Benang Takdir Si Kembar

Hari berganti hari dengan cepat, tubuh Agatha sudah sepenuhnya baikan. Sudah satu bulan ini, gadis itu mulai berkuliah seperti biasa, tapi Agatha merasa ada sesuatu yang berbeda dari dalam tubuh mungilnya. Berat badannya juga seperti bertambah, dan wajahnya juga tampak lebih bersinar.

Apa itu efek pasca operasi pikirnya?

Gadis itu sangat bahagia, akhirnya ia bisa kembali sehat seperti sedia kala. Kepalanya tidak pernah merasakan sakit lagi, suhu tubuhnya juga sudah kembali normal, setelah pulang dari rumah sakit gadis itu juga terlihat baik-baik saja.

"Hay Agatha". sapa Zayna dengan ramah.

"Hay Dokter Zayna, lama tidak bertemu". sahutnya dengan mata yang berbinar.

"Aku baru kembali dinas dari desa, Ehm sekalian nambah-nambah pengalaman dan juga keahlian". timpal Zayna dengan tersenyum manis.

"Wah asyik dong .. Aku yakin suatu saat Dokter Zayna akan jadi Dokter yang hebat". seru Agatha.

Hihihi ..

Zayna tertawa kecil, lalu ikut duduk disamping gadis cantik, bersurai panjang, dan bermata indah itu. Mereka tidak sengaja bertemu dikoridor menuju ruang Staff dan Dosen. Saat ini Zayna sedang ada dikampusnya Agatha, dan mereka berdua tengah duduk di kursi tunggu didepan ruang para Dosen.

"Terimakasih doa tulusnya Agatha". balas Zayna.

"Ohh iya, ngomong-ngomong Dokter Zayna sedang ada kerjaan dikampus kita? atau mau ketemu".

"Yupph, Aku mau ketemu Bang Zayn pagi ini. Apa dia ada diruangannya"? sela Zayna cepat.

"Sepertinya ada, Aku juga sedang menunggunya".

"Lalu kenapa Kamu tidak masuk"? tanya Zayna.

Agatha menunduk, sambil menautkan jari-jari dikedua tangannya dengan wajah yang gugup.

"Pak Zayn gak suka diganggu kalau pagi-pagi begini, makanya Aku tunggu disini aja". jawabnya pelan.

Zayna menghela nafasnya, kemudian kembali fokus pada gadis didepannya. Zayna mulai menelisik penampilan Agatha, sepertinya ada yang berbeda.

"Agatha Kamu tembeman ya"? ujar Zayna tiba-tiba.

Hah?

Agatha mendongak, wajah mereka pun bertemu. Zayna masih terus memperhatikan nya dengan seksama, seperti ingin mengintrogasi seseorang.

"Aku .. Aku juga ngerasa ada yang aneh Dokter sama tubuh Aku, apa ini efek pasca operasi ya". jawabnya.

"Apa nafsuh makanmu bertambah akhir-akhir ini"? tanya Zayna dengan serius.

Agatha mengangguk, dan kembali menunduk.

"Obat mu dari rumah sakit sudah habis"?

"Semalam terakhir Aku minum Dok, tapi vitaminnya masih ada kok untuk berapa hari kedepan".

"Boleh Aku lihat vitaminnya"? ujar Zayna kembali.

"Boleh, bentar Aku ambil dulu Dokter". Agatha pun merogoh berapa Vitamin yang selalu ia bawa pergi kemanapun, karena sejak tahu kondisi tubuhnya cukup lemah, Agatha kerap membawa obat-obatan yang ia perlukan baik didalam tas atau mobilnya.

*

*

*

Di Poli Obstetri dan Ginekologi itu suasana tiba-tiba menjadi tegang, sebab Assyifa dan Dokter Khinara sedang beradu argumentasi sekarang ini.

"Bagaimana bisa Kau selalai ini Khinara"? sentak Syifa yang sejak tadi menahan emosinya.

"Ini bukan kesalahanku Syifa, tapi asisstan ku"!

