Entah mengapa Alisa merasa marah. Tiap kali melihat abangnya berdua bersama Mia. Yang tidak lain teman Amar kuliah. Membuat Alisa merasa aneh dengan perasaanya sendiri. Hingga membuat Alisa selalu gusar tiap kali Amar dekat dengan Mia. Yang sering ikut mengerjakan tugas dirumah. Dan Amar juga sering mengantar nya pulang. Amar juga seperti memberi perhatian lebih pada Mia membuat Alisa cemburu.
" Kenapa sih bang Amar pake mengantar kak Mia. Lagian dia sudah punya sopir yang selalu menjemputnya pulang kan!!" kata Alisa
" Ada apa dengan mu de, abang hanya berbuat baik pada orang lain. Kasihan Mia kalo pulang sendiri malam malam" jawab Amar
" Lalu jika Lisa pulang malam, apa abang akan perduli?" tanya Lisa.Membuat Amar menoleh dan menatap lekat mata gadis cantik di depannya itu. Seakan Amar merasa ada belati yang menusuk dadanya.
" Kau.....!!" kata Amar kaget.
Penasaran baca ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hidayati Yuyun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 Pertemuan Dengan Teman Lama.
Sani hanya tersenyum. Lalu duduk mendekati Lisa. Lalu berbisik pelan di kuping Alisa.
" Sekali kali dekat sama orang asing kenapa sih, pria di dunia ini bukan hanya ayah dan abang Amar mu itu saja neng. Emang ngak bosan lihat tampang mereka," kata Sani.
" Ih sontoloyo loe San, keluarga itu lebih penting dari pada orang lain. Mereka yang akan menjaga kita. Jika sakit dan ketika kita butuh mereka. Aku ngak pernah merasa bosan tuh melihat ayah dan abangku. Bagiku cintaku pada keluarga kecil ku itu. Suatu hal yang sangat berharga" jawab Lisa dengan wajah serius.
" Hahaha....loe serius amat sih Lis, ya sudah anggap saja loe sedang punya kenalan baru. Kan loe bilang butuh orang buat ngajarin loe, nah mumpung ada kenapa tidak," kata Sani tersenyum.
" Oke...tapi belajarnya harus sama loe, gue ngak mau hanya berduaan. Nanti malah jadi fitnah," kata Lisa.
" Ok sahabatku yang cantik, ngak masalah. Kalo aku sih, malah senang belajar berduaan. Sama tuh cowok keren.Jika ada yang bikin fitnah, minta di kawin aja sama tuh cowok," kata Sani tertawa.
" Dasar cewek gatal loe," kata Lisa manyun.
" Hei gue ini lagi masa puber, lagian sudah mau ujian juga.Dan kita akan lulus sekolah. Gue lagi malas kuliah, gue nyari laki aja ya beb. Sudah malas mikir gue. Enakkan juga dirumah punya laki dan terima duit," kata Sani
" Dasar gila loe San, benaran pengen nikah loe, aku mah ogah," kata Lisa cemberut.
" Ya iyalah, lagian sekolah tinggi tinggi ngapain coba. Ujung ujungnya juga nyari kerja dan punya suami. Lalu ngurus anak dan rumah. Ya sama ajakan pada akhirnya kita di tempatkan di dapur.," kata Sani.
" Pemikiran mu sempit San, tidak semua wanita harus kedapur, kedapur itu wajib bagi kita. Karena itu kodrat kita sebagai seorang wanita. Sedangkan bekerja untuk berkarier. Agar bisa hidup mandiri. Buktinya bundaku saja bisa tuh, membagi waktu. Antara pekerjaan rumah dan pekerjaan di kantornya.," jelas Lisa memberi tahu Sani.
" Iya juga ya, tapi gue malas mikir Lis. Pastinya pelajarannya tambah susah. SMA saja sudah 14 pelajaran. Kalo kuliah pasti tambah banyak. Pasti bakal banyak tugas. Pusing pusing," kata Sani seraya memijat keningnya. Yang membuat Alisa tersenyum melihat tingkah sahabatnya itu.
