya.
“Aku ikut dengan kakak. Nanti aku akan minta izin pada komandan.”
“Kamu akan ikut dengan kakak? Benarkah?” Marco sangat senang dengan keputusan Mirelle. Itu berarti bahwa mereka sekeluarga akan berkumpul kembali.
“Kakak sangat senang, Elle! Terima kasih sudah mau ikut pulang.”
“Aku pulang untuk mengobati kakiku, Kak,” ucap Mirelle.
“Apapun alasan kamu pulang, kakak tetap merasa senang.”
🧡🧡🧡