"Aku sudah sangat bahagia menanti hari ini Khinar, tapi justru Kau sendiri yang menghancurkannya". ucap Syifa sambil terisak.

"Ini diluar kendaliku Syifa". jawabnya pelan.

"Kau sangat ceroboh Khinara, kan sudah Aku katakan sebelumnya. Aku berharap banyak pada proses pembuahan ini, tapi Kau dan assistan mu"? geram Syifa masih terus menahan emosinya.

"Aku benar-benar minta maaf padamu Syifa".

"Kau tahu sendiri, Aku habis pulang dari perjalanan dinas didesa satu bulan lalu, bersama berapa Dokter senior dirumah sakit ini, termasuk adik iparmu itu". jelasnya dengan nada yang sedikit rendah.

"Apa Zayna juga ikut dinas didesa bersama kalian"? sela Syifa yang seolah tahu maksud ucapan Khinar.

"Iya, seperti yang Kau lihat, bangsal UGD sangat menyukai keterampilan adik iparmu itu". jawabnya.

"Tapi dia baru dua bulan kerja disini? kok bisa dia ikut dinas diluar bersama Dokter Senior lainnya"? sentak Syifa yang sedikit penasaran.

"Cih .. sebenarnya Kau ini mengenal adik iparmu itu tidak? dia itu Dokter yang cekatan dalam menangani setiap pasiennya, makanya Professor Mike dan Professor Alana sangat menyukainya. Selain cantik, dan anak konglomerat, ternyata dia gadis yang cukup berbakat dan pintar". puji Khinara pada Zayna.

Syifa yang mendengar semua pujian tentang adik iparnya, dari mulut sahabatnya itu membuatmu sedikit mengepalkan tangannya dibawah sana.

"Itu bukan hal yang penting bagiku saat ini Khinar, Aku hanya meminta tanggung jawabmu sebagai Dokter dan juga sahabatku. Aku ingin Kau mencari tahu yang sebenarnya terjadi, kalau sampai benihku dan mas Zayn kemarin berhasil tumbuh". tukas Syifa sambil menatap tajam sahabatnya itu.

"Aku tidak akan pernah memaafkanmu Khinara"! imbuhnya lagi dengan sedikit penekanan.

Khinara meneguk ludahnya, dan menghela nafasnya. Syifa benar-benar menunjukan sifat aslinya yang tegas dan tidak pandang bulu, walaupun Khinara sahabatnya, tapi dia harus tetap bertanggung jawab.

"Baiklah, Aku akan menyelidiki semuanya Syifa".

"Kau tidak perlu khawatir, Aku akan berusaha sebaik mungkin untuk menanganinya". jawab Khinar pelan.

"Aku beri Kamu waktu 3 hari untuk mencari tahu semuanya, kalau tidak Aku akan melaporkanmu pada pimpinan rumah sakit ini". gertak Syifa.

"Keluarga Addison mengenal baik pemilik rumah sakit ini, tentu tidak sulit bagiku untuk membuatmu angkat kaki dari sini secepatnya". tukasnya lagi.

"Kau tidak bisa melakukan hal ini padaku Syifa, dari awal Aku tidak setuju denganmu tentang proses ini. Tapi Kau memohon dan memaksaku, tapi sekarang? Aku bisa menceritakan yang sebenarnya pada Zayn dan juga keluarga Addison, biar kita berdua sekalian sama-sama hancur, hmm"? balas Khinara sarkas.

"Kau mengancamku Khinara"! teriak Syifa kesal.

Khinara tersenyum getir, lalu menatap lekat Syifa.

"Aku tidak berniat mengancammu Syifa, tapi Kamu duluan yang yang menyudutkanku, seolah masalah yang sedang terjadi ini semuanya atas salah ku"!

"Aku bahkan rela menanggung resiko yang terjadi Syifa, karir dan lisensi kedokteranku sedang Aku pertaruhkan saat ini. Aku cukup tahu diri Syifa, karena keluargaku punya hutang budi padamu dulu".