" Ya sudah lesnya akan mulai kapan?" tanya Lisa mengalihkan pembicaraan
" Sore ini juga bisa, jadi setelah pulang kita bisa langsung les. Biar ngak mikir kemana mana," kata Sani.
" Ok, sekalian ngak repot. Ngak nyampe magrib kan?" tanya Lisa.
" Ngak lah , kan hanya belajar dua jam beb. Ngapain lama lama. Makin buntu otak gue nanti, kelamaan mikir," jawab Sani.
" Hush ngak usah ngomong gitu. Ayo ke kantin. Lapar nih," kata Lisa beranjak dari kursinya.
" Ok neng ayo jajan..." jawab Sani, yang ikut beranjak dari tempat duduknya. Lalu kedua nya pun pergi keluar dari kelas.
Sedangkan Amar baru saja ingin masuk ke ruangan kelasnya. Namun tiba tiba saja gawai di kantong celananya bergetar. Dengan cepat Amar pun meraih gawai di saku celananya. Lalu mengangkatnya walau yang ia terima nomor tak di kenal.
" Ya hallo?" jawab Amar.
" ........." suara pelan di sebrang sana yang hanya di dengar oleh Amar.
" Baik saya akan segera kesana," kata Amar dengan wajah terlihat panik. Lalu cepat menutup pembicaraan. Sambil menaruh gawainya ke dalam saku celananya. Dan berbalik arah menuju lorong kampus.
" Mar loe mau kemana?" teriak temannya. Saat melihat Amar.
" Gue izin hari ini, nanti gue minjam catatan loe ya Bram. Gue mau kerumah sakit sebentar, ini darurat ," teriak Amar sembari melangkah pergi. Meninggalkan kelasnya dan hilang di kejauhan.
********************
Dirumah sakit seorang pria paruh baya dan seorang pria muda duduk menemani pak Farhan. Yang tadi mereka tolong. Saat pak Farhan mengalami kecelakaan di tabrak truk. Dan untungnya pria yang menolongnya pak Zaki teman lamanya.
" Aku sudah lama mencari mu han, Dia ini adalah putramu... bayi kita tertukar. Sebab itulah aku memintanya untuk menyumbang kan darah untukmu. Karna kau adalah ayah kandungnya," kata pak Zaki. Sembari menatap pria muda di sampingnya.
" Ini tidak mungkin !!" kata pak Farhan. Cukup terkejut mendengar perkataan pak Zaki. teman lamanya itu.
" Ya , tapi inilah faktanya. Karna saat aku terkena serangan jantung. Darahnya tidak sama dengan ku, begitu juga dengan maminya," kata pak Zaki lagi menjelaskan semuanya.
" Pak Zaki....." kata pak Farhan bingung. Sedangkan pria muda di dekatnya. Hanya tertunduk diam menghadapi kenyataan lain tentang dirinya. Namun papinya tetap akan menganggapnya dirinya anak kandungnya. Sampai Zain menemukan kedua orang tua kandungnya. Begitu pula pak Zaki yang ingin bertemu putra tunggalnya yang sudah tertukar sejak dari bayi.
Kenyataan itu sangat pahit. Namun pak Zaki tidak bisa diam saja. Setelah tahu fakta sebenarnya. Ia berusaha tegar dan menjelaskan semuanya pada sang istri dan Zain putra tunggalnya. Agar bisa menerima kenyataan itu. Lalu mereka pun mencari keberadaan pak Farhan. Yang pada akhirnya tak sengaja bertemu. Saat pak Farhan mengalami kecelakaan. Yang di tolong oleh pak Zaki sendiri.
" Anakku, tapi bagaimana dengan Amar? Dia sudah seperti putraku sendiri," kata pak Farhan. Merasa berat akan kehilangan Amar. Yang selama ini mereka asuh dengan kasih sayang yang tulus.
