Sebuah kejadian yang membuat seorang Anaya Putri (23tahun) harus hamil tanpa seorang suami. Naya harus merelakan kehormatannya ketika insiden tidak disengaja yang ditimbulkan karena salah alamat dan menjadi cinta satu malam bersama dengan pria asing.
Naya hidup sebatang kara, dia harus melahirkan, membesarkan dan merawat anaknya. Saat sang anak sudah besar, ternyata dia memiliki sifat yang sangat genius dan berusaha menyatukan kedua orangtuanya.
Mampukah Anaya menjalani kehidupannya?
Akankah kebahagiaan menyapanya di akhir kisah nanti? Dan siapa pria yang sudah membuat Naya menjadi berbadan dua?
YUK SIMAK KELANJUTANNYA 🥰
JANGAN LUPA SELALU MEMBERIKAN JEJAK MANIS DI SETIAP BAB NYA 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom AL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab #31
Tiga bulan kemudian.
Abi sedang mengerjakan tugas kantornya, sebentar lagi waktu makan siang akan tiba dia akan makan siang bersama dengan Anaya di kantor hari ini. Abi dengan cepat mengerjakan tugas kantornya, dia tidak ingin saat Naya datang tetapi pekerjaannya belum selesai. Di tengah-tengah kesibukannya, Abi menghubungi sekertaris dan mengatakan agar office boy atau girl membawakan kopi ke ruangannya.
Beberapa menit kemudian.
Sarah masuk ke dalam ruangan Abi dengan membawa segelas kopi hitam pesanan Abi, dia meletakkan di meja dan tersenyum tipis ketika melirik wajah Abi yang terlihat serius.
"Apa ada lagi yang Anda perlukan, Pak?''
"Tidak, pergilah!" perintah Abi dengan datar.
Sarah hanya menaikkan sudut bibir dan dia segera melangkah pergi namun, baru juga beberapa langkah dirinya terjatuh di pangkuan Abi.
Berketepatan dengan itu, pintu ruangan terbuka dengan Anaya yang sudah berdiri di ambang pintu. Dirinya membekap mulut dan melotot ketika melihat Sarah berada di pangkuan sang suami.
"Kamu!" Anaya berjalan cepat ke arah Sarah yang sudah berdiri tegak.
Sarah hanya menyelipkan anak rambut di telinga, dia tersenyum karena berhasil membuat Abi dan Naya bertengkar.
"Apa-apaan ini, Mas! Jadi selama ini kamu bermain serong di belakangku? Hah!" Anaya mendorong pundak Abi.
Hormon kehamilan kali ini membuat Naya sangat sering cemburu, marah-marah tdiak jelas dalam waktu singkat dan manja. Sikap Anaya selalu berubah-ubah tergantung dengan moodnya, sekarang dia melihat perempuan lain duduk di pangkuan suaminya dan itu membuat Anaya kehilangan kendali lalu marah.
"Sayang, kamu ini bicara apa? Dia tadi terpleset dan tidak sengaja jatuh tepat di sampingku." Abi memegang pundak Naya dengan lembut.
"Halah, bohong!" bantahnya sambil melirik Sarah dengan sinis.
Anaya berjalan menghampiri Sarah, dia melotot dan berkacak pinggang.
"Kurang apa lagi aku, Sarah? Kamu udah diterima bekerja di perusahaan suamiku dan sekarang kamu ingin mencoba menghancurkan rumah tanggaku? Hm!"
Sarah menelan ludah karena melihat sikap lain yang Anaya pancarkan.
"Kak, kamu salah. Aku—"
Anaya meletakkan jari telunjuk tepat di depan bibir. "Gak perlu banyak alasan, sekarang aku minta agar Mas Abi menghukum Sarah karena sudah berani menyentuh Mas Abi!"
Abi mengerutkan dahi.
"Aku akan memecatnya."
Sarah melongo. "Saya mohon jangan pecat saya, Pak. Saya gak punya pekerjaan lagi selain ini." lanjutnya dengan lirih.
Anaya tersenyum tipis. "Baik, kalau begitu aku yang akan memberikan kamu hukuman."
Sarah heran dan penasaran dengan hukuman yang ingin Anaya berikan padanya.
"Kamu harus selalu membersihkan kamar mandi selama tiga bulan ke depan dan jangan pernah menemui suamiku lagi ataupun mencoba menggoda suamiku!" perintah Naya dengan rasa tega.
"Kak, jangan dong. Masa aku harus membersihkan kamar mandi, kejadian itu tadi tidak disengaja. Sumpah!" Sarah memasang raut sedih.
"Gak ada penolakan atau kamu mau di pecat dari kantor ini?" Naya tetap bersikeras.
Sarah pasrah dan dia pergi keluar dari ruangan Abi dengan menghentakkan kakinya di lantai.
Naya menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskan perlahan, dia melirik Abi sinis dan tajam.
"Apa? Senyam-senyum!" Anaya berjalan ke sofa dan dia duduk disana.
Abi menyusul Anaya guna menenangkan dan membujuk.
"Sayang, kamu jangan sering marah-marah gini dong. Kasihan anak kita." Abi mengelus perut Anaya yang sudah membuncit.
"Memangnya kenapa? Kamu takut anak kita nanti cerewet? Biarin." Naya bersidekap dan jutek Karen masih kesal dengan Abi.
Abi mengecup pipi Anaya, dia beranjak dari sofa dan berjalan ke meja kerjanya. Dirinya mengambil sesuatu dari sana, Abi mengeluarkan sekotak kue kesukaan Anaya. Dia tadi memesannya sebelum jam makan siang tiba.
"Aku punya sesuatu untuk kamu." Abi menyodorkan kotak kue tersebut.
Anaya melirik kotak yang ada di tangan Abi, dia menelan ludah ketika membaca tulisan bolen cokelat pisang.
"Ini kesukaanku." Naya dengan cepat menarik kotak tersebut diiringi senyum tipis.
Abi senang melihat senyum itu, Anaya sangat doyan makan di masa kehamilannya ini sehingga berat badannya naik drastis.
•
•
TBC