Tak pernah terbayangkan sebelumnya oleh Maxime Keano, bahwa dia akan menikahi seorang gadis yang masih SMA.
"Barang siapa yang bisa menemukan kalungku. Jika orang itu adalah laki-laki, maka aku akan memberikan apapun yang dia inginkan. Tapi jika orang itu adalah perempuan, maka aku akan menikahkan dia dengan cucuku." Ucap sang nenek.
Tak lama kemudian, datang seorang gadis remaja berusia 18 yang yang bernama Rachel. Dia adalah seorang siswi SMA yang magang sebagai OB di perusahaan Keano Group, Rachel berhasil menemukan kalung sang nenek tanpa mengetahui sayembara tersebut.
"Ingat, pernikahan kita hanya sementara. Setelah nenekku benar-benar sehat, kita akan berpisah. Seumur hidup aku tidak pernah bermimpi menikah dengan seorang bocah sepertimu." Maxime Keano.
"Kamu pikir aku ingin menikah dengan pria arogan dan menyebalkan sepertimu? Menikah denganmu seperti musibah untukku." Rachel Calista.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
"Coba Oma ingat-ingat lagi, siapa tahu Oma lupa menaruh kalung itu dimana?" Tanya Maxime kepada Nenek Margaretha. Saat ini dia sedang makan malam dengan neneknya itu.
"Oma selalu memakainya. Mungkin tanpa Oma sadari, kalung itu jatuh." Dari raut wajahnya, terlihat Nenek Margaretha sedang galau. Kalungnya itu di desain oleh suaminya sendiri. MK adalah inisial nama Margaretha dan Keano. Karena itulah di dunia ini yang memiliki kalung berliontin seperti itu hanya ada satu. Karena yang mendesain liontin tersebut adalah suaminya, dengan bentuk yang unik dan estetik, serta membentuk huruf MK.
Maxime pun menghela nafas, dia tidak ingin diambil pusing, sehingga dia berinisiatif untuk membelikan neneknya kalung dengan harga yang lebih mahal. "Nanti saja aku akan mengganti kalung itu dengan yang sama persis dan dengan harga yang jauh lebih mahal. Jadi Oma gak usah sedih lagi."
"Oma gak mau. Kalung itu adalah kenang-kenangan pemberian dari Opamu. Hadiah pertama yang Opamu berikan kepada Oma dan didesain khusus oleh Opamu. Banyak kenangan yang tersimpan di dalam kalung itu. Pokoknya Oma mau kalung itu kembali."
Maxime menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia lebih baik mengalah, dari pada harus berdebat dengan neneknya. "Hari ini Oma pergi kemana saja?"
Nenek Margaretha mencoba untuk mengingatkan kembali tempat mana saja yang dia kunjungi pada hari ini. "Oma hari ini pergi ke restoran, lalu pergi ke taman, kemudian pergi ke sauna, setelah ke sauna Oma pergi ke mall. Oma sudah menyuruh banyak orang untuk mencari ke tempat-tempat yang pernah Oma kunjungi. Tapi kalung itu tidak ketemu juga ."
"Nanti Maxime suruh Boy, biar Boy menyuruh semua detektif handal di kota ini untuk mencari kalung itu sampai dapat."
"Maxime..." Nenek Margaretha nampak ragu-ragu untuk mengatakannya.
"Kenapa, Oma?"
Nenek Margaretha memutuskan untuk tidak jadi memberitahu Maxime tentang janji yang diucapkan olehnya tadi sore. Karena belum tentu kalungnya akan ditemukan oleh seorang perempuan. Yang pasti dia sangat berharap kalung itu segera kembali kepadanya. "Kapan kamu akan memberikan Oma cicit? Umur Oma sudah tua lho, Oma ingin sekali melihat kamu segera memiliki istri."
Maxime menghela nafas, dia paling malas kalau Nenek Margaretha sudah membahas tentang masalah itu. Sebenarnya dia pun sudah berencana tahun ini akan melamar Elsa. Tapi ternyata Elsa belum siap untuk menikah. "Apakah nikah itu penting, Oma? Di dunia ini banyak kok orang yang sukses tapi tidak menikah."
Jawaban Maxime membuat Nenek Margaretha gemas, sontak dia segera menjewer kuping cucunya itu.
"Arrrghhh... Oma."
"Tentu saja penting. Kalau tidak penting, Oma tidak akan melahirkan ayahmu, dan ibumu tidak akan melahirkan kamu. Kamu tidak akan ada di dunia ini. Oma tidak ingin cucuku yang tampan ini menjadi bujang lapuk. Masa tampan-tampan gak laku?" Nenek Margaretha mengomel sambil melepaskan tangannya yang sedari tadi menjewer kuping Maxime.
Padahal Nenek Margaretha sudah pernah berinisiatif untuk menjodohkan Maxime dengan anak dari para pengusaha di kota ini. Tapi Maxime menolaknya.
"Maxime masih 25 tahun. Tidak perlu terburu-buru menikah, Oma." Ucap Maxime sambil mengusap-usap telinganya yang memerah. Padahal dia sudah dewasa, tapi terkadang neneknya masih menganggapnya seperti anak kecil.
"Usia segitu sudah pantas menikah. Justru karena Oma masih hidup, Oma ingin memiliki kesempatan untuk bisa menyaksikan pernikahan cucu Oma."
Maxime hanya bisa menghela nafas. Percuma saja dia berdebat dengan neneknya, ujung-ujungnya dia yang akan kalah. Karena wanita selalu benar. Beruntung tidak ada yang melihatnya. Jatuh sudah harga dirinya sebagai CEO yang selalu terlihat cool itu jika berhadapan dengan neneknya.
...****************...
Setelah berada di dalam kamar, Maxime mencoba untuk menghubungi Elsa. Tapi sepertinya kekasihnya sangat sibuk sekali, sehingga tidak bisa dihubungi.
"Sepertinya dia sedang sibuk." Gumam Maxime dengan pelan.
Maxime teringat dengan kejadian tadi, ketika Rachel tidak sengaja menendang kaleng bekas minuman bersoda mengenai kepalanya. Dan yang membuat dia semakin kesal adalah ketika Rachel berani sekali melawannya sampai bilang memecat Maxime sebagai bosnya . Baru kali ini ada seorang karyawan memecat bosnya.
"Bocah itu selalu membuat aku kesal dan naik darah. Dia pikir dia bisa bebas begitu saja setelah berani memperlakukan aku seperti itu. Jangan harap! Aku akan memberikan kejutan untuknya besok. Agar dia paham berurusan dengan siapa."
Maxime sudah tidak sabar ingin segera hari esok tiba. Dia tidak mungkin membiarkan Rachel begitu saja setelah berani menendang kaleng padanya dan melawannya. Baru kali ini ada seorang karyawan rendahan seberani itu padanya.