" Aku masih menganggap Zain seperti putra ku sendiri han, tak ada yang berubah dengan hal itu. Walau pun Amar tinggal bersama kami. Kami tidak akan mengusir Zain. Dan itu terserah pada Zain, jika masih ingin tinggal di rumah kami. Kami tidak pernah merasa keberatan. Tapi semua ini harus kita luruskan. Karena kebenaran itu tidak mungkin kita tutupi selamanya," kata pak Zaki. Yang terlihat begitu tenang
" Ya kau benar, kita harus meluruskan semuanya" kata pak Farhan dengan mata berkaca kaca. Lalu meraih tangan Zain dan memegangnya sambil mengusapnya.
" Apa kau terkejut nak?" tanya pak Farhan.
" Awalnya iya, tapi seiringnya waktu. Zain harus menerima kenyataan ini. Karena kebenaran tidak akan bisa kita tutupi. Tapi bolehkan jika Zain tetap menganggap papi, papi Zain," kata pria itu terlihat gugup. Seraya menoleh pada pak Zaki dengan wajah sendu.
" Ya dia tetap papi mu. ini bukan salahmu, tapi takdir lah Yang sudah memisahkan kita. Dan takdir jua yang mempertemukan kita kembali," kata pak Farhan yang berusaha menerima apa yang ia hadapi saat ini. Karna selama ini pak Farhan tidak pernah menyangka. Putra yang ia besarkan, ternyata bukan putra kandungnya. Namun itu tidak membuatnya menyesal. Karena putranya juga tumbuh menjadi pria yang sangat baik. Bahkan Zain juga tergolong anak yang pintar. Sebab Zain sudah menjadi wakil direktur di perusahaan papinya. Yang baru lulus kuliah tahun kemaren.
" Ya han, kau benar. Tapi bagaimana dengan Amar sekarang ? Apa dia kuliah dengan baik. Seperti apa putraku itu tumbuh?" kata pak Zaki penasaran
" Amar sedang menyelesaikan kuliahnya mungkin 6 bulan lagi dia akan wisuda. Ia akan menjadi seorang arsitek," kata pak Farhan pelan.
" Alhamdulilah, dia pasti tumbuh menjadi anak pintar dan menjadi pria yang tampan sama seperti Zain," kata pak Zaki merasa terharu. Jika putranya itu, juga memilih menjadi seorang arsitek seperti dirinya.
" Ya putramu itu anak yang sangat pintar dan juga baik. Dia berkuliah dengan jalur beasiswa. Bahkan dia juga sudah bekerja paru waktu di sebuah bengkel. Untuk belajar hidup mandiri," kata pak Farhan.
" Ayah......." kata sebuah suara berat. Yang berdiri terpaku sedari tadi. Mendengarkan semua perkataan ayahnya. Sehingga ketiga pria itu menoleh kearah suara tersebut.
Sudahlah memanfaatkan kebaikan Amar eh lama lama kok ga tau diri ga sadar diri juga ya
Kaya dah putus urat malunya si Mia
Semoga Ade sukses ya kuliah di LN
Bila sewaktu sewaktu ditinggal orang terkasih / pasangan, dunianya tak runtuh seketika
Apakah Amar dengar percakapan Lisa yang mau kuliah di Australia, terus mulai gamang pikirannya, otaknya terusik?
Pulang pulang dah sukses
Biarin aja Amar ngrasa kehilangan kamu
Mending fokus belajar raih cita cita, asah skill
Nikmati masa muda tuk hal hal berguna
Edan tenan, berbuat dosanya sama Hans, kok menjerat Amar tuk tanggung jawab
Siap siap jadi bom waktu
Terimakasihh🥰🥰
Bisa gegeran ujung ujungnya
Terlalu baik apa terlalu naif Amar?
Gimana nanti reaksi ayah bundanya juga Amar