"Namun bukan berarti, Kau bisa menyalahkanku sesuka hatimu, Aku kan sudah bilang akan berusaha menangani semuanya ini dengan sebaik mungkin. Tapi Kau malah menggertakku dengan mudah"! ucapnya panjang lebar dengan penuh ketegasan.

Syifa mengepalkan kedua tangannya dibawah sana, dia benar-benar kalah telak dari sahabatnya itu. Gadis bercadar itu terlihat menyeka air matanya, dirinya benar-benar takut dan kalut saat ini.

Dia tidak bisa berpikir dengan jernih sekarang, lebih baik dirinya pulang kerumah dulu. Berharap hari esok berpihak dengannya, semoga Khinara bisa menyelesaikan masalahnya dengan baik tanpa harus ketahuan oleh pihak manapun.

Syifa berjalan gontai di koridor rumah sakit tersebut, dengan hati dan dada yang cukup sesak ia rasakan. Setelah melalui perdebatan panjang dengan Khinar, akhirnya gadis itu memilih mengalah, dan pergi dari ruangan yang terasa mencengkam baginya tadi.

"Kak Syifa". panggil seseorang dari belakang.

Syifa pun menghentikan langkahnya, dan mendapati Zayna bersama wanita cantik dibelakangnya itu.

"Kakak ngapain kerumah sakit? Kakak sakit"? tanya Zayna dengan lembut dan khawatir.

"Ahh ... tidak kok dik, Aku hanya sedang menemui sahabat lama, kebetulan dia juga bekerja disini".

"Hah? Kak Syifa punya sahabat disini siapa? seorang Dokter atau perawat Kak"? tanya Zayna lagi.

"Em, hanya staff biasa kok dik, bagian bersih-bersih". dusta Syifa sambil mengalihkan pandangannya. Namun tiba-tiba matanya, bertemu dengan mata cantik milik gadis disebelahnya Zayna.

"Ahh .. sampai lupa, ini sahabatku Agatha Kak". ujar Zayna mengenalkan gadis disebelahnya.

"Sahabat"? ucap Syifa terdengar heran, karna adik iparnya itu gadis yang ambisius. Tidak heran kalau dirinya bisa melakukan apapun sendiri, makanya sat sekolah, Zayna tidak pernah memiliki teman dan sahabat seperti yang ia bilang barusan pada Syifa.

Zayna mengangguk, dan tersenyum cantik pada kakak iparnya. Untuk pertama kalinya, gadis itu sangat antusias untuk mengenalkan seseorang.

"Dia mahasiswinya Bang Zayn". jawabnya lagi.

"Dia masih kuliah"? tanya Syifa kembali.

"Iya Kak, dia mahasiswi pindahan dikampus Abang".

"Agatha, kenalkan ini istrinya Bang Zayn". ucap Zayna sambil mengenalkan Syifa pada Agatha.

Agatha yang sejak tadi menunduk, mendongakkan sedikit kepalanya dan menatap lembut Syifa.

"Hay, Bu Syifa .. Aku Agatha". tegurnya ramah.

"Ehmm, tidak usah panggil Bu. Aku belum setua itu". cicit Syifa sambil tersenyum canggung.

"Ahh .. maaf, karena Pak Zayn Dosen saya dikampus, Aku jadi ikutan formal memanggilmu". balas Agatha.

"Tidak usah sungkan, yang Dosenmu kan suamiku bukan Aku, sepertinya usia kita juga tidak berbeda jauh Agatha. Senang bertemu denganmu". sahut Syifa mencoba untuk seramah mungkin.

"Ternyata istri Pak Zayn sangat ramah, beda banget sama Pak Zayn yang dingin dan menyeramkan". timpal Agatha tanpa sadar.

Syifa yang mendengar kejujuran dari mahasiswi suaminya itu ikut tersenyum dibalik cadarnya.

Dia tidak bisa menyangkal kalau hal itu, suaminya memang seperti itu dari oroknya pikirnya.

"Mas Zayn punya mahasiswi secantik ini dikampusnya, apa suamiku tidak tergoda nantinya? terlebih Aku tidak bisa memberinya keturunan". gumam Syifa dalam hatinya.