MY BEAUTIFUL SOLDIER
"Cepat katakan di mana Mirelle, Mar!" Rafael menarik kerah kemeja sahabatnya sejak kecil itu.
"Untuk apa aku memberitahumu? Apa kamu ingin menyakiti adikku dengan segala penolakanmu?" tanya Marco.
Rafael menatap mata Marco dengan nyalang dan Marco juga menatap sama pada Rafael. Yasa yang berada di dekat mereka, langsung masuk di antara keduanya.
"Hei, hei, hei! Ayo berhenti! Kita ini sahabat, semua bisa dibicarakan baik baik," ujar Yasa.
"Baik baik?" tanya Rafael menoleh ke arah Yasa, "Aku tidak akan menggunakan kekerasan kalau ia mau memberitahukan padaku secara baik baik."
Yasa menghela nafasnya panjang. Ia menggelengkan kepalanya karena kedua sahabatnya itu sama sama keras kepala. Mungkin dua duanya terbuat dari batu kali yang bahkan tak akan bisa terkikis meski dilalui air sungai setiap hari.
Yasa mendekat lagi ke arah keduanya lalu langsung menjepit leher Rafael maupun Marco. Satu dengan tangan kanannya dan satu lagi dengan tangan kirinya. Ia membawa kedua sahabatnya itu ke sebuah cafe yang terletak tak jauh dari sana.
Kini, Rafael dan Marco duduk berhadapan, sementara Yasa berada di samping, untuk menengahi mereka.
"Kalian berdua harus tenang. Kita sahabat dan sebaiknya kita menyelesaikan semuanya dengan kepala dingin," ucap Yasa.
Rafael dan Marco sama sama menghela nafasnya dalam. Mereka saling menatap tajam, kemudian juga memalingkan wajahnya secara bersamaan. Yasa hanya bisa berdecak kesal melihat kelakuan keduanya yang seperti anak kecil.
Marco menyandarkan tubuhnya ke kursi dan memalingkan wajahnya. Ia tak ingin melihat ke arah Rafael. Sebenarnya Marco tak pernah menyalahkan Rafael jika memang sahabatnya itu tak menyukai adiknya, tapi untuk apa mencari Mirelle lagi.
"Di mana Mirelle, Mar?" tanya Rafael kini dengan suara yang tidak setinggi tadi.
Marco menoleh dan melihat ke arah Rafael, "Aku tak tahu."
Jawaban Marco membuat Rafael yang sudah berusaha bertanya baik baik, kembali meradang. Ia bangkit dan ingin menarik kembali kerah kemeja Marco. Namun Yasa menahan Rafael.
"Mar, katakan saja di mana Mirelle. Mereka berdua akan menyelesaikan masalah mereka," nasihat Yasa.
"Mirelle tak ingin bertemu dengannya lagi. Ia ingin melupakan Rafael dan tak ingin ada yang mengganggunya. Mungkin saat ini ia sedang berjemur di pantai untuk memikat hati pria lain yang mungkin lebih menghargai perasaannya," ucap Marco.
"Marco Kyler!" teriakan Rafael membuat seluruh pengunjung cafe itu melihat ke arah mereka.
Jujur saja, Rafael tak suka dengan ucapan Marco. Ia tak mau gadis kecil yang sejak dulu selalu ingin menempel padanya itu, kini akan berpaling pada pria lain.
"Apa?! Ia tak mau bertemu denganmu dan aku juga tak akan mengijinkannya lagi. Sebaiknya kamu mencari wanita lain karena aku tak akan membiarkan adikku terluka karena dirimu," Marco bangkit kemudian melangkah menjauh untuk meninggalkan cafe.
Kini, hanya tinggal Rafael dan Yasa di sana. Yasa menghela nafasnya pelan karena melihat Rafael yang masih saja menampakkan wajah yang muram.
"Ku rasa apa yang dikatakan Marco ada benarnya, Raf. Sejak dulu kamu selalu menolak dan menghindari Mirelle. Mengapa tiba tiba kamu mencarinya? Jangan mempermainkannya, ia gadis yang baik," ucap Yasa.
"Kamu tak akan mengerti, Yas," ucap Rafael.
*****
Tiga tahun yang lalu,
"Mirelle!" teriak Rafael tak suka.
Gadis itu masih saja suka mengikutinya ke mana pun ia pergi, "Menjauh dariku!"
"Aku hanya ingin memberikan bekal khusus yang kubuat sendiri untukmu," ujar Mirelle.
