NovelToon NovelToon
Bayang-Bayang Terlarang

Bayang-Bayang Terlarang

Status: tamat
Genre:Tamat / Selingkuh / Cinta Terlarang
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: Gita Arumy

Mengisahkan Tentang Perselingkuhan antara mertua dan menantu. Semoga cerita ini menghibur pembaca setiaku

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gita Arumy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Maya Digoda Oleh Pemuda Tampan Tetangganya

Maya Digoda Oleh Pemuda Tampan Tetangganya

Setelah beberapa bulan berlalu sejak Arman pergi untuk tugas di luar kota, Maya mulai merasakan kesendirian yang semakin mendalam. Meskipun Arman selalu menghubunginya lewat telepon dan pesan, kehadiran fisiknya yang hilang membuat Maya merasa sangat terisolasi. Teman-teman dan tetangga sering datang berkunjung, tetapi itu tak pernah cukup untuk mengisi kekosongan yang ada dalam hatinya.

Suatu sore, saat Maya sedang duduk di beranda rumah, menikmati udara segar sambil mengelap piring setelah makan siang, seseorang menghampirinya. Itu adalah pemuda tampan yang baru saja pindah ke rumah sebelah. Nama pemuda itu adalah Dika. Ia adalah seorang pengusaha muda yang baru memulai bisnisnya di kota kecil itu, dan karena kedekatannya dengan beberapa tetangga, ia sering terlihat keluar masuk rumah.

Dika, dengan senyuman lebar di wajahnya, melambai ke arah Maya. “Hai, Bu Maya! Apa kabar? Lama nggak lihat, ya?”

Maya terkejut sejenak, lalu tersenyum kecil. “Oh, Dika! Iya, lama nggak ketemu. Aku baik-baik saja, hanya sibuk di rumah. Bagaimana denganmu? Sehat-sehat aja?”

“Alhamdulillah, sehat. Sedikit sibuk, tapi masih bisa menyempatkan diri untuk ngobrol sebentar,” jawab Dika dengan suara yang ramah, lalu melangkah lebih dekat ke beranda. “Boleh aku duduk sebentar?”

Maya mengangguk, meskipun ada rasa sedikit tidak nyaman. Ia tahu Dika adalah orang yang baik, namun kehadirannya yang terlalu sering belakangan ini mulai membuat Maya merasa sedikit terganggu. Namun, sebagai tetangga yang baik, ia tidak ingin bersikap dingin.

Dika duduk di kursi samping Maya, mengobrol ringan tentang kehidupan sehari-hari. Mereka membicarakan cuaca, berita lokal, dan kegiatan-kegiatan tetangga yang sedang ramai diperbincangkan. Dika dengan mudah membuat Maya tertawa dengan candaan-candaannya yang lucu, membuat suasana terasa lebih santai.

Namun, seiring berjalannya waktu, perhatian Dika kepada Maya semakin jelas. Ia sering kali memberi pujian-pujian yang agak berlebihan. “Maya, kamu nggak pernah berubah, ya. Tetap cantik seperti dulu,” katanya, sambil tersenyum lebar.

Maya merasa sedikit canggung dengan pujian itu, tetapi ia berusaha untuk tidak menampakkannya. "Ah, Dika, jangan ngomong begitu. Aku sudah tua, sudah nggak secantik dulu," jawab Maya, mencoba mengalihkan pembicaraan.

Namun, Dika tidak menyerah. Ia mendekat sedikit, tatapannya semakin tajam, namun tetap lembut. “Aku serius, Maya. Kamu itu menarik. Semua orang yang melihatmu pasti terpesona,” katanya sambil tersenyum. “Aku nggak ngerti kenapa kamu belum menemukan yang lebih baik dari Arman.”

Maya merasa ada yang aneh dalam ucapan Dika. Ia menahan perasaan tidak nyaman yang mulai muncul. “Dika, kamu ngomong apa sih? Arman itu suamiku. Kami baik-baik saja. Kamu juga harus fokus pada pekerjaanmu, kan?” jawab Maya, berusaha menjaga jarak.

Namun, Dika terus melanjutkan dengan nada yang lebih menggoda. “Maya, kamu nggak pernah merasa sepi? Terkadang aku lihat kamu sering sendirian, dan rasanya sayang kalau kamu nggak punya teman yang bisa menemanimu lebih sering.”

Maya mulai merasa tidak enak. Dika memang tampan, dan kata-katanya terkadang terasa manis, tetapi Maya tahu betul bahwa ia tidak boleh terbawa perasaan. Arman adalah suaminya, dan ia harus setia. Namun, rasa kesepian yang sudah lama dirasakannya membuat Maya sedikit ragu. Apalagi, Arman yang sedang jauh di luar kota—pertemuan-pertemuan seperti ini mulai menumbuhkan rasa keraguan yang tidak ia inginkan.

“Aku nggak bisa begitu, Dika. Aku sudah punya Arman,” kata Maya, mencoba tegas, meskipun ia merasa sedikit tergoda oleh perhatian Dika.

Dika tertawa pelan, seolah tidak terpengaruh. “Aku paham, Maya. Aku cuma ingin kamu tahu, kalau aku ada di sini untukmu. Kalau kamu butuh teman bicara, aku selalu siap mendengarkan.”

Maya hanya mengangguk, merasa sedikit bingung dengan perasaan yang mulai bercampur aduk. Ia tahu Dika hanya mencoba untuk bersikap baik, tetapi kata-kata dan tatapan Dika mulai memberikan kesan yang berbeda. Dika bukan hanya sekadar teman ngobrol, tapi tampaknya ada sesuatu yang lebih yang ia coba tunjukkan.

Setelah beberapa saat, Maya memutuskan untuk mengakhiri percakapan tersebut. “Terima kasih, Dika. Aku harus masuk dan istirahat. Kabarin kalau ada apa-apa, ya.”

Dika mengangguk dengan senyum lebar. “Tentu, Maya. Jangan ragu kalau butuh bantuan. Aku selalu ada untukmu.”

Maya masuk ke dalam rumah, merasa sedikit cemas. Ia tahu bahwa Dika hanya berniat baik, tetapi kehadirannya yang begitu sering mulai menumbuhkan ketidaknyamanan. Maya merasa bersalah jika ia terlalu memikirkannya, tetapi kerinduan pada Arman dan perhatian yang Dika berikan mulai menambah kebingungannya.

Di malam hari, saat Maya duduk sendiri, ia merenung. Ia tahu bahwa ia harus tetap setia pada Arman, meskipun begitu banyak godaan datang menguji hatinya. Dika memang tampan dan penuh perhatian, tetapi Maya menyadari bahwa ia harus menjaga perasaan dan komitmennya kepada Arman.

Namun, bayangan tentang Dika yang begitu dekat dengan dirinya terus menghantui pikirannya. Akankah ia mampu menahan godaan itu, atau akankah kerinduan pada Arman membuatnya lengah?

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!