Dengan kasar, Rafael mengambil kotak bekal itu dari tangan Mirelle kemudian langsung berlalu pergi. Mirelle tersenyum karena pada akhirnya Rafael mau menerima bekal yang ia buat.
"Kamu masih belum kapok juga, Elle?" tanya seorang gadis yang tak lain adalah sahabat Mirelle, Marsha.
"Aku tak akan berhenti sebelum Rafael menjadi milikku, Mar. Aku menyukainya dan menyayanginya," jawab Mirelle.
Marsha menggelengkan kepalanya karena melihat sahabatnya itu yang benar benar bucin akut pada seorang pria bernama Rafael. Namun, Marsha mengakui jika Rafael sangat tampan, hanya saja minus akhlak.
"Kita masuk sekarang, Elle. Nanti Ms. York keburu datang," ujar Marsha yang bergidik ngeri setiap mengingat guru mereka yang super duper killer itu.
"Baiklah, ayo!" ucap Mirelle yang mengikuti langkah Marsha menuju ke kelas.
Dua jam berlalu dan bel pun berbunyi. Mirelle langsung merapikan barang barang miliknya lalu beranjak keluar.
"Aku duluan ya, Mar," pamit Mirelle.
"Tuh anak pasti mau ketemu Rafael lagi," gumam Marsha sambil menghembuskan nafasnya kasar. Ia bahkan ingin menoyor kepala Mirelle agar segera sadar bahwa apa yang saat ini sahabatnya itu lakukan, hanyalah sia sia.
Mirelle berlari menuju kelas Rafael, di mana kakaknya Marco juga berada. Namun, baru saja Mirelle mau sampai, ia melihat Rafael membuang bekal makanan yang tadi Mirelle berikan. Semua masuk ke dalam tong sampah, bahkan hingga tempat bekal kesayangannya pun dibuang begitu saja.
"Jahat," gumam Mirelle.
Ia pun memutar tubuhnya dan berniat menunggu kakaknya di area parkir saja. Mirelle menyandarkan tubuhnya di mobil milik Marco. Ia menunggu kedatangan kakaknya itu.
Tak lama, terlihat Marco keluar bersama dengan Rafael dan juga Yasa. Yasa langsung melambaikan tangan pada Mirelle ketika ia melihat gadis cantik, adik sahabatnya itu.
"Elle!" panggil Yasa.
"Kak Yasa," Mirelle balas melambaikan tangan, dengan senyum di wajahnya.
"Tumben kamu menunggu di sini, Elle. Biasanya nunggu di depan kelas," ucap Marco.
"Aku sedang malas jalan ke belakang, Kak," ucap Mirelle yang menatap ke arah Rafael.
Marco membuka pintu mobilnya, dan diikuti oleh kedua sahabatnya dan juga Mirelle. Rafael terbiasa duduk di belakang bersama dengan Mirelle dan Yasa di depan. Namun kali ini terlihat berbeda.
"Aku duduk di depan dengan Kak Marco," ujar Mirelle.
"Silakan, Nona manis," ucap Yasa.
Mirelle yang biasanya tak terlalu peduli dengan perlakuan Rafael, ntah mengapa merasa sakit ketika bekal pemberiannya dibuang begitu saja. Ia sudah berusaha bangun pagi pagi sekali, tapi ternyata tak dihargai.
"Elle, Marsha ke mana?" tanya Yasa.
"Marsha? Sudah pulang duluan tadi, Kak," jawab Mirelle. Ia sebenarnya tak tahu di mana Marsha karena ia keluar lebih dulu dari kelas.
"Yaaa ....," gerutu Yasa, "Ada yang mau aku omongin tadinya sama dia.
"Kak Yasa suka sama Marsha ya?" goda Mirelle.
"Suka? Suka lha. Apalagi kalau hutangku ke dia dihapuskan, tambah suka aku," ujar Yasa yang membuat Marco tertawa, sementara Mirelle hanya berdecak.
Sementara itu, Rafael hanya diam dan menatap ke jendela. Ia seperti tak mau menoleh ke arah Mirelle. Mirelle hanya bisa menghela nafasnya pelan.
"Apa aku sudah harus menyerah sekarang?" batin Mirelle sambil mencuri pandang ke arah Rafael.
🧡 🧡 🧡
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Anonymous
ok
2024-12-13
0
Anonymous
ok
2024-12-01
0
Mama hanum
singgah thor
2024-11